webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teenager
Zu wenig Bewertungen
194 Chs

Part 190 - Tentang Mimpi dan Cita (POV Aksa)

Cermin mimpi kembali menyajikan kisah di depa Aksa.

***

Tentang perempuan, dan apa-apa yang tak disadarinya

***

"Bagi siapapun yang mencintai pertemuan, harus paham konskwensi perpisahan"

Hari itu, telah mengajariku berbagai hal. Kesederhanaan yang melegakan. Juga mengharukan. Melepas sahabat, yang sudah enam tahun bersama, tentu tak begitu mudahnya. Terlebih, kala perpisahan itu akan tiba, suatu hal yang mengganjal begitu menyulitkanku. Tuk memahami bagaimana mensenyumi perpisahan.

"Kenapa gak coba telpon lagi aja ke wartel? Pokoknya kamu mesti lanjut sekolah, Ris!" paksaku kala itu.

"Kemarin udah sama sama Sari, Div. Tapi tetep gaboleh," ia hanya menjawab lesu apa adanya.

"Ya coba lagi besok! Apa perlu aku juga temenin? Kita sama-sama ke wartel bilang ke mbamu, biar bantu kamu sekolah?"

"Gausah, Nay. Percuma," ia makin menundukkan wajahnya.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com