webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teenager
Zu wenig Bewertungen
194 Chs

Part 153 - Apa Itu Kehilangan? (Dimensi Mimpi)

"Memang semua yang pulang akan mendapatkan?" tukas Kala meraba bening matanya. 

"Aku takkan lama. Kamu tadi udah tau 'kan? Kalaupun memang aku harus pergi, tujuanku tak lain harus melanjutkan studi. Aku harap kamu pun kelak juga menyusulku. Percayalah," Katanya lagi meyakinkan dan ragu. Ragu dan meyakinkan. Hingga jarak ragu dan yakin tak terukur bilang. 

"Memang sejak kapan aku tak memercayaimu?" Kala berusaha menyejukkan mata Kala yang runtuh oleh air mata. 

"La, udah, ya. Jangan nangis, ya. Tenang. Aku kan masih di sini," Niko menenangkan.

Seorang paruh baya mengantarkan dua mangkok bakso cuanki. Disusul dua gelas es jeruk.

"Nah, ini cuankinya udah dateng. Minum dulu es jeruknya, La. Kamu pasti haus."

Niko menyuguhkan es jeruk ke dekat Kala.

"Sstt, udah, ya. Senyum dong."

"Aku gak nangis ko," jawab Kala berusaha tetap ceria.

"Kok es jeruk? Kamu suka, Nik?

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com