webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teenager
Zu wenig Bewertungen
194 Chs

Part 149 - Kamu Kenapa Ayya?

(masih dalam dimensi lain)

POV Ayya dan Nia

"Satpam!! Tolong!!" teriak suster yang lewat memanggil satpam rumah sakit.

"Tolong, panggilkan tim keamanan. Ibu ini trauma dan melukai anaknya. Itu dia anaknya. Tolong, ya. Biar saya yang menenangkan anaknya," ucap suster itu.

Beberapa saat kemudian, satpam bersama tim keamanan datang. Dengan sangat terpaksa, Maria dibawa ke ruangan terpisah. Meskipun Maria memberontak dan menolaknya.

"Mau apa kalian, hah?! Mau bawa aku kemana?" berontak Maria.

"Tenang, Bu. Ibu hanya akan dibawah ke ruangan terpisah. Ibu perlu ketenangan." Jawab satpam dan suster di sana.

"Kalian pikir saya gila? Hahahah!!" ucap Maria sambil tertawa.

"Yang gila itu dia!!" Ucap Maria sambil menunjuk anaknya sendiri, Alana.

Melihat mamanya bersikap trauma dan sangat marah, Alana ketakutan. Ia makin duduk menjauh dari mamanya.

"Kamu yang sabar, yah. Ibumu hanya perlu lebih tenang. Maklum, bapakmu baru saja pergi. Jadi, kamu yang sabar, yah," ucap Suster itu.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com