webnovel

AFTER WEDDING AGREEMENT

Aksa Narendra adalah pewaris tunggal dari keluarga kaya raya Narendra Grup. Hidupnya sangat sempurna. Muda, kaya, dan juga tampan. Namun Aksa memiliki trauma di masa lalu yang membuatnya enggan menikah sampai detik ini. Suatu hari ia di desak oleh sang ayah untuk segera menikah. Bahkan sang ayah mengancam mencopotnya dari jabatan CEO jika tidak menikah di tahun ini. Segala cara akhirnya Aksa lakukan untuk memenuhi keinginan ayahnya tersebut. Pada suatu malam, ia terjebak di dalam satu kamar bersama seorang aktris yang berasal dari agensi hiburan saingannya. Pikiran jahat menghampirinya. Bingar Isvara adalah seorang aktris dan penyanyi muda multitalenta dari perusahaan terkemuka di negeri ini. Kariernya sedang menanjak dan ia menjadi aset berharga bagi perusahaan. CEO di agensinya selalu membuat peraturan ketat untuk dirinya agar tidak terkena skandal yang bisa menghancurkan kariernya kapan saja. Namun bukan Bingar namanya jika ia tidak melanggar hal itu. Suatu malam, Bingar menemukan dirinya tidur bersama seorang pria yang sangat ia kenal. Pria yang ia taksir jaman SMA dulu. Skandal tersebut membuat karier Bingar terancam. Ia ketakutan, hingga akhirnya membuat perjanjian dengan pria kaya tersebut. Singkat cerita mereka sepakat menjalani pernikahan kontrak yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Bagaimanakah kehidupan pernikahan bohongan Bingar dengan pria tersebut? Apakah benih-benih cinta akan tumbuh di antara mereka? Dan bagaimana cara Bingar menutupi semua itu dari media dan dari pacarnya? Apakah dengan Bingar, Aksa bisa menyembuhkan traumanya di masa lalu?

aksara_zeen · Teenager
Zu wenig Bewertungen
6 Chs

PERTAHANAN RUNTUH

"Kenapa sial sekali aku hari ini?"

"Gadis itu juga benar-benar membuatku gila. Bagaimana bisa ia hanya seorang diri di club malam seperti ini?" gumam Aksa kesal.

Aksa keluar dari dalam kamar mandi, setelah mendengar ponselnya berdering.

"Iya, ada apa, pa?" jawab Aksa malas.

"Gimana kencan butanya, lancar?" tanya pak Rendra antusias.

"Lancar. Papa tenang saja, tidak perlu khawatir"

"Sudah dulu ya, pa. Aksa tutup. Aksa sedang sibuk"

"Sibuk ngapain kamu? Papa kan sudah mengosongkan jadwalmu hari ini?" tanya pak Rendra penasaran.

"Aksa sibuk di luar, pa. Sudah dulu yaa"

"Sebentar-sebentar, papa mau cerita sedikit". Aksa menghembuskan nafas kasarnya.

"Tadi papa tidak sengaja bertemu Bingar. Kamu tahu, kan? Artis dari agensi sebelah itu lho Sa. Kapan yaa kita punya artis berbakat dan cantik seperti dia di perusahaan kita?". Pandangan Aksa langsung tertuju pada Bingar yang sedang tertidur pulas di depannya.

"Papa bertemu dia dimana?" tanya Aksa hati-hati.

"Di peresmian perusahaan om Dika tadi. Dia jadi brand ambasador produk mereka. Produk baru dari perusahaan om Dika langsung terjual habis. Memang luar biasa sekali pengaruh Bingar di dunia hiburan ini yaa"

"Hemmm...." respon Aksa singkat.

"Kamu serius lagi sibuk, Sa?"

"Iya pa. Sudah dulu yaa. Nanti Aksa telfon lagi"

"Eitts...tunggu dulu. Papa mau ngomong, pokoknya dalam waktu satu minggu ini kamu harus bawa calon istrimu ke rumah. Papa tidak mau tahu"

"Kalau bisa bawa Bingar jadi calon istrimu. Papa dan mama pasti langsung menyetujuinya. Sudah cantik, berbakat, dan pekerja keras. Kurang apa lagi dia?" kata pak Rendra tidak berhenti memuji Bingar membuat Aksa malas mendengarnya.

"Kalau papa maunya dia, terus kenapa namanya tidak ada di daftar kencan butaku, hemm?" sela Aksa cepat.

"Papa tidak bisa menghubunginya, Sa. Kamu tahu sendiri kan, dia dari agensi mana" ucap pak Rendra lemah.

"Itu papa tahu. Papa sendiri tidak bisa menghubunginya, apalagi Aksa? Bagaimana bisa aku membawa artis lain dari agensi saingan kita untuk menjadi calon istriku? Papa ini aneh-aneh saja". Jawab Aksa menatap Bingar dalam. Perempuan itu masih terlelap dalam tidurnya.

"Papa tidak mau tahu. Pokoknya kamu pulang sudah bawa calon istri. Siapapun itu. Papa tidak mempermasalahkannya". Pak Rendra menutup sambungan telefon sepihak. Aksa hanya menghembuskan nafas kasar sambil memijat keningnya pelan.

"Hoaammm...". Bingar menggeliatkan badannya tanpa sadar. Selimut yang menutupi tubuhnya sedikit bergeser hingga memperlihatkan bahu putih mulus miliknya. Aksa membulatkan matanya bulat-bulat melihat pemandangan di depannya. Dengan cepat, ia kembali menutupi bahu Bingar dengan selimut. Berulang kali terdengar hembusan nafas kasar dari Aksa. Sesekali ia mencuri pandang pada gadis yang masih terlelap di atas ranjang itu.

Tiba-tiba ide jahat datang di pikiranya. Kata-kata dari papanya terus berputar dan mempengaruhinya. Aksa berjalan memutari ranjang tempat Bingar tidur sambil terus berpikir. Memikirkan ide yang ada di dalam otaknya. Entah mendapat dorongan dari mana, Aksa mulai melepas satu persatu kancing kemejanya. Lalu membuang kemeja putih itu ke lantai. Aksa meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Setelah nada sambung berhenti, ia berbicara dengan orang tersebut dengan nada tegas dan serius.

"Kamu tidak perlu kesini lagi. Kamu bisa pulang sekarang. Gadis itu sudah di jemput oleh managernya. Aku akan pulang sendiri. Sekian" perintahnya pada Radit sekretarisnya yang sedang keluar membelikannya kemeja.

"Tapi, pak...." belum sempat Radit bertanya, telefon itu sudah terputus. Radit sedikit bingung dan ragu. Namun ia mengikuti perintah bosnya itu. Radit kembali ke rumahnya malam itu juga.

Aksa kembali mengalihkan pandangannya pada Bingar. Ia kemudian naik ke atas ranjang dengan perlahan. Agar tidak membangunkan gadis itu. Dengan sangat hati-hati ia mulai membuka selimut yang menutupi tubuh Bingar. Dalam hati, Aksa sangat meminta maaf pada gadis tersebut. Namun bagaimana lagi, ini satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan untuk menghentikan ancaman dari papanya.

Aksa meluruskan tangannya dan meletakkan kepala Bingar di atas lengannya. Ia mendekatkan badannya dan sedikit memeluk gadis tersebut. Tangannya yang lain ia letakkan di pinggang Bingar dan memeluknya erat. Sedangkan tangan Bingar ia rekatkan ke pinggangnya. Jadi mereka terlihat seperti saling berpelukan mesra di bawah selimut hotel. Aksa menyingkirkan anak rambut yang sedikit menutupi wajah Bingar. Ia tanpa sadar tersenyum saat melihat wajah Bingar yang sangat dekat dengannya.

Saat Aksa sibuk menata pose mereka agar terlihat lebih intim di depan kamera, tiba-tiba Bingar memeluknya sangat erat. Hingga membuat badan mereka menempel satu sama lain. Aksa menahan nafasnya karena wajah mereka yang sangat dekat. Jauh lebih dekat daripada yang tadi. Bahkan wajah Bingar berada di depan lehernya. Dan deru nafas gadis itu mengenai kulit lehernya hingga membuat dirinya frustasi. Aksa mati-matian menahan gejolak yang tiba-tiba datang dalam tubuhnya. Dalam hati ia banyak mengumpat karena menahan gairahnya sendiri.

Dengan cepat Aksa memposisikan ponselnya di depan mereka lalu mengambil gambar. Dari satu foto tersebut, terlihat mereka seperti tidur bersama sungguhan. Dan pose mereka kenapa sangat intim dan aaahh...sudahlah. Ini sangat panas bagi siapapun yang melihatnya. Aksa tersenyum puas setelah berhasil mengambil beberapa gambar. Dan entah mendapat dorongan dari mana, ia mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium gadis tersebut.

Pertahanan Aksa benar-benar runtuh di depan Bingar. Ia tidak bisa menahan gairahnya yang sudah memuncak. Sudah pasti ia akan di cap sebagai lelaki brengsek setelah ini. Tapi Aksa tidak memperdulikan hal itu. Aksa meletakkan ponselnya di atas meja. Dan ia kembali mencium bibir Bingar yang terasa manis di bibirnya. Aksa tersenyum di sela-sela ciumannya. Ia juga bisa merasakan Bingar mulai membalas ciumannya dengan mata gadis itu yang masih tertutup.

Seperti mendapat angin segar, Aksa lebih memperdalam ciumannya. Bahkan kini ia berpindah posisi sedikit menindih Bingar. Ia kalungkan tangan Bingar ke lehernya. Dan Aksa terus melancarkan aksinya. Melumat bergantian atas dan bawah bibir Bingar yang sudah merah dan sedikit bengkak karena tindakannya. Aksa tersenyum senang saat ia mendengar desahan pelan yang keluar dari mulut Bingar. Aksa tidak bisa menghentikan ini.

Bahkan kini ia semakin berani. Tangannya melonggarkan kaos yang dikenakan Bingar hingga bergeser sedikit. Ciuman Aksa berpindah ke leher dan bahu putih milik Bingar. Deru nafasnya sudah memburu. Decapan dan suara ciuman mereka terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Hingga dering ponsel menghentikan kegiatan Aksa.

Aksa melirik sekilas pada ponselnya yang ia letakkan di meja kecil di samping ranjang. Ia melihat nama yang tidak asing di sana. Aksa enggan untuk mengangkat telefon itu. Ia kembali membenamkan wajahnya di celukan leher Bingar. Namun lagi-lagi, dering ponsel itu mengganggunya. Aksa sedikit mengumpat sebelum mengangkat telefon itu.

"Kenapa?" tanyanya kesal pada seseorang di seberang sana.