webnovel

A Story You Can Tell

PERINGATAN! Rate 18+ Mengandung kekerasan Fuguel, lelaki tanpa ekspresi itu telah kehilangan hampir semua hal dalam hidupnya. Kemudian Albert, penyihir muda yang juga pangeran dari Ririas, lari dari negerinya setelah mengetahui sebuah kenyataan yang menyakitkan. Keduanya kemudian bertemu di sebuah wilayah gersang dan melakukan perjalanan untuk mengembalikan tubuh Fuguel seperti semula. Selama perjalanan itu, mereka melalui banyak hal, bertemu dengan banyak orang, belajar mengenai arti cinta, dan belajar memaknai kehidupan. A Story You Can Tell sendiri merupakan kisah cinta. Cinta yang menjadi kekuatan atas segala tindakan, sekaligus rasa sakit terburuk yang pernah manusia rasakan.

aylenasensei · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
43 Chs

Kota Festival

Dua bulan berlalu setelah pertemuan kedua orang itu. Saat ini telah memasuki musim dingin dan keduanya tengah mencari ranting pohon.

"Ck." Albert melempar kumpulan ranting yang ia pegang. "Mengapa juga aku harus melakukan ini?!" Anak itu mendengus kesal dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Melihat tingkah anak itu, Fuguel yang bekerja tanpa mengeluh, berjalan mendekat lalu meletakkan rantingnya.

"Sakit!" Anak itu merintih kesakitan setelah kepalanya dijitak. "Hey, Apa yang kau lakukan?!"

Keduanya saat ini berada di tengah-tengah hutan mempersiapkan api unggun. Selama dua bulan, mereka hidup nomaden di alam bebas. Setelah beberapa lama memiliki gaya hidup seperti itu, Albert akhirnya mencapai batasnya.

"Tuan Fuga, bukannya kota yang dituju sudah dekat dari sini? Mengapa kau keras kepala sekali mempertahankan gaya hidupmu itu?" tanya Albert dengan nada sarkastik sembari menggeleng-gelengkan kepala dan dengan tangan yang masih dilipat di depan dada.

Fuga, seperti itulah Albert memanggil Fuguel. Katanya, nama "Fuguel" terkesan kampungan makanya ia memberikan nama panggilan. Fuguel sama sekali tidak keberatan dan membiarkan anak itu memanggil sesukanya.

"Kita harus meminimalisir kontak dengan orang-orang, lagi pula kau itu buronan. Kita harus menghindari pertarungan yang sia-sia," jelas pria itu kemudian kembali memungut ranting pohon. Mendengar itu, Albert menyipitkan mata dan mengerutkan dahi.

"Sepertinya kau sangat meremehkan kekuatanku. Hanya kau yang bisa melihat sosok asliku. Dengan kata lain kau itu kasus langka!" Albert menunjuk wajah Fuguel kemudian mengulangi ucapannya dengan nada yang lebih keras "KA-SUS LANG-KA!"

Fuguel menghela napas panjang. Meski ekspresi dari pria itu tetap datar, bukan berarti ia tidak memiliki emosi sama sekali. Terkadang, dari perilakunya kau bisa menangkap maksud dari yang ia rasakan. Dengan kata lain, Fuguel saat ini lelah mendengar ocehan Albert.

"Baiklah, lebih baik kita hentikan semua ini dan segera menuju kota terdekat. Lagi pula, sekarang musim dingin. Bisa saja badai muncul."

Dengan menunjukkan senyum kemenangan, Albert memimpin jalan menuju kota terdekat yaitu Kota Festival. Kota Festival merupakan bagian terluar Negeri Floral yang berbatasan dengan Flugel. Di kota itu, terkenal dengan suasananya yang riuh dan gaduh seperti festival. Selain itu, banyak item langka yang dijual di sana. Apa pun bisa ditemukan di Kota Festival, termasuk informasi rahasia suatu negara. Fuguel dan Albert berharap dapat menemukan informasi terkait lembah terlarang di kota itu.

Dua bulan, mereka sama sekali belum mendapat petunjuk memasuki lembah terlarang. Fuguel meminta bantuan Albert untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Tubuh Fuguel bisa dibilang sama seperti mayat hidup, tidak merespon suhu, sakit, rasa kantuk, bahkan tak bisa mengekpresikan emosi. Sekilas terdengar menakjubkan dan tidak terkalahkan, tetapi tetap saja tubuhnya memiliki kebutuhan seperti manusia normal. Tidak merespon suhu bukan berarti tahan panas atau dingin, tidak merespon sakit bukan berarti serangan fisik tidak mempan sama sekali. Bila diibaratkan, seperti alarm tubuh yang tidak berfungsi sama sekali. Satu-satunya cara untuk mengembalikan tubuh Fuguel adalah memasuki lembah terlarang. Tidak mudah memasuki lembah itu. Hanya manusia yang memiliki kekuatan sihir yang dapat membuka gerbangnya. Namun, gerbang menuju lembah terlarang sendiri masih merupakan misteri sampai saat ini.

Lembah terlarang merupakan wilayah yang sangat berbahaya. Tidak ada manusia biasa yang sanggup hidup di tempat itu. Tapi konon katanya, semua hal bisa terjadi di sana. Semuanya berarti semuanya. Mulai dari hal yang paling buruk hingga hal yang paling diinginkan manusia. Beberapa rumor menyebutkan bahwa terdapat sebuah menara di sana. Dan di menara itu, seseorang dapat membuat permohonan apapun. Bisa dibilang, meski lembah tersebut berbahaya tapi juga sangat menggiurkan. Segala keinginan dan ketamakan manusia diizinkan. Mungkin, hal itulah yang membuat orang-orang tetap pergi meski berbahaya.

"Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kondisi tubuhmu seperti itu?" tanya Albert tiba-tiba. Mungkin ia penasaran, mungkin juga hanya ingin mencairkan suasana selama perjalanan untuk memecah keheningan.

"Tiga belas tahun," jawab Fuguel singkat.

"Tiga--" sontak Albert kaget, "Sudah tiga belas tahun dan kau belum menemukan informasi apa-apa?" tanya anak itu dan masih dalam kondisi tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Aku baru saja mulai mencari informasi beberapa bulan terakhir," balas Fuguel datar.

Albert kebingungan. Tiga belas tahun merupakan waktu yang lama. Dan selama itu pula Fuguel hidup dengan kondisi tubuhnya. Kulit Albert tiba-tiba sensitif, ia kemudian merasa semakin dingin. Entah karena memang suhu semakin rendah dan bajunya tidak cukup tebal, atau memikirkan kondisi Fuguel yang membuat Albert sensitif.

"Apa yang kau lakukan selama ini, kenapa baru sekarang kau mencaritahu cara mengembalikan tubuhmu?"

"Itu--" Fuguel diam sejenak, kemudian melanjutkan, "Rahasia," ucapnya.

"K-kau," Albert merasa sedikit kesal. Sebagai orang yang dimintai pertolongan dengan pertaruhan nyawa, rasanya tidak adil ketika ia dibiarkan dalam ketidaktahuan, yang lebih penting lagi dia sebenarnya penasaran. Namun, untuk menghargai privasi Fuguel, Albert menahan diri. "Sudahlah, lupakan percakapan ini." Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan.

Beberapa saat setelahnya, akhirnya Kota Festival mulai terlihat. Kota yang dibatasi oleh dinding beton yang melingkar dan sisi luarnya yang berupa tanah lapang membuat kota itu tampak sangat jelas. Kau bisa merasakan keramaian bahkan dari kejauhan. Meski dilapisi salju, atap rumah yang kebanyakan berwarna merah membuat kota itu terasa begitu hidup dan meriah. Jika diibaratkan kota itu terlihat seperti buah delima.

"Kota ini memberikan kesan yang aneh. Suhu dingin menjadi seolah tidak terasa hanya dengan melihatnya," ucap Albert lirih. Ia memandangi kota itu dengan tatapan sendu. Mendengarnya Fuguel tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya terdiam dengan wajah datarnya dan berjalan menuju gerbang kota. Mereka harus segera menemukan penginapan sebelum petang.

Waktu lewat tengah hari, Kota Festival seperti yang dirumorkan benar-benar ramai. Tampak orang-orang berlalu lalang dengan berbagai macam kesibukan. Namun, hal yang paling membuat kota ini ramai adalah suasananya. Jalan yang terbuat dari ubin yang dicat merah, baju penduduk yang kelihatan cerah, kemudian kebiasaan bicara yang menggebu-gebu seperti kelebihan gula membuat nama Kota Festival terasa benar-benar pantas.

"A-apa ini?" Albert terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia mematung dengan alis mengerut, mata terbelalak, dan mulut ternganga.

"Aku berpikir bahwa penampilan kita tampak sangat biasa bahkan mendekati lusuh, tapi…" Albert menelan ludahnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya, "… entah mengapa kita terlihat mencolok."

Fuguel dan Albert mengenakan pakaian layaknya pengembara. Mereka mengenakan sepatu bot berbahan kulit berwarna hitam dan jubah berwarna cokelat yang menutupi seluruh badan. Kemudian mereka hanya membawa ransel dan satu kantong makanan sebagai barang bawaan. Tampilan itu terkesan tidak biasa ketika berada di Kota Festival. Bagaimana tidak, setiap orang mengenakan pakaian berwarna-warni dengan sarung tangan dan scarf yang bercorak.

"Hey, kita harus menemukan penginapan!" kata Fuguel yang mengisyaratkan bahwa mereka harus segera berpindah dari tempat mereka berdiri---di tengah jalan tepatnya.

Beberapa saat setelah mencari penginapan, akhirnya mereka menemukan satu yang cocok. Penginapan tersebut berbeda dari bangunan lainnya. Bangunannya terbuat dari kayu dan tidak dicat berwarna cerah. Malahan dibiarkan tanpa cat sama sekali. Satu-satunya usaha yang dilakukan untuk berbaur dengan kota ini adalah gantungan kain berwarna-warni yang digunting segitga lalu dibentangkan dari satu sudut langit-langit ke sudut lainnya hingga membentuk persilangan.

Pemilik penginapan ini merupakan seorang wanita paruh baya dengan rambut kribo berwarna hitam. Kulitnya cukup gelap dengan berat badan berlebih. Kemudian ia bermata cokelat dan memiliki bintik-bintik hitam di area wajahnya. Pakaian si pemilik penginapan juga tidak sama seperti penduduk lain. Ia menggunakan gaun berwarna olive green di atas mata kaki dan celemek yang memiliki noda makanan. Melihat tampilan wanita itu, Albert merasa lega. Ia tidak perlu merasa benar-benar asing di negeri orang asing.

"Wah …." Wanita itu tersenyum dengan hangat, "Aku tidak tahu bahwa anak laki-laki dan ayahnya bisa seakur ini, kalian bahkan berlibur bersama," ucapnya. Suaranya terdengar lebih lembut dari tampilannya, bahkan kesannya lebih feminin.

"Bukan begitu ...." Awalnya Albert berniat menjelaskan kesalahpahaman tersebut, tapi ia mengurungkan niatnya. Mereka berdua pada akhirnya segera menuju kamar dan merapikan barang bawaan.

"Aku tidak berniat membuat tampilan kami seperti ayah dan anak, tapi sepertinya orang lain melihatnya begitu."

Albert merupakan pemuda berambut pirang ikal dengan mata emerald. Tetapi sosok aslinya hanya bisa dilihat oleh Fuguel. Orang lain melihat Albert dengan rambut hitam ikal dan pupil gelap. Sekilas tampilannya memang serupa dengan Fuguel. Hanya saja Albert memilih tampilan tersebut bukan karena ingin menyamakan tampilan mereka berdua, bahkan sebelum bertemu ia memang sudah terlihat seperti itu. Ia berpikir bahwa tampilan itu tidak mecolok dan sangat cocok dengan penyamarannya.

Lokasi kamar mereka berada di tingkat dua bagian ujung. Mereka juga dapat memesan makanan di kafetaria---lantai satu penginapan. Setelah merapikan barang bawaan dan beristirahat, mereka berdua bersiap-siap untuk turun dan makan malam. Suasana malam di penginapan terasa begitu nyaman karena suhu ruangan yang hangat. Berbeda sekali ketika mereka berada di hutan atau area terbuka lainnya. Albert tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena setelah sekian lama ia bisa merasakan ruangan tertutup. Ditambah lagi, ia baru saja selesai mandi dengan air hangat. Sementara itu, di tengah kenyamanan tersebut mereka harus tetap waspada. Karena di antara malam yang sunyi terdapat sosok yang bersembunyi di balik bayangan. Fuguel dan Albert sedang diawasi.

~

Teman-teman terus dukung karya ini dengan meninggalkan jejak berupa rating bintang, komen, dan lainnya. Dukungan kalian sangat berarti bagi author^^

aylenasenseicreators' thoughts