“HAHAHAHAHAHAHA.... kau mau tau kenapa aku bisa mengetahui hal itu..?? karena aku menyaksikannya langsung.. aku berada di sana saat kalian menyegel gerbang terkutuk itu. Karena aku tidak lain adalah..” pusaran angin kencang tiba-tiba berhembus di sekitar peniru Erick yang lagi-lagi menghalangi pandangan.
“.. PELAKU TERBUKANYA CELAH BUMI 2.000 TAHUN LALU.. SANG ALICORN MENYEGELKU DI DALAM SANA HINGGA RAGA KU MENYATU DENGAN MAGIA JANTUNG BUMI.. SAAT GERBANG ITU TERBUKA AKU KELUAR DAN KALIAN DENGAN BODOHNYA MENYEGEL GERBANG ITU TANPA AKU DI DALAMNYAA... HAHAHAHAHA” tubuh peniru Erick perlahan menghitam dan membesar, seiring dengan gema suara yang memekakkan telinga.
SWOOOSSSHHHH……… Angin dengan debu berwarna hitam. Merusak halaman Eispalast, menerbangkan bendera-bendera berlambang Draecorona yang terpasang di dindingnya bahkan beberapa orang terpental akibat kencangnya angin itu.
“AAAA….!!!!!” Kerumunan yang sedari tadi menonton pun berhamburan, masuk kembali ke Eispalast atau sembunyi dibalik dinding-dindingnya berlindung dari amukan angin.
“cih.. kuat sekali…” Ziel melindungi beberapa orang dibalik sayapnya, pandangannya pun ikut terhalang tak bisa lihat kemana-mana.
“SELAMATKAN DIRI KALIAN….!!!”
“AYO.. LEWAT SINI..”
Marco, Gregory, serta penjaga-penjaga lain di Eispalast berusaha mengevakuasi kerumunan yang ada disana. Mereka takut, panik, karena lupa dan tak menyadari.. sosok apakah yang sebenarnya tengah meniru Raja mereka.
“APA-APAAN DIA?!!” Adryan spontan berubah wujud melindungi Peter, Ryota dan Damian dibalik tubuh Feline nya yang kekar. Cakar-cakar tajamnya bahkan terseret diatas salju, menandakan bahwa angin itu terlalu kuat untuk ditahan.
Nathanael memeluk Cyrus dibalik sayapnya. Ia belum sempat mengeluarkan lagi tombak sihirnya karena mengutamakan keselamatan teman di sebelahnya. Sedangkan Erick menyentakkan kaki, membuat perisai es untuk melindungi diri serta adik Sirennya.
“bertahanlah… teman-teman…”
“...... WUAHAHAHAHAHAHA” tawa sang peniru menggema. Ia kembali dalam wujud aslinya yaitu sesosok bayangan hitam yang tinggi dan besar. Ia bagaikan hantu berjubah hitam, dengan tangan dibalut Magia padat berwarna gelap dan tanpa kaki, hanya ujung jubah yang melayang-layang.
“... oiya.. supaya mudah.. panggil saja aku.. Blackout...” ujarnya dengan kedua mata merah menyala dan mulut tersenyum jahat.
Ninefinity pun menyiapkan masing-masing senjata dan sihir mereka.
“… dia ini.. apa?”
“aku.. tidak tau..”
Mereka kini berhadapan dengan sesuatu yang tak pernah dihadapi sebelumnya yang membuat mereka bertarung tanpa strategi karena belum tau apa-apa tentang lawan mereka.
Blackout Ia bilang? Pelaku di balik terbukanya celah jantung bumi? Berarti ialah yang menyebabkan Arc Chaestra saling berperang 2.000 tahun lalu? Perang yang membunuh ratusan ribu jiwa? Perang yang menyebabkan 9 klan saling diam selama 2.000 tahun? Yang membuat sang Alicorn turun ke bumi dan yang tidak langsung menyebabkan Father of Demigod mengorbankan dirinya?? Ia jawaban yang selama ini ingin diketahui setiap orang tentang masa lalu Gate of South yang penuh tanda tanya.
“HOAHAHAHAAHHA....!!!!!!!!” Blackout terbang meninggalkan Eispalast. Jejak terbangnya membuat asap hitam yang mencemari udara.
“sialan.. dia kabur..!!!”
“ayo kejar..!!!” Nathanael, sambil memegang Chriso macairi Ia mengambil ancang-ancang naik ke langit. Mengejar sosok hitam yang sudah berani main-main dengan kedamaian 9 klan.
“ayo Erick..” Cyrus menyusul. Lapis-lapis sayap birunya mengepak, tak kalah gesit untuk mengejar sang penjahat.
“Ziel.. serahkan semua ini pada kami.. tolong jaga Eispalast sementara kami mengejarnya..” pinta Erick sambil mengepakkan sayapnya dan terbang mengejar Blackout, menyusul Nathanael dan Cyrus yang sudah terbang duluan.
“ya, aku mengerti.. berhati-hatilah...” Ziel tetap berdiri di depan Eispalast mengharapkan keberhasilan Ninefinity dalam memburu lawan mereka.
Damian berubah menjadi seekor elang dan terbang bersama Erick, Cyrus, dan Nathanael untuk mengejar. Dua lembar bulu hitam diatas kepalanya tetap ada, sebagai ciri khas bahwa ialah Shapeshifter yang sedang berubah wujud menjadi binatang.
“ayo, naik..” Adryan membungkuk, membiarkan kawan-kawannya untuk ikut di punggungnya.
“.. tidak perlu..” Ryota ikut berubah menjadi Kitsune. Wujud rubahnya sedikit lebih besar dari Feline Adryan. Namun 7 ekornya yang mekar bagai matahari nampak sungguh cerah. Lonceng-lonceng menggantung di kalungnya berseling dengan jimat kertas membuktikan dirinya sebagai sosok utusan Dewa rubah Inari, pengawas semesta.
“Peter..”
“eh? Iya..”
Peter yang sempat terpaku melihat Ryota tiba-tiba tersentak, dan segera naik ke punggung Adryan yang masih membungkuk untuknya.
“.. bolehkah aku..” Andrew menatap mata Kitsune Ryota yang cukup tinggi dari tempatnya berdiri. Sang rubah pun mengedip.
“tentu saja boleh..”
Feline Adryan dan Kitsune Ryota berlari bersama Peter dan Andrew, menyusul mereka yang mengejar dengan terbang tinggi di udara. Pukulan kaki dua Beast itu menghasilkan jejak lelehan salju karena panasnya Magia mereka. Blackout dengan jubah hitamnya terbang bagaikan hantu yang berkeliaran di antara sepinya hutan dan gelapnya malam hari. Langit siang yang cerah membuat sosok itu nampak mencolok.
“Chriso Macairi 15th style.. WINDAIRY..!!!” Nathanael coba menyerang, pusaran angin putih menyerang dari kilau emas tombak pusakanya. Angin yang kemudian mengoyak tubuh sang penjahat.
Namun sayang jurusnya hanya sekedar angin yang menghembus asap, tidak berefek apapun. Angin dari Chriso macairi tak mampu melukai tubuh Blackout yang memang hanya berupa bayangan.
“HAHAHAHAHAHA BODOH..!!! AKU INI BAYANGAN... MENYERANGKU DENGAN ANGIN HANYA IBARATKAN MEMOTONG AIR.. MUSTAHIL..!!!” balasnya sambil tetap terbang di langit dingin Draecorona entah kemana tujuannya.
“Cih.. kalau begitu akan kucoba jurus lain—“ Nathanael mengangkat kembali tombaknya, mengumpulkan Magia bersiap menyerang kembali. Tinggi juga semangat bertarung Raja Celestial ini.
“tunggu Nathanael, biar aku coba.. aku ingin membalaskan sedikit kekesalanku padanya..” Erick mengubah wujudnya menjadi Dragon.
“awas kau ya..” Ia lalu membuka mulut dan...
“hap..” Blackout terperangkap di dalam mulut Dragon Erick, diantara lidah dan gigi-giginya yang tajam.
“WOWW...!!!!”
“HAHAHAHA... BAGUS ERICK...!!!”
“NTAAPPSS...!!!!” teman-temannya kaget sekaligus geli melihat Dragon Erick melahap makhluk itu.
“KELUARKAN AKU..!!! ATAU KU BELAH TENGGOROKANMU DARI DALAM..!!!!” udara di dalam mulut naga itu makin beku dan dingin, perlahan tubuh Blackout membeku aliran Magianya lalu kaku terperangkap dalam es.
Tak lama, Dragon Erick memuntahkannya lagi. Kini Blackout terperangkap dalam balok es yang dibuat Erick didalam mulutnya.
Syuuuu…… DUMPRAAKKK…!!!!!!!
Sosok hitam itu jatuh dari ketinggian karena beratnya es dan terhempas di permukaan salju hingga balok es itu pecah.
“BOCAH SIALAN...” Ia menggeliat di salju dengan tubuh yang setengah beku. Erick dan Damian mendarat di hadapannya dan kembali ke wujud manusia setelahnya.
Nathanael dan Cyrus ikut mendarat dan melipat sayap-sayap mereka, hingga tiba nya sang dua pemimpin Beast bersama kawan yang dibawa di punggung masing-masing. Raungan Adryan sudah terdengar dari jauh begitupun lonceng-lonceng di kalung Ryota. Ninefinity kini berdiri sejajar di hadapan tubuh raksasa Blackout. Bersiap untuk menghukumnya lebih jauh.
“aku dan Ryota.. bolehkah?” Adryan yang masih berwujud Feline meminta ijin pada Erick selaku penguasa wilayah, berniat menyerang bersamaan dengan Kitsune Ryota.
“hmm.. tidak ada rumah atau penduduk berkeliaran di kawasan ini.. boleh deh.. silakan..” mengingat besarnya kekuatan Adryan dan Ryota, Erick lebih dulu memastikan keadaan sekitar. Sekiranya aman, Ia pun mengijinkan..
Sepasang mata kuning Adryan melirik pada Rubah berekor tujuh di sampingnya. Sang rubah pun merespon dengan anggukan. Udara sekitar ekor-ekor Ryota mulai terasa panas sementara terlihat awan petir berkumpul di atas Adryan. Mereka menyerang tanpa ragu.
Gglllrr… bbllrrr…. Awan gemuruh seolah memperingatkan atas eksistensinya yang berbahaya. Anggota Ninefinity lainnya pun mundur.
“BLAZE-THUNDER...!!!!” keduanya menembakkan jurus gabungan. Bola api dari mulut Ryota menyatu dengan petir dari Adryan. Warna kuning-oranye dari api berpadu dengan petir merah, membuat jejak lurus dari salju dan es yang meleleh terkena hawa panas yang ekstrim. Mata Blackout terbelalak melihat besarnya bola api yang datang kearahnya, dimana bola api itu meledak tepat setelah mengenai tubuhnya.
BBOOMMM....!!!!!!!! Tanah bergetar kuat bahkan retak menyisakan kawah yang dalam. Salju yang menguap menghasilkan kabut putih tebal akibat serangan mereka.
“bagaimana menurut kalian serangan barusan??” usai menembakkan bola api terlihat asap mengepul dari sela-sela mulut Ryota.
“hemm… 8,5 deh… getarannya kurang terasa” sahut Damian menggoda 2 Beast itu.
“kau yakin bisa lebih menggetarkan daripada ini??”
“mau coba lihat??”
“hei sudah-sudah..”
“… tapi apa dia berhasil kita kalahkan?”
“bagaimana pun juga.. dia harus kalah.. aku khawatir kalau kita biarkan dia lolos, suatu hari nanti dia pasti akan kembali mengacau dimanapun itu..” masih siaga, Erick tetap memperhatikan sekitar. Ia maju beberapa langkah mendekat ke titik ledakan.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk itu. Kabut yang menghalangi pandangan perlahan memudar. Di tengah bekas ledakan hanya ada retakan-retakan es dan bebatuan yang hangus terbakar. Tempat itu sunyi seketika.
“yahh.. sepertinya a sudah tidak ada..” sambil memasukkan A Froura ke sarungnya, Peter berujar pada teman-temannya.
“tapi sumpah.. perasaanku belum tenang..” kedua kaki Andrew masih merasa tegang. Firasatnya mengatakan pertarungan itu belum berakhir. Mata ungunya dengan seksama memandang lurus ke depan, mewaspadai musuh yang kemungkinan masih hidup.
“kau mau tau berapa nilai kalian… NOL BESAR..!!! HAHAHAHAHAH…!!!!!” tak disangka setelah sunyi beberapa detik Blackout bangkit dari bayangan-bayangan hitam yang berpencar, menghempaskan salju yang mengubur dirinya. Ninefinity terutama Adryan dan Ryota pun terbelalak melihatnya masih mampu bangkit.
“HUAHAHAHAHA YAA…. SETELAH KEMUNCULANKU KALIAN TIDAK AKAN PERNAH MERASA TENANG... SAMPAI SISA UMUR KALIAN... DENGAN KEKUATAN INI... ARC CHAESTRA AKAN JATUH KE TANGANKU...!!!!!!” Suaranya bahkan lebih menggema dibanding sebelumnya. Wajah gelap nya masih memandang remeh kekuatan 8 Raja dihadapannya.
8 lawan satu. 8 Raja tak akan gentar melenyapkan pengacau dari muka bumi, demi kedamaian Arc Chaestra..