webnovel

BAB 6 - BERKENCAN

"Yoona, jangan mengacuhkanku seperti ini" keluh Henry kemudian

"Kak, bisakah kamu meninggalkan pekerjaanmu sekarang? Jika kamu bisa melakukannya, aku akan tetap tinggal" sahut Han Yoona sembari menatap Henry, dia ingin melihat reaksi apa yang akan di tunjukan kakaknya jika dia meminta itu. Tapi reaksi kakaknya seperti yang dia duga.

Mereka baru saja mengenal sebagai saudara, dalam hati Han Yoona akan terlalu egois jika dia merenggut cita-cita kakaknya

"Kakak, fokuslah dengan pekerjaanmu. Jika kakak tidak sukses, jangan mengakuiku sebagai adikmu di masa depan" lanjut Han Yoona mengancam sembari tersenyum lalu menarik keluar kopernya

"Yoona…" panggil Han Jisung terlihat sangat bersalah

"Jaga Ibu untukku" Ucap Han Yoona lalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kedua saudara laki-lakinya itu yang terlihat mengecil dari kaca spion mobil.

"Sejak kapan anda mengawasiku di sini?" Tanya Han Yoona acuh

"Sejak Nona pertama kali datang kesini"

"Jadi anda mengetahui siapa mereka?"

"Saudara tiri dan saudara kembar Anda"

"Lalu kenapa hanya aku yang harus kembali?"

"Karena tidak ada yang mengetahui jika Nona memiliki saudara kembar"

"Kenapa?" Tanya Han Yoona

"Karena jika keluarga mengetahuinya, sudah di pastikan Ibu anda tidak akan bisa melihatnya lagi" terangnya lugas

Pada akhirnya Han Yoona mengetahui alasan kenapa Ayahnya memilih dirinya. Han Yoona tidak lupa menghubungi Ibunya, menjelaskan kepergiannya. Ibunya yang pada awalnya tidak mau menerima itu akhirnya paham dan tidak menuntut lagi setelah Han Yoona berjanji akan tetap menjaga komunikasi dengan Ibunya.

Han yoona kembali ke Negara A tinggal bersama Ayahnya dan melanjutkan Home Schooling disana karena dia tidak siap untuk kembali beradaptasi di lingkungan sekolah.

***

Beberapa tahun kemudian,

Tidak ada bedanya hari ini dan hari-hari sebelumnya, suasana kampus baru Yohanna tetaplah sama kacaunya.

Salah satu Universitas internasional yang muridnya berasal dari beberapa Negara, tapi tetap saja sikap rasis beberapa murid local masih ada.

"Aku dengar ayahnya seorang Bangsawan, tapi dilihat dari segi manapun mereka tidak mirip sama sekali" bisik salah satu murid perempuan yang kini duduk selisih beberapa bangku di depan Yohanna.

"Aku pikir mungkin dia hanya sekedar anaknya, kamu tau kan maksudku?" timpal seorang yang lain sembari tersenyum nakal

"Sugar Baby" kata mereka kompak lalu tertawa lantang

Bukan hal yang baru bagi Yohanna mendengar ejekan teman-temannya sejak dia pindah ke Universitas ini. Status ayahnya memang sulit untuknya bersosialisasi dengan kehidupan pribadi ayahnya.

"Sudah pulang?" sapa James Ayah Yohanna baru saja masuk kedalam rumah

"Ya" responnya malas melangkah masuk kedalam kamarnya tanpa menunggu respon Ayahnya, Yohanna melempar tasnya dengan santai di sebelah tempat tidur lalu merebahkan diri lelah.

Tak lama kemudian terdengar ketukan pada pintu kamar diikuti suara Ayahnya

"Bisakah kita bicara sebentar?"

"Apakah tentang ijin aku tinggal sendiri di apartemen? Jika bukan, aku ingin tidur" respon Yohanna tanpa bergerak dari posisinya

"Yahanna… kita sudah selesai membahas ini sebelumnya kan? Lebih aman jika kamu tetap tinggal disini"

"Ya… daripada merasa aman aku lebih merasa terkekang"

"Tidak ada yang mengekangmu, kamu bisa melakukan semua yang ingin kamu lakukan"

"Tentu saja, dengan beberapa mata yang terus mengikuti gerak-gerikku"

"Itu demi keamananmu" bujuk Ayahnya

"Lebih tepatnya agar aku tidak lagi kabur ke Ibuku" timpal Yohanna dan percakapan mereka selesai

Yohanna tidak begitu nyaman dengan kehidupan keluarganya yang sangat disiplin dan banyak aturan.

Saat Yohanna memutuskan untuk kembali tinggal bersama Ayahnya, dia berpikir itu adalah jalan satu-satunya agar bisa memperbaiki keadaan yang pernah kacau bertahun-tabun lalu. Dia berharap masih ada kesempatan agar Ibu dan Ayahnya bisa bertemu kembali.

***

"Pranggg…." Suara piring pecah membuat kebisingan di kantin sekolah lenyap

"Shit…!!!" umpatan seorang murid membuat mata tertuju ke sumber suara itu saling berbisik

"Hey… gunakan matamu saat berjalan, kamu membuat makananku jatuh" teriak seorang gadis dengan rambut pirang murka

"Maaf, ada yang mendorongku dari belakang" gumam seorang gadis lain yang bertabrakan dengan gadis pirang itu

Tapi pihak lain tidak pernah mau mendengarkan permintaan maaf tersebut dan terjadilah ke kacauan.

Tidak ada yang berniat menghentikan kegaduhan tersebut, hampir semua murid yang sedikit menonjol atau berbeda mengalami perlakuan seperti itu, tak terkecuali Yohanna.

Sebagian besar murid Universitas ini mempunyai lingkaran social tinggi, mulai dari anak selebritis atau keluarga bangsawan seperti Yohanna sampai pengusaha dan pemegang kekuasaan di Negara ini.

Walaupun tidak jarang murid dari kalangan menengah juga ada disini dengan bantuan Beasiswa karena pintar.

Di sisi lain Yohanna hanya melihat kejadian itu sebagai rutinitas biasa, ada pemburu dan ada yang di buru itulah hukum rimba yang ada di sini.

Beberapa hari setelah pembicaraan singkat dengan Ayahnya, kini penjaga yang mengikutinya mulai berkurang. Bahkan sekarang dia hanya di temani seorang supir untuk pergi kesekolah.

Beberapa pesan masuk di ponselnya, tautan tentang berita yang menyangkut kehidupan Ayahnya. Beberapa merilis fotonya dari arah belakang saat dia hendak masuk ke restoran untuk makan bersama ayahnya dan beberapa lagi saat dia hendak pergi kesekolah.

'Penerus tahta yang memutuskan hengkang dari kalangan Bangsawan' itulah tajuk untuk artikel tersebut membuat Yohanna segera mematikan ponselnya.

"Bored" terdengar bisikan di sebelah telinga Yohanna pelan dan sosok pria dengan pakaian agak berantakan yang terkesan cuek sudah duduk di sebelahnya dengan satu tangan menopang dagunya tersenyum jahil

Melihat itu Yohanna segera mengemasi barang-barangnya dan beranjak pergi tanpa mengatakan apapun. Hidupnya sudah cukup kacau dia tidak mau menambah kekacuan yang lain

"Waktunya sudah habis, berikan aku sebuah jawaban" teriak pria itu saat melihat Yohanna sudah beberapa langkah meninggalkannya. Suaranya tidak pelan sehingga membuat kegaduhan dua orang gadis tadi berhenti dan terfokus padanya

Tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih, Yohanna tidak menghentikan langkahnya sama sekali tapi pria itu tidak ingin melepaskannya begitu saja

"Yes or No?" teriaknya lagi "Aku lebih suka kata YES dengan sedikit desahan" lanjutnya menggoda membuat beberapa murid di sana menutup mulut seolah terlalu kaget dengan apa yang baru saja mereka dengar

"Come on Babe…" setelah melihat Yohanna menghentikan langkahnya

"YES" ucap Yohanna sembari menoleh kearahnya menatap langsung mata pria itu dengan serius

Terlihat senyum sinis di bibir pria itu lalu mendekati Yohanna meraih tangannya dan menggenggamnya dengan erat.

"Siapapun yang berani mengganggunya, akan berurusan denganku" titahnya kejam lalu menggandeng Yahanna keluar dari ruang kantin tersebut.

Setelah hening beberapa saat seisi kantin meledak dengan apa yang baru saja mereka lihat.

Jonathan, siswa asia pertama yang berhasil merebut perhatian banyak murid perempuan dan tidak pernah mengalami perlakuan rasis. Dia baru saja masuk kembali kuliah setelah cuti beberapa bulan lalu untuk mengambil alih perusahaan Ayahnya dengan lantang mengumumkan hubungannya dengan Yohanna

"What the hell!!" beberapa anak gadis mengumpat kesal karena selama ini mereka sangat terobsesi dengan Jonathan karena ketampanan yang tergolong nakal menggoda.

"Dasar pemberontak" ujar Jonathan sinis sembari menatap gadis yang ada di depannya tapi tidak mendapat respon berarti dari Yohanna

"Jadi kamu memanfaatkanku?" tanya Jonathan meremehkan

"Haruskah aku mengatakan 'NO' dan mempermalukanmu?" respon Yohanna kemudian

"Maka kamu akan menjadi gadis pertama yang menolakku"

"Wah… aku melewatkan kesempatan itu" keluh Yohanna menyesal