Seketika peluhnya masih menetes di leher dan dahinya karena terlalu lelah melewati hari ini dengan berbagai peristiwa yang belum pernah ia alami sebelumnya. Jungkook kemudian menarik nafas beratnya, lalu membuang secara kasar.
"Baiklah, aku akan segera mandi dan kembali tidur. Besok aku harus bangun pagi dan pergi ke sekolah." seru Jungkook dan kemudian ia beranjak dari ranjangnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, Jungkook kembali ke ranjangnya dan langsung tidur.
_____***_____
Esok harinya.
Waktu sudah menunjukan pukul 6 lewat 15 menit. Jungkook kini sudah berada di dalam bis untuk segera menuju sekolah.
Ya.. seperti biasa, saat menikmati perjalanannya, Jungkook hanya fokus membaca komik sembaring mendengarkan lagu dengan headset di telinganya.
.
.
.
.
.
.
.
Sampai sekolah.
Kemudian Jungkook berjalan santai menuju ke kelas sembaring menggendong tas berwarna hitam di sisi pundak kirinya, buku komik masih di genggamannya, serta headset yang juga masih terpasang di telinganya.
Ya, semua siswa perempuan di sekolah itu memang mengakui jika Jungkook adalah si namja 'coopol' (alias cool dan polos).
Maksudnya, gayanya saja yang cool. Tetapi tidak dengan sikap dan tampang nya.
Sampai kelas.
Jungkook kembali membuka komik dan melanjutkan bacanya yang kemarin belum sempat ia baca sampai tamat.
Tiba-tiba, seseorang memukul pelan pundak Jungkook dari belakang. Dan---tentunya membuat Jungkook terkejut dan saat ia menoleh ke belakang, dilihatnya adalah lelaki dengan ciri-ciri bibir yang agak tebal, pipi yang mochi, mata yang sipit bak angel. Ya, siapa lagi? Dia adalah Park Jimin.
"Masih ingat kau ke sekolah? Bukannya kau lebih senang berduaan saja di apartemenmu dengan Eun Soo, pacarmu itu?" ketus Jungkook.
Jimin hanya tertawa smirk dan membuat matanya semakin menyipit.
"Hei, janganlah marah Jungkookie! Aku hanya izin sehari saja. Jadi, bagaimana? Apakah selama aku tidak masuk, Yerin mendekatimu? Atau jangan-jangan, dia sudah---menyatakannya padamu?" sahut Jimin.
Deg! Jungkook membelalakkan matanya, dan langsung menutup komik yang tengah ia baca.
"Apa-apaan mulutmu itu bicaranya? Ma-mana ada Yerin mengungkapkan perasaannya padaku? Itu tidak ada!" ucap Jungkook berbohong dan terlihat gugup.
"Hhmm.. dasar, namja coopol! tampangmu saja cool, tapi otakmu amatlah polos. Sangat disayangkan memang." celetuk Jimin.
Kemudian Jimin duduk di samping Jungkook yang kembali serius membaca komik. Namun, tiba-tiba ia mendapat pesan dari pacarnya, Eun Soo. Dengan segera Jimin membacanya.
"Shit!" maki Jimin.
Jungkook yang ada di sampingnya juga ikut terkejut dan penasaran pada Jimin.
"Wae?" ujar Jungkook yang terlihat ingin tahu apa yang Jimin lihat di ponselnya.
"Eun Soo mengirimkan video kegiatan panas kita semalam." Jimin tersenyum smirk.
"Oh..," singkat Jungkook, dan kembali membaca komiknya lagi.
"Apa sih, kau? Masih saja suka membaca komik seperti ini! Umurmu memangnya sudah berapa? Kau tidak mau melihat ini? Lumayan, sebagai alat pencuci mata pagi-pagi begini." ucap Jimin konyol.
"Maaf, aku tidak tertarik. Memang, umurku sudah 17 tahun. Dan aku juga suka menonton film-film sex seperti itu. Tapi, aku tidak keterlaluan seperti mu, Park Jimin! Aku masih punya pikiran." sahut Jungkook yang matanya masih fokus ke buku komiknya.
"Yakin kau tidak mau menonton ini?" Jimin seakan-akan selalu tidak puas meledek sahabatnya itu.
"Aku sedang tidak bergairah. Dan aku hanya ingin membaca dengan tenang." ujar Jungkook dengan muka datarnya.
"Sekali saja, yakin tidak mau lihat?" Jimin seolah-olah masih berharap Jungkook menonton bersamanya dan cepat terangsang.
"Tidak. Lagipula, aku juga sudah pernah melihatnya secara langsung." ucap Jungkook tiba-tiba.
"Mwo?!" Jimin membelalakkan kedua matanya tak percaya dengan apa yang Jungkook bilang.
Jimin langsung sangat paham maksud dari Jungkook bilang barusan. Dia bahkan tidak percaya dengan ucapan sahabatnya, Jungkook. Mana ada? selama ini, Jimin mengenal Jungkook dengan baik. Mereka bahkan sudah bersahabat sejak di bangku Sekolah Dasar.
Baginya, Jungkook itu adalah namja yang amat polos. Jadi, dia sama sekali tidak percaya jika Jungkook mengatakan hal itu padanya. Dan Jimin hanya merespon ucapan Jungkook dengan tawaan girangnya.
"Hahaha... kau? Pernah melihatnya secara langsung? Darimana ujungnya?" cemooh Jimin pada Jungkook.
"Iya, aku serius pernah lihat 'anu' perempuan secara langsung. Kenapa kau tidak pernah percaya ucapanku, sih?" ketus Jungkook.
"kookie.. kookie! kau saja masih sering ketakutan jika hanya eomma mu membentak menyuruhmu untuk mandi. Apalagi membiarkanmu melihat 'anu' perempuan lain? Apakah kau tidak akan digebuk oleh eomma mu?" sahut Jimin yang masih menertawakan Jungkook.
"Aku serius, Park Jimin!" kesal Jungkook.
"Hm, baiklah.. baiklah.. aku percayakan saja. Coba, sekarang cerita! Bagaimana kau bisa melihatnya secara langsung." ujar Jimin.
"Aku tidak sengaja menyaksikan secara langsung, bagaimana proses melahirkan seorang perempuan." singkat Jungkook.
"Mwo? Bagaimana bisa?" Jimin membelalakkan matanya langsung karena sangking terkejutnya.
Akhirnya, Jungkook menceritakan kejadian itu secara detail kepada Jimin. Dan reaksi Jimin sangatlah kaget dan bahkan hampir tidak percaya dengan pengalaman sahabatnya. Jimin mendengarkan cerita Jungkook dengan serius, mulutnya sembaring menganga karena berusaha mencerna ucapan Jungkook.
"Itu artinya, kau dianggap suaminya oleh Yeri noona itu?" tanya Jimin yang kemudian sudah mengerti penjelasan Jungkook panjang lebar.
"Tidak. Aku hanya dianggap suaminya karena aku harus menemani Yeri noona mengurus beberapa surat dan dokumen-dokumen kelahiran. Soalnya kata Yeri noona, dia malas jika ke rumah sakit tanpa seorang laki-laki. Katanya, pasti suster dan perawat-perawat disana akan terus mengoceh menanyakan keberadaan suaminya." jelas Jungkook kembali.
"Oh.., tapi ku pikir kau beruntung juga Jeon Jungkook! Bisa melihat 'anu' perempuan secara langsung, bahkan sebelum menikah. Ah.. kalau aku yang ada di posisi mu, aku tidak akan melewatkan kesempatan emas itu. Dan aku pasti akan menikmatinya selagi itu tanpa sengaja." celetuk Jimin.
"Dasar mesum! Mana bisa aku menikmati itu? sedangkan saat itu juga pikiranku sudah stress bercampur tegang, dan aku bingung harus berbuat apa! Kau ini sepertinya sudah gila sex, ya?" ketus Jungkook.
"Sepertinya begitu." Jimin terkekeh dan mengeluarkan senyum smirk nya.
"Dasar, Park Jimin mesum! Pantas saja Eun Soo selalu pasrah dan luluh setiap di dekatmu. Ternyata, kau duluan yang memulainya?" celetuk Jungkook.
"Hei, dia itu yeoja yang tidak bisa diremehkan juga! Dia bahkan sudah tidak perawan lagi. Karena, aku sudah pernah menusuknya lebih dari tiga atau empat kali." Jimin terkekeh kembali.
"Jinjja? Wah, berarti dia termasuk yeoja murahan juga! Sudah lah, kalian memang pantas. Yaitu, sama-sama pasangan murahan!" ketus Jungkook sembaring memutar bola matanya.
"Terserah kau lah, mau bilang aku ini namja apa! Yang jelas, aku tidak sepolos mu, Jungkookie." sahut Jimin.
"Terus, apakah selama kalian berhubungan intim tidak pernah memasang alat pengaman? Misalnya, sejenis kondom atau obat pencegah kehamilan? Terus jika Eun Soo hamil karena ulah mu, apa yang harus kau lakukan Jimin? Kau mau menikah muda dengan Eun Soo?" tanya Jungkook yang kini mengerenyitkan dahinya.
"Tidak! Aku tidak mau nikah muda. Dan, selama aku berhubungan intim dengan Eun Soo, aku selalu membelikannya kondom terlebih dulu. Katanya, dia juga tidak mau menikah muda." sahut Jimin.
"Tidak mau menikah muda, tapi kenapa mau diajak berhubungan intim dengan laki-laki lain? Aneh sekali!" ketus Jungkook.
"Aku yang selalu memintanya duluan." Jimin hanya tersenyum smirk.
"Pantas saja! Kau kan memang penggila sex." celetuk Jungkook.
Jimin tidak merespon, melainkan hanya kembali memasang senyum simpulnya.
"Aku kadang suka heran. Apakah berhubungan intim itu rasanya enak? Dan, senikmat apa? Kenapa jaman sekarang kebanyakan orang bahkan senantiasa tidak kuat menahan nafsunya karena hanya ingin melakukan kegiatan itu?" tanya Jungkook dengan polosnya.
"Wah, rasanya jangan ditanyakan lagi. Itu akan membuatmu serasa melayang setiap melakukannya. Apalagi dengan gadis yang kau sukai, seperti Yerin?" ucap Jimin sembaring menunjuk ke arah Yerin kini tengah mengikat rambutnya yang terlihat makin seksi saat Jungkook melihatnya.
"Kau lihat! Yerin itu gadis yang sangat cantik kan, menurutmu? Aku yakin, dia juga akan mau kalau kau mulai mengajaknya 'anu' duluan padanya. Dan dia juga terlihat tidak terlalu polos banget sih! Jadi, maksudku... apakah kau tidak mau coba mengajak Yerin melakukan itu duluan dengannya?" ucap Jimin tiba-tiba yang membuat Jungkook seketika mulai goyah.
Kini pikiran Jungkook mulai meliar. Entah, dia mau beraksi apa saat Jimin mengatakan itu barusan?
"Tidak! Aku tidak mungkin melakukan itu pada Yerin. Dia adalah gadis yang ku sukai selama ini, Park Jimin!" ucap Jungkook yang berusaha membuang niat jelek itu di pikirannya.
"Justru itu! Dia memang gadis yang kau sukai, dan apa kau tidak mau mencoba merasakan bagaimana indah tubuhnya?" sahut Jimin.
"Tidak! Aku tidak mau merusak gadis yang ku suka. Dan aku tetap akan selalu menjaga keistimewaan dari apa yang dia punya, sebelum ada namja yang mengambilnya. Ya, aku harus menghormati Yerin. Aku tidak mau kejadian duluan sebelum kami 'sah' layaknya pasangan suami istri. Pokoknya, aku... harus menahannya." tegas Jungkook.
"Yakin kau bisa menahannya? Sedangkan, Yerin selalu saja mendekatimu duluan dan membuatmu selalu luluh padanya kan? Aku yakin, itu akan sulit!" ketus Jimin.
"Ya, aku tau ini sulit menahannya! Tapi, aku tetap berusaha untuk tidak merusak gadis yang ku sayang. Titik."
Jungkook yang tak mau berdebat lagi, akhirnya lebih memutuskan untuk segera keluar kelas dan meninggalkan Jimin sendirian.
"Dasar, terlalu polos! Liat saja nanti, ketika menikah paling dia tidak mengerti apa-apa. Jeon Jungkookie pabo!" batin Jimin.
.
.
.
.
.
.
.
~ to be continued ~