Kimi, Ken, Mike dan Vernatha mengejar Gabriel yang terlihat sangat emosi. Entah apa yang membuat lelaki itu begitu kasar kepada seorang anak SMP hingga sempat membuat keributan di gedung berseragam putih biru itu. Karena perlakuan Gabriel yang semena-mena membuat Ken menarik seragam Gabriel dari belakang dengan kasar.
"Loe apa-apaan sih? Cara loe ngomong ke dia itu udah berlebihan, bodoh. Loe mau kalau dia ngelapor ke guru? Bisa-bisa urusan kita bakalan panjang." marah Ken.
"Tau loe. Pikir dulu dong kalau mau bertindak. Loe tadi hampir aja ngelakuin kekerasan." bela Kimi. Gabriel menghela nafas berat dan terduduk dibangku koridor dengan kesal.
"Loe lihat sendiri kan tadi? Dia pura-pura kayak orang bego buat nutupin identitasnya." kesal Gabriel.
"Bro, bocah itu belum tentu Avan. Kita kan udah tau kalau Avan udah gak ada. Kita kesana cuma buat mastiin kalau dia bener-bener tau kode password itu atau enggak, bukannya menyamakan dia sama kayak Avan." kata Mike dengan santai. Ia tak ingin memulai perkelahian dengan meninggikan suaranya.
"Ck! tapi loe lihat sendiri kan kalau dia itu mirip banget sama Avan? Gak mungkin si Avan punya kembaran. Dan mustahil juga kalau didunia ini ada dua Avan yang beda orang tua." kesal Gabriel penuh penekanan.
"Ayolah, Yel. Dia bukan Avan, lagipula dia itu beda banget. Ya, walaupun wajahnya lumayan mirip." kata Vernatha.
"Nah, loe tau. Yang harus kalian lihat itu wajahnya bukan penampilannya."
"Tapi, Yel. Gue yakin ini semua cuma kebetulan. Loe harusnya sadar kalau dia itu bukan Avan yang kita kenal. Dia-"
"Apanya yang kebetulan, Kim? Gue yakin itu dia. Coba loe lihat apa bedanya anak itu sama Avan? Cuma penampilannya aja kan? Kalau kita ubah penampilan dia, gue yakin dia bakalan mirip banget sama Avan." ujar Gabriel memotong ucapan Kimi. Kimi hanya memalingkan tatapannya ke arah lain karena kesal lelaki ini masih kukuh.
"Kimi benar, Yel. Semua ini mungkin kebetulan. Kebetulan Varrel mirip Avan, kebetulan tanggal ulang tahunnya sama dan kebetulan kalau dia emang gak sengaja masuk ke markas." jelas Ken. Gabriel menolehkan kepalanya menatap Ken.
"Gue tanya, kenapa dia bisa gak sengaja masuk ke sana? Apa yang dia lakuin di gudang? Loe tau sendiri, kita yang udah tutupin pintunya sama kardus-kardus itu biar gak ada yang masuk kesana. Gimana semua ini bisa kebetulan?" tanya Gabriel. Seketika saja Ken terdiam. Apa yang dikatakan Gabriel membuat Ken ragu dengan perkataan Kimi tadi. Ya, mungkin menurut Kimi apa yang mereka lihat ini adalah sebuah kebetulan, tapi apa yang dikatakan Gabriel mungkin saja terjadi.
"Ah, gini-gini, menurut gue, mungkin aja bocah itu masuk ke gudang karena ngambil barang atau simpan barang disana dan gak sengaja dia lihat buku-buku yang ada dikardus. Loe tau kan pasti seorang kutu buku bakalan mencari tau banyak ilmu dari buku-buku itu walaupun dia tau buku itu adalah buku lama. Lalu, karena saking pengennya baca buku-buku itu, dia membongkar semua kardus-kardus disana dan gak sengaja lihat pintu itu. Pastinya dia bakalan masuk kesana dan coba membuka kode password. Mungkin dia iseng inget tanggal lahirnya dan dia coba. Dan keisengan yang gak sengaja itu membuat markas kita bisa di lihat dengan matanya sendiri. So, masuk akal kan?" kata Mike. Kimi dan Vernatha menganggukkan kepalanya setuju. Sedangkan Gabriel dan Ken terlihat tidak begitu mendengarkan penjelasan Mike.
"Udah deh, mending kita tunggu aja nanti apa yang bakalan dia jelasin ke kita." kata Kimi. Lalu mereka pun beranjak dari koridor menuju ke gedung SMA dan kembali ke kelas mereka.
-----------
Varrel merapikan kerah seragamnya yang sempat berantakan. Ia terdiam sejak di ancam oleh anak SMA itu. Varrel sama sekali tak tau apa yang ia lakukan kepada mereka sampai-sampai kasar padanya. Setau Varrel, dua lelaki yang saat itu mengejar dirinya bukanlah lelaki yang tadi masuk ke kelas. Begitu pula dengan Alvin, ia tak berani menanyakan sesuatu atau mengajak bicara Varrel. Dari sudut pandangnya, Varrel terlihat syok dengan kejadian tadi. Apalagi kini Varrel terlihat tengah melamun.
"Hm, Rel, loe perlu gua temenin nanti pulang sekolah?" tawar Alvin mencoba memberanikan diri. Ia sepertinya tak tega melihat Varrel seperti itu.
"Gak usah, Vin. Gue bisa kok sendirian." tolak Varrel. Ia pun menghela nafas berat.
"Apa ini ada hubungannya sama ruang bawah tanah itu?" tanya Alvin. Lelaki culun itu mengangkat kedua bahunya tanda ia pun tidak tau.
"Tapi Rel, tadi kak Ken bilang kalau laki-laki tadi temennya, terus dia juga bilang kalau dia tau tentang ruang bawah tanah itu. Berarti semua ini ada hubungannya sama ruang bawah tanah, Rel" kata Alvin. Varrel mengangguk menyetujui ucapan lelaki sipit itu. Ia tak menyangka jika dirinya akan berurusan dengan anak-anak SMA. Dan yang membuat Varrel tidak percaya adalah anak SMA itu mengancam hidupnya.
Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Mungkin karena hari ini para guru rapat, maka murid-murid pun dipersilahkan pulang lebih awal. Varrel bangkit dari duduknya dan beranjak dari kelas. Ia menyuruh Alvin untuk menunggunya didepan gerbang dan nanti akan pulang bersama setelah ia selesai berurusan dengan anak-anak SMA itu.
Varrel melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung aula sekolah yang amat sangat luas. Ia melihat Ken dan teman-temannya tengah menunggu dirinya didalam sana. Varrel pun menghampiri mereka.
"Ada apa panggil Varrel kesini?" tanya Varrel. Jujur saja, ia sangat gugup dan takut berada di antara anak-anak SMA itu. Mereka terlihat menakutkan baginya.
"Gini, Rel, tujuan kita nyuruh loe kesini buat ngebahas tentang ruang bawah tanah yang loe ceritain tadi pagi ke gue. Dan disini, bukan cuma loe yang tau tentang ruangan itu. Mereka juga tau karena merekalah yang gue maksud tadi pagi." kata Ken menjelaskan dengan baik-baik agar lelaki culun itu tidak ketakutan. Varrel menatap anak-anak SMA itu yang menatapnya lumayan tajam.
"Ah iya, loe yang kemarin nabrak gue ya? Sialan loe." cerca Kimi kepada Varrel.
"Udah Kim. Oh iya, Rel, gue mau na..."
"Kelamaan, bodoh. Heh, kenapa loe bisa tau ruang bawah tanah itu?" tanya Gabriel tak sabaran. Ken yang melihat kelakuan Gabriel hanya bisa menghela nafas.
"Kemarin Varrel gak sengaja masuk ke gudang dan lihat pintu itu. Karena penasaran jadi masuk ke sana." jawabnya.
"Kenapa loe bisa tau passwordnya?" tanya Vernatha. Varrel menoleh.
"Awalnya iseng tapi ternyata benar. Passwordnya pakai tanggal lahir Varrel." jawab Varrel mencoba tidak membuat mereka emosi.
"Gue bener kan? WOAH!" teriak Mike antusias. Ya, pendapat yang Mike lontarkan tadi sama dengan jawaban Varrel. Ya, walaupun tidak semua pendapatnya sama.
"Berisik loe!" marah Kimi. Mike yang mendengar bentakan gadis cantik itu hanya mendengus kesal.
Bersambung ...
tinggalkan komentar duunggss... aku pengen tau pendapat kalian tentang novel ini