12 Chapter 12

"Stev. Apaan sih? kok loe malah ngajak dia gabung? "tanya lelaki berkulit putih itu kepada lelaki yang bernama Stev ini.

"Gue ketuanya disini. Dia gak boleh gabung." marah Jeffrey. Sayangnya Stev diam saja.

"Loe mau gak?" Tanpa menjawab tolakan Jeffrey, Stev masih kukuh untuk menjadikan Avan anggota.

"Apa alasan loe menyuruh gue buat gabung?" tanya Avan. Tentu saja ia perlu alasan mengapa dirinya diajak bergabung dengan mereka.

"Loe bocah yang berani, gak takut apapun dan suka menantang orang. Cuma lihat sikap loe udah kelihatan kalau loe bakalan cocok kalau gabung sama kita." jawab Stev. Semua anggota TG8 merasa heran dengan jawaban Stev. Mungkin benar yang dikatakannya, tapi bukankah terlalu dini untuk merekrut anak itu? Bahkan mereka pun tidak tau bagaimana sifat asli lelaki yang bernama Avan ini.

"Stev, ayolah, loe gak akan serius kan buat ngajak dia? Pasti loe ada rencana lain kan buat menyadarkan dia dari perbuatannya itu? " tanya Zee.

"Loe mau gabung atau enggak itu terserah loe. Kalau loe udah tentuin itu, temui kita dikelas pulang sekolah." kata Stev dan pergi meninggalkan kerumunan itu serta TG8. Tentu saja semua orang bingung dengan apa yang dikatakan lelaki tinggi itu. Tak lama semuanya pun bubar setelah TG8 menyusul Stev. Begitupun dengan Avan yang melangkahkan kakinya ke kelas dengan perasaan bingung.

Di kelas, Stev langsung terkena marah oleh semua anggota TG8 termasuk Jeffrey. Karena ia ketua, tentu saja ia tak terima dengan perkataan Stev tadi. Apalagi ia sama sekali tidak mengetahui bahwa Stev akan merekrut Avan. Hal tersebut tentu saja membuatnya amat sangat marah daripada yang lain. Karena kemarahan Jeffrey membuat seisi kelas menonton pertengkaran mereka.

"Ck, loe apa-apaan sih, Stev? Loe seenaknya ngajak dia buat gabung tanpa kasih tau kita. Loe kira loe siapa? Disini gue yang ketuanya, disini gue yang ngatur semua apa yang harus kita lakuin." marah Jeffrey. Suaranya sangat menggema dikelas. Stev menatap Jeffrey.

"Gue tau loe ketuanya, gue tau loe yang ngatur semuanya. Tapi gak ada larangan kan kalau gue harus ngerekrut anak baru? Lagian loe juga gak bertindak apa-apa saat kita butuh anggota baru." jawab Stev santai. Ia mencoba untuk setenang mungkin dan mencoba untuk menjelaskan apa yang dikatakannya tadi kepada Avan.

"Tapi kan loe tau kalau anak itu udah songong sama kita, bahkan dia bilang kalau kita ini brengsek. Terus kenapa loe malah ngajakin dia gabung?"

"Ayolah, gue udah jawab pertanyaan itu tadi. Gue butuh dia karena dia orang yang pemberani, dia orang..."

"KITA GAK BUTUH JAWABAN ITU!" bentak Naira yang membuat semuanya terkejut. Tak biasanya ia akan ikut campur seperti itu.

"Kalau kita libatin dia diluar sekolah, nyawa dia yang bakalan terancam. Kita butuh anak baru bukan sekedar dia pemberani atau suka tantangan, tapi kita butuh orang yang bener-bener punya karakter kayak kita. Kita butuh orang yang bisa main pistol dan bisa berantem. Sedangkan si bocah sialan itu, dia bisa apa? Lagian dia seorang pembully, orang yang kasar sama orang yang gak berdosa dan loe masih mau merekrut orang kayak gitu? Sinting loe, Stev." kesal Naira sambil mengecilkan nada bicaranya. Ia tak ingin jika pembicaraan yang ia lontarkan terdengar oleh seisi kelas.

"Kita bisa merubah dia kok, kita juga bisa ngajarin dia. Kalau emang dia menyakiti orang lain berarti dia juga bisa berantem dong? Iya kan? Bahkan anak itu punya cara sendiri buat orang lain kesal sama dia. Kalau anak itu gabung sama kita, dia bisa ngeluarin semua leader musuh kita dengan mulutnya yang tajam itu. Dia bakalan jadi umpan paling bagus buat kita." jelas Stev.

"Bukannya itu sama aja loe memanfaatkan orang lain?" tanya Alva.

"Oh enggak dong. Kalau gue cuma manfaatin dia, gue bakalan pakai dia sekali atau dua kali terus ngebuang dia dari geng. Tapi kalau ini, gue pastiin dia bakalan jadi anggota kita." jawabnya. Jeffrey terlihat kesal dengan jawaban Stev. Ia pun pergi begitu saja meninggalkan TG8 yang tengah panas itu.

"Gini deh, Stev. Kita dengerin dulu jawaban anak itu. Kalau dia mau gabung, loe harus konfirmasi dulu sama Jeffrey. Biar dia yang tentuin setuju atau enggaknya, kan dia ketuanya. Gak baik juga kan kalau loe bertindak tanpa izin dari dia. Loe bisa aja out dari geng ini kalau loe gak mematuhi apa kata Jeffrey." kata G.B mencoba untuk menyadarkan Stev. Lelaki itu sedikit kecewa, tapi akhirnya ia mengangguk menyetujui.

****

Avan berdiri didepan The Grazon 8 setelah bel pulang sekolah berbunyi. Ia benar-benar mendatangi mereka untuk memberikan jawaban atas ajakan Stev tadi pagi. Jeffrey yang hendak pergi dan enggan untuk mendengarkan jawaban Avan ditahan oleh G.B. Ia menyuruh lelaki itu untuk mendengar apa yang akan dikatakan anak kelas 5 SD itu. Begitupula dengan anggota TG8 yang lainnya yang sudah siap mendengar jawaban lelaki ini. Tak terkecuali Stev, ia sepertinya sangat menanti-nantikannya.

"Gimana? Loe mau gabung?" tanya Stev to the point.

"Kayaknya gue gak akan gabung." jawab Avan membuat Stev sangat kecewa. Berbeda dengan anggota lainnya yang merasa amat sangat senang.

"Kenapa?"

"Seperti yang gue denger tadi pagi, temen loe ini gak tau kalau loe nyuruh gue buat gabung. Berarti yang lainnya juga gak tau. Dan yang membuat gue gak akan gabung adalah gue yakin kalau semua anggota geng gak jelas ini gak menyetujui adanya gue disini. Jelas? Oke, urusan kita selesai." jawab Avan dan pergi meninggalkan mereka. Stev bangkit dari duduknya dan menyusul Avan.

"Tunggu, apa cuma itu alasannya?" tanya Stev tak terima. Avan mengangguk.

"Kalau semuanya setuju, berarti loe mau bergabung kan?"

"Ah, maybe." jawab Avan seadanya. Stev terlihat bingung.

"Heh, bocah. Loe bisa berantem?" tanya Jeffrey yang tiba-tiba saja menyusul mereka, diikuti oleh anggota TG8 yang lainnya. Avan menjawab dengan anggukan.

"Loe buktiin kemampuan loe. Kalau loe menang, kita semua setuju kalau loe jadi anggota baru kita. Kalau loe kalah, loe harus berhenti membuat masalah disekolahan." kata Jeffrey menantangi. Avan tentu saja langsung semangat. Ia membuang tas miliknya yang ia gendong dan mengambil aba-aba bersiap untuk berkelahi.

"Ayo, gue udah siap." katanya.

"Gue tunggu loe di deket pertigaan jalan menuju sekolah jam 3 sore. Kita lihat kemampuan loe disana." lanjutnya dan berlalu begitu saja meninggalkan Avan dan Stev. Sedangkan yang lainnya menyusul Jeffrey.

"Waw. Ini kesempatan loe, Van. Mereka bakalan setuju kalau loe menang bertarung. Dan loe bakalan jadi anggota The Grazon 8." kata Stev. Avan tersenyum sinis.

"Lihat aja nanti, gue yakin bakalan memenangkan pertarungan ini." ujar Avan dan diangguki Stev.

Stev sangat ingin Avan menjadi anggota The Grazon 8. Ia tau mungkin kekuatan Avan ada pada keberaniannya yang cukup besar. Stev juga tau bahwa lelaki ini terkenal dengan kenakalannya ke semua orang. Maka dari itu ia ingin merubah lelaki ini dengan mengajaknya bergabung dan ia akan merubah hidup lelaki ini agar tidak senakal dulu. Membully, memalaki orang bahkan menyakiti orang, baginya hal itu sudah sangat keterlaluan. Tanpa memberitau anggota TG8 yang lainnya, ia mengambil langkah untuk memperbaiki keadaan. Jika ia memberitau yang lainnya, sudah pasti yang lain akan kerepotan untuk membantu. Maka dari itu ia melakukannya seorang diri.

Bersambung ...

avataravatar
Next chapter