webnovel

X-Code

Ainlanzer memiliki kemampuan bertarung yang tinggi, daya analisa yang kuat, serta daya tangkap yang cepat. Hal itu membuat alam semesta memberinya banyak ujian. Ditambah dengan kode genetik yang unik, membuatnya terpilih menjadi calon 'Utusan Perdamaian'. Ia yang baru saja bergabung dengan Pasukan Independen Cerberus, harus menghadapi sosok Grief -Sang Pengkhianat. Grief dan pasukannya -Abaddon, membawa malapetaka bagi Cerberus juga bagi seluruh daratan Logard. Bersama dengan para sahabatnya -para Pasukan Cerberus, Ain harus menghadapi krisis yang tengah melanda tiga wilayah Logard: Rovan, Munkan dan Zinzam. Pertemuannya dengan Grief, juga dengan Tiash -gadis bangsawan dari Kota Para Dewa, Elyosa- menjadi awal perjalanannya di daratan Logard. Ujian pertama untuk Sang 'Utusan Perdamaian' baru saja dimulai...

Neura_D · Sci-fi
Not enough ratings
312 Chs

Kota Para Dewa, Elyosa

Jauh di utara daratan Logard. Elyosa, sebuah kota yang tidak terikat dengan daratan Logard berdiri dengan megahnya. Elyosa tidak berada di daratan seperti kota-kota lain. Kota megah ini terapung di atas awan, seperti Olimpus dalam legenda Yunani.

Penduduk Logard memanggil kota ini dengan sebutan 'Kota para Dewa'. Bahkan kebanyakan hanya menganggap kota ini sebagai mitos belaka. Hampir seluruh penduduk Logard belum pernah melihat secara langsung kota Elyosa.

Tentu saja bukan dewa yang menghuni Elyosa. Melainkan orang-orang dengan kecerdasan intelektual yang tinggi. Mereka punya teknologi tercanggih di Logard. Salah satunya adalah teknologi kamuflase yang membuat Elyosa tidak terlihat oleh para penduduk Logard.

Elyosa tidak pernah diam di satu titik. Kota megah itu selalu bergerak secara pelan mengitari Logard. Elyosa dikelilingi medan magnet yang berfungsi sebagai pelindung, yang juga membuat Elyosa tak kasat mata.

'Kota para Dewa' itu sudah berdiri ratusan tahun lamanya dan tidak pernah melakukan kontak secara langsung dengan Logard sejak ratusan tahun lalu. Kota 'independen' yang menguasai langit. Itulah Elyosa.

Layaknya kerajaan, kota itu dipimpin oleh seorang wanita yang diberi gelar Ratu. Walau demikian, Elyosa tidak mau dianggap sebagai sebuah kerajaan, meski memakai sistem pemerintahan kerajaan.

Di Elyosa sendiri ada sebuah tradisi yang tidak terputus dari ratusan tahun lalu. Elyosa dibangun oleh seorang wanita yang disebut-sebut sebagai 'Ratu Kebangkitan'. Semenjak itu, hanya keturunan Ratu Kebangkitan-lah yang boleh mengisi singgasana Ratu Elyosa.

Ada 4 keluarga bangsawan Elyosa yang konon merupakan keturunan Ratu Kebangkitan. Firan, Windaga, Phallan, dan Lumina. Setiap 25 tahun sekali, akan dipilih seorang wanita dari 4 keluarga bangsawan tersebut untuk menjadi Ratu Elyosa. Namun dengan syarat, wanita tersebut haruslah berusia 19-25 tahun.

Lalu ada sebuah fenomena yang terjadi pada gadis-gadis dari keturunan Ratu Kebangkitan. Tepat di ulang tahun mereka yang ke-19, mereka akan mendapat sebuah kemampuan unik. Setiap wanita dari keluarga bangsawan Elyosa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan itulah yang akan dipakai untuk memimpin Elyosa. Setidaknya, begitulah seharusnya. Walau pada kenyataannya, sekarang kemampuan unik itu malah dipakai untuk perebutan tahta Ratu Elyosa.

Tahun ini, tepat 25 tahun semenjak Ratu Elyosa yang sekarang berkuasa. Untuk itu, diperlukan seorang gadis dari keturunan Ratu Kebangkitan untuk menggantikan posisinya. Hanya ada 3 calon yang memenuhi kualifikasi. Evalia Phallan VI, Loise Phallan VIII , dan Tiash Lumina X. Sedangkan keluarga Firan dan Windaga tidak memiliki calon yang memenuhi syarat untuk menjadi seorang Ratu Elyosa.

Ketiga calon itu diharuskan mencari seorang pria yang akan menjadi pelindungnya. Seorang kesatria yang harus terus menjaga keselamatannya. Kesatria yang disebut Xenatria, atau sering disingkat dengan sebutan Xena, sebagai syarat menjadi seorang Ratu Elyosa.

Evalia dan Loise sudah berusia diatas 20 tahun. Mereka sudah memiliki Xenatria-nya masing-masing.

Namun Tiash baru berusia 18 tahun. Kurang lebih 1 bulan lagi, barulah ia berusia 19 tahun. Walau begitu, namanya tetap masuk dalam daftar calon Ratu Elyosa.

[•X-Code•]

Anak-anak dari keturunan keluarga bangsawan Elyosa tidak bersekolah di sekolah yang tersedia di Elyosa. Mereka memanggil guru terbaik di kota itu untuk mengajarkan anak-anak mereka secara privat dengan alasan untuk menjaga keselamatan.

Tiash, seorang gadis bangsawan dari keluarga Lumina berambut biru keperakan, dengan mata yang juga berwarna biru terang baru saja menuntaskan pembelajarannya tentang tatakrama untuk hari itu. Ia segera pergi keluar dari Lumina Mansion, tempat ia tinggal. Sebuah tempat yang lebih layak disebut istana, saking megah dan mewahnya.

Sesekali ia menyisir rambut biru panjang itu dengan jemarinya. Rambut lurus namun bergelombang di ujungnya itu terlihat menambah keanggunannya. Wajah jelitanya tersenyum kala mengingat tempat yang akan ia tuju.

Begitu tiba di taman depan bangunan utama, Tiash dihadang oleh seorang gadis berkacamata dengan rambut panjang berwarna hitam legam terurai indah. Ia mengenakan blazer hitam dan celana berbahan lembut yang juga berwarna hitam. Pakaian khas para pelayan keluarga bangsawan di Elyosa.

"Nona Tiash, mau ke mana?" tanya gadis itu.

"Ke tempat biasa. Kak Yola mau menemaniku?" pinta Tiash pada gadis itu.

Yola tersenyum sambil menundukan kepalanya. "Tentu saja Nona," jawabnya dengan sopan.

Sedikit tergesa-gesa, Tiash didampingi oleh Yola pergi meninggalkan tempat itu menuju ke sebuah perpustakaan yang tidak begitu jauh dari Lumina Mansion.

"Nona Tiash, jangan terlalu lama, ya! Nanti malam nona harus menghadiri pesta di Queen Palace," ujar Yola mengingatkan.

Tiash menghentikan langkahnya, tepat di depan pintu perpustakaan itu. Ia memutar badannya untuk menghadap ke arah Yola yang berdiri di belakang. "Kak! Jangan bersikap formal kalau kita lagi di luar rumah! Sudah berapa kali ku bilang ih!" ujar Tiash geram sembari melipat tangannya, dibumbui wajah cemberut manja yang khas.

"Ahahaha... Iya-iya, maaf," Yola malah tertawa kecil melihat sikap Tiash yang kekanak-kanakan.

Yola adalah anak kepala pelayan di keluarga Lumina. Sekarang Yola berperan sebagai pelayan pribadi Tiash. Tapi mereka sudah akrab sedari kecil. Tiash tidak menganggap Yola sebagai pelayannya. Tiash yang merupakan anak tunggal, menganggap Yola sebagai kakak kandungnya sendiri.

Begitu juga dengan Yola. Dia sudah menganggap Tiash seperti adiknya sendiri. Namun Yola harus tetap menjaga etikanya sebagai pelayan. Karena hukuman berat akan dijatuhi pada pelayan kalau mereka tidak bisa menjaga sikap pada 'tuan'-nya.

[•X-Code•]

Tiash menempelkan telapak tangannya di panel yang tertempel di sebelah kanan pintu perpustakaan. Setelah panel yang berfungsi untuk memindai DNA tersebut bekerja, barulah pintu itu terbuka. Seluruh bangunan di Elyosa memakai teknologi tersebut untuk menghindari orang yang tidak memiliki izin masuk ke sembarang tempat. Tentu saja, Tiash selaku keluarga bangsawan memiliki otoritas untuk masuk ke semua tempat di Elyosa.

Tiash dan Yola menuju ke lantai atas perpustakaan. Di sana banyak anak-anak kecil tengah ramai bermain. Usia mereka berkisar dari 5 sampai 7 tahun. Begitu melihat kehadiran Tiash di sana, anak-anak itu berlari menghampiri Tiash dengan riang.

"Kak Tiash!! Hari ini mau cerita apa?" tanya seorang anak perempuan sambil memeluk kaki Tiash. "Kalau kalian jadi anak baik, kakak mau menyeritakan apapun!" jawab Tiash dengan semangat, disambut girang oleh anak-anak itu.

Sedari dulu Tiash suka bermain bersama anak-anak kecil di perpustakaan itu. Dari kecil Tiash tidak punya teman. Bagaimana bisa ia punya teman, hidupnya selalu dibatasi oleh aturan-aturan sebagai keluarga bangsawan. Satu-satunya teman yang ia miliki hanyalah Yola. Oleh karena itu ia selalu mencari celah supaya bisa keluar rumah dan mengisi kegiatannya di perpustakaan untuk menceritakan dongeng pada anak-anak. Setidaknya, itu bisa menghilangkan rasa kesepian yang ia rasakan sedari kecil.

"Kak! Ceritakan tentang Logard!" pinta seorang anak laki-laki dengan semangat.

"Ih! Jangaaaan! Papahku bilang, kita tidak boleh membicarakan tempat makhluk-makhluk rendahan seperti Logard!" ujar seorang anak perempuan dengan polosnya.

Tiash terhenyak mendengarnya. Wajahnya melukiskan rasa kecewa yang mendalam. Sedangkan Yola hanya terdiam sambil menatap Tiash dari belakang. Yola paham betul apa yang tengah dirasakan oleh Tiash.

Para penduduk Elyosa sangat menjunjung tinggi kasta. Para penduduknya punya 'tingkatan' tersendiri. Paling rendah disebut golongan 3. Keluarga yang terlahir dengan kasta 'Golongan 3' adalah keluarga pekerja. Seperti petugas kebersihan, tukang merawat kebun, pelayan untuk penduduk biasa, bagian perawatan sarana publik Elyosa, dan pekerja kasar lainnya. Lalu Golongan 2, keluarga-keluarga yang bekerja di laboratorium sebagai peneliti perkembangan teknologi Elyosa, Guru, Seniman, dan banyak pekerjaan lain di Elyosa. Golongan 1 merupakan tingkat kasta tertinggi di Elyosa. Keluarga yang terlahir di kasta Golongan 1 bisa bergabung menjadi pasukan keamanan Elyosa atau menjadi pelayan keluarga bangsawan, seperti keluarga Yola. Tapi di atas semua itu, keluarga Bangsawan sebagai keturunan langsung dari Ratu Kebangkitan menduduki kasta tertinggi.

Walau terlahir di keluarga dengan kasta tertinggi, Tiash tidak menyukai kondisi itu. Ia menginginkan kesetaraan untuk semua penduduk. Ia merasa tidak adil kalau takdir seseorang ditentukan oleh kasta keluarganya. Itulah yang membuat Tiash memasang wajah kecewa saat seorang anak berkata demikian.

"Kak Tiash! Kok melamun??" tanya anak laki-laki yang tadi meminta Tiash untuk menceritakan soal Logard, membuyarkan lamunan sang gadis bangsawan itu.

"Ah, maaf-maaf," ujar Tiash yang masih terlihat murung.

Yola mengambil kursi yang ada di sudut ruangan, lalu meletakan kursi itu di belakang Tiash. Ia mengusap pundak Tiash sambil berbisik, "Jangan murung di hadapan anak-anak, Tiash."

Bisikan lembut Yola berhasil membuat wajah murung Tiash berubah cerah. "Baiklaaaah!" ucap Tiash dengan lantang bersemangat. Ia mengambil ikat rambut di saku bajunya, lalu mengikat rambut panjang dengan ujung bergelombangnya. Rambut biru muda mendekati perak miliknya terlihat berkilau saat ia mengibaskan rambutnya sebelum diikat.

Tiash merasa harus melakukan sesuatu untuk merubah pola pikir anak-anak yang ada di sana. Bagaimanapun, mereka adalah generasi yang akan memegang Elyosa di masa depan.

"Nah, kakak akan ceritakan tentang sejarah Logard," ujar Tiash memulai ceritanya. Anak-anak itu segera berkumpul, duduk di lantai beralas karpet tebal, mengelilingi Tiash yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi.

"Dahulu kala, ratusan tahun yang lalu. Ada banyak sekali kerajaan berdiri di Logard. Raja-raja itu sangat mendambakan kekuasaan. Mereka selalu berperang dan berperang demi memperebutkan wilayah kekuasaan. Lalu mereka membentuk kelompok-kelompok kerajaan agar kekuatan mereka bertambah besar.

Ada 3 kelompok kerajaan yang terbentuk. Kelompok kerajaan itu lama-lama berubah menjadi satu kerajaan. Akhirnya, terbentuk 3 Kerajaan besar di Logard. Di utara, terkenal dengan kekuatan pasukan militernya, berdiri dengan kuat Kerajaan Rovan. Lalu di Tenggara, berdiri kerajaan yang terkenal dengan peradaban maju. Kerajaan Zinzam. Terakhir, kerajaan yang terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah. Kerajaan Munkan yang ada di barat daya Logard.

Ketiga kerajaan ini hanya berperang dan berperang. Para penduduk Logard banyak yang kehilangan rumah mereka, harta, juga kehilangan orang-orang yang mereka cintai.

Hingga suatu saat, seorang perempuan yang memiliki kemampuan luar biasa, didampingi oleh seorang pria yang menjaganya dengan kekuatan besar, mereka memimpin para penduduk Logard yang menjadi korban peperangan untuk membangun sebuah bahtera yang sangat besar. Tapi, bahtera ini tidak dirancang untuk di laut. Melainkan bahtera yang bisa melayang ke udara. Para penduduk yang sudah muak dengan kondisi Logard ikut naik ke atas bahtera itu untuk pergi dari Logard.

Nah, ada yang bisa menebak di mana Bahtera itu sekarang?" Tiash memberi kesempatan untuk anak-anak itu berbicara.

"Uh... Sudah pergi jauh ke luar angkasa!" ujar seorang anak laki-laki.

"Bahtera itu... Hancur?" sambung seorang anak laki-laki yang lain.

"Kalian salah! Bahtera itu sudah pergi ke tempat indah yang tidak ada perang! Dan pasti perempuan yang membangunnya hidup bersama dengan pangeran sampai akhir hayat mereka!" celetuk seorang anak perempuan yang malah tersipu malu oleh imajinasinya sendiri.

Jawaban mereka membuat Tiash dan Yola merasa geli sendiri. Kedua gadis itu tertawa kecil mendengar jawaban-jawaban menggemaskan dari anak-anak yang masih polos itu.

"Bahtera itu, sekarang jadi sebuah kota yang melayang di atas Logard. Elyosa!" jawab Tiash sambil masih tersenyum geli.

"Woooooooooooooowww!" Anak-anak itu serentak merasa kagum.

"Jadi, perempuan itu... Ratu Kebangkitan???" tanya anak perempuan yang perkataanya sempat membuat Tiash murung tadi.

"Betul. Jadi, sebenarnya kita semua juga berasal dari Logard. Walau kita tidak tahu seperti apa Logard sekarang karena kita tidak pernah turun ke daratan semenjak Elyosa pertama kali terbang ke atas, tapi kita tidak boleh memanggil penduduk Logard dengan sebutan makhluk rendahan. Kalian paham??" tanya Tiash dengan nada sedikit tegas sembari melipat tangannya.

"Paham, kak!!" pekik anak-anak itu kompak.

"Nah, dari situlah muncul tradisi untuk calon penerus Ratu Elyosa. Calon Ratu Elyosa harus memilih seorang laki-laki yang akan menjadi penjaganya. Seperti Ratu Kebangkitan yang dilindungi oleh Xenatria-nya," sambung Tiash. Tanpa ia sadari, kata-katanya malah mengingatkan dirinya kalau dia sendiri belum memiliki Xenatria.

Lalu anak laki-laki yang tadi meminta Tiash untuk bercerita soal Logard berdiri. Ia menggenggam sebuah buku yang ia gulung. "Kak! Kalau sudah besar, aku mau jadi Xenatria buat kakak!" ujar anak itu sembari mengayun-ayunkan gulungan buku yang ia genggam, layaknya sebuah pedang.

"Ih! Aku yang akan jadi Xenatria buat kak Tiash!" sambung anak laki-laki lain, tidak mau kalah.

"Lalu yang jadi Xenatria buat aku siapa??" seorang anak perempuan berdiri di antara dua anak laki-laki yang tengah 'memperebutkan' posisi sebagai Xenatria untuk Tiash.

Tiash terkekeh melihat tingkah jenaka anak-anak itu. Hilang semua rasa khawatir yang sempat menggerayangi benaknya tadi. "Anak-anak itu memang masih polos. Harus selalu dibimbing agar tidak salah dalam berpikir maupun bertindak," pikirnya.

Dari belakang Yola menepuk pelan pundak Tiash. Tiash menoleh ke arahnya dengan senyuman yang masih belum lepas dari wajah ayunya.

"Maaf mengganggu kesenanganmu, tapi sudah waktunya," ucap Yola mengingatkan sembari membalas senyuman Tiash.

"Baiklah anak-anak, kakak harus pergi. Ingat, selalu jadi anak baik!" ucap Tiash sedikit tegas sembari mengacungkan telunjuknya.

Anak-anak berlari untuk memeluk Tiash secara bergantian, membuat Tiash merasa enggan untuk pergi dari tempat itu.

Kemudian terdengar suara langkah kaki di tangga menuju lantai 2 bangunan itu. "Wah, sudah mau pergi, nona?" sapa seorang wanita paruh baya yang baru saja tiba di sana sembari menenteng buku-buku yang baru ia beli.

"Ah, bibi Claera. Iya, aku harus menghadiri pesta yang diadakan Ratu malam ini," jawab Tiash sembari menundukan kepalanya, sebuah sikap yang tidak pernah ditunjukan oleh keluarga bangsawan lain.

Claera, sang penjaga sekaligus pemilik perpustakaan tersebut membalas dengan senyuman haru. Hanya Tiash-lah yang Claera kenal paling ramah dan sopan di antara bangsawan lain.

"Ini, aku punya hadiah untukmu," Claera merogoh kantong belanjaannya dan mengambil sebuah buku. Ia memberikan buku bersampul hitam polos tanpa ada tulisan apapun di sampulnya itu pada Tiash.

Buku itu bukanlah buku baru, terlihat dari kondisinya yang sudah kumal. "Aku mendapatkan buku itu dari seorang pria yang kutemui di jalan tadi. Tapi aku tidak mengerti bahasanya. Mungkin, Nona tahu?" sambungnya lagi.

Tiash membuka halaman pertama buku tersebut. Memang benar apa yang dikatakan Claera. Buku itu menggunakan bahasa yang Tiash sendiri tidak mengetahui bahasa apa itu. Padahal ia sudah menguasai bahasa Logard, masih tidak bisa membacanya. Sebuah bukti kalau buku itu tidaklah menggunakan bahasa Logard.

"Tiash, kita tidak boleh terlambat," ujar Yola mengingatkan.

"Ah, iya-iya. Ya sudah, bibi, aku pergi dulu, ya!" ucap Tiash pamit sembari membungkukan badannya. Claera merasa risih mendapatkan perlakuan hormat dari Tiash, yang merupakan seorang Bangsawan. Namun seperti itulah Tiash.

Claera ikut membungkukan badan dengan hormat, lalu menyentuh pipi Tiash yang merona kemerahan, mempercantik wajah sang gadis bangsawan. "Hati-hati, ya, saying," ucap Claera lembut.

Tiash mengangguk sambil tersenyum simpul sebelum akhirnya meninggalkan perpustakaan itu untuk pulang ke rumahnya, Lumina Mansion.