Pertengkaran-pertengkaran kecil kedua kakak beradik itu menemani sarapan mereka. Biasanya ruang makan itu hanya diisi oleh keheningan, kini begitu ramai dengan celotehan-celotehan berasal dari Alexa. Bahkan pertengkaran tentang masalah bangun pagi pun masih keduanya perdebatkan.
"Kamu harus tahu, menambah pundi-pundi kekayaan itu melelahkan. Jadi seharusnya kamu membiarkan aku tidur tenang saat weekend begini. Aku yakin Salsabila juga keberatan kamu bangunkan sepagi ini."
Suara Alan kembali terdengar, masih memprotes dengan kelakuan Alexa. Tidak terima karena dibangunkan sepagi ini padahal weekend. Weekend seperti ini sangat penting untuk Alan menikmati tidur dan berleha-leha di rumah, tetapi kali ini weekend-nya harus ia relakan karena gangguan Alexa.
Alexa hanya tertawa, dan sama sekali tidak tersinggung dengan perkataan Alan. Dia mulai mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng buatan bude Yun.
"Kamu harusnya menyambut hangat kedatanganku, Mas. Aku sekarang bahkan sudah resmi menjadi rekanmu untuk kembali menambah pundi-pundi kekayaan keluarga kita." Alexa bahkan masih punya bahan untuk terus menimpali perkataan Alan.
Alan cuma bisa geleng-geleng kepala menanggapi celetukan-celetukan yang dilontarkan oleh adiknya itu.
"Nih." Alexa menyodorkan wadah yang berisikan nasi goreng ke Alan namun ditolaknya.
"Sa, tolong!"
Salsabila melihat ke mana tangan Alan terarah, roti bakar dan sedikit selai strawberry yang masih tersisa. Jadi benar Alan mulai suka sarapan roti isi selai strawberry?
"Agendamu apa hari ini?"
Alexa menelan makanannya kemudian menatap Alan. "Aku mau bersenang-senang dengan Salsabila sampai besok. Aku juga akan menginap di sini. Sebaiknya kamu segera pindah kamar untuk dua hari ini, Mas."
Salsabila tentu saja mendengar perkataan Alexa. Apa-apaan ini? Berarti selama dua hari dia akan satu ranjang dengan Alan? Oh God!
Alexa sudah tahu kalau Salsabila dan Alan pisah kamar. Jadi tidak ada yang perlu ia sembunyikan dari wanita itu tentang kehidupan rumah tangganya dengan Alan. Keduanya hanya akan tinggal satu kamar kalau dalam keadaan seperti ini atau keluarga Alan datang berkunjung. Untuk menutupi kebobrokan pernikahannya di depan keluarga besar Dirgantara.
"Masih banyak kamar yang kosong di rumah ini, Xa." Alan tentu saja menolak keinginan Alexa untuk memakai kamar Salsabila. Karena itu tandanya Salsabila akan pindah ke kamarnya dan ia akan satu ranjang dan itu adalah sesuatu yang mustahil.
"Kamar lain pasti sudah lama kosong, baunya akan aneh. Aku tidur di kamar Salsabila saja. Salsabila biar tidur di kamar Mas Alan."
Astaga. Meskipun sudah biasa melakukannya, tetap saja Salsabila tidak nyaman berduaan dengan Alan dalam satu kamar.
"Alexa, aku—"
Salsabila berniat mengutarakan penolakannya. Mungkin kalau Alexa mengotot memakai kamarnya, dia akan pindah ke kamar lain saja. Tidak apa, asal bukan kamar Alan. Tetapi perkataan Alexa selanjutnya, mengisyaratkan kalau Salsabila memang tidak bisa menolak.
"Ah iya, mama dan papa bilang mau menyusul ke sini sore ini," ujar Alexa memotong perkataan Salsabila.
"Apa?" Alan mewakili keterkejutan Salsabila.
Alexa memasang tampang polosnya. "Senin udah pulang kok. Mungkin mereka kangen sama aku, sama kalian juga."
"Kenapa tidak ada yang memberitahu kami?" tanya Alan curiga.
Alexa mengangkat kedua bahunya. "Nanti mungkin."
Sial! Salsabila memang harus secepatnya beres-beres kamar dan mengungsi ke kamar Alan untuk dua malam. Dua malam yang akan menjadi malam yang begitu panjang.
****
Alan begitu kesal luar biasa karena tidur paginya diganggu oleh si cerewet adiknya, Alexa. Pagi-pagi sekali pintu kamarnya diketuk dengan begitu keras dan suara-suara panggilan namanya disebut berulang kali.
"Istrimu lagi masak dan kamu masih enak-enak tidur," gerutu Alexa ketika Alan membuka pintu.
Wanita itu langsung menerobos masuk tanpa dipersilakan dan membuka semua tirai jendela.
"Astaga ini weekend, Xa. Aku masih mengantuk, belum waktunya bangun," balas Alan sembari kembali merebah.
Alexa mengambil tempat di samping Alan dan meninjunya pelan. "Bangun dan mandi gih. Kita harus sarapan bersama."
Alan sama sekali tidak mengindahkan perintah dari adiknya, dia tetap merebah dan kembali memejamkan mata.
"Kalian masih pisah kamar?"
Alan menghela napas dan memiringkan badan, berpura-pura tidak mendengar pertanyaan dari Alexa.
"Tiga tahun bersama dan masih saja seperti ini. Perbaiki rumah tangga kalian, jangan sampai kalian menyesal nantinya."
Alan kembali menghela napas, kali ini dengan kasar. "Menyesal apa sih, Xa?"
Alexa menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah kekanakan dari Alan. "Aku tahu Mas Alan tidak pernah memperlakukan Salsabila sebagai istri. Hati-hati, suatu saat kelakuan Mas Alan akan membuatmu kehilangan Salsabila. Hati-hati dengan kesabaran wanita itu, Mas."
Mendengar kalimat itu, Alan membuka matanya perlahan lalu menoleh ke arah Alexa. Wanita itu malah balas menatapnya dengan tatapan tegas, seringai usilnya sudah menghilang entah ke mana.
"Aku lapar. Cepatlah mandi!"
Alexa kemudian beranjak dari tempat tidur menuju lemari buku. Dia memang berniat untuk menunggui Alan selesai mandi dan menggiringnya ke bawah. Saat menuju dapur, Alan bisa melihat Salsabila yang tengah sibuk mempersiapkan sarapan.
"Punya istri secantik itu jangan disia-siakan. Entar nyesal, loh," bisik Alexa sembari menyikut perut Alan.
Setelah mengatakannya, Alexa hanya menyengir lalu mendahului ke dapur. Sepanjang sarapan, Alan terus memikirkan perkataan Alexa, entah kenapa dia tidak menyukai perkataan adiknya itu. Alan sama sekali tidak pernah mengkhawatirkan pernikahannya dengan Salsabila, dia sangat kooperatif menjalankan pernikahan. Terutama mengenai mengatasi orang tua. Tetapi kenapa ada rasa tidak nyaman yang menghinggapi hati Alan membayangkan wanita itu bisa saja pergi dan memilih menyerah dengan pernikahan yang tanpa visi misi ini.
Setelah selesai sarapan, Salsabila membawa beberapa pakaiannya ke kamar Alan. Hanya beberapa saja, cukup untuk dua malam menginap. Wanita itu dengan cekatan menata pakaiannya di sisi lemari yang Alan memang sengaja biarkan kosong, mewanti-wanti ketika akan digunakan seperti saat ini. Dan benar saja sore itu, kedua orang tua Alan datang. Tentu saja mereka akan menginap seperti kata Alexa tadi.
"Sudah lama Mama tidak ketemu kamu, Salsa. Mama sangat merindukanmu."
Salsabila mendekat, mengecup tangan ibu mertuanya lalu disambut dengan pelukan hangat dari wanita itu.
Seperti biasa Rena akan selembut itu pada Salsabila, menantu kesayangannya.
"Kenapa makin kurus? Apa Alan menyulitkanmu?"
"Ma!" bantah Alan tidak terima.
Alexa mengompori. "Aku juga mengira begitu, Ma. Salsabila bahkan kini hanya tersisa kulit dan tulang." Salsabila yang mendapat hinaan itu hanya bisa melotot ke arah Alexa.
Salsabila kemudian tersenyum lalu menjelaskan kalau dia hanya lelah mengurusi peluncuran brand barunya.
"Jangan bekerja terus, Salsa. Habiskan banyak waktu untuk beristirahat di rumah." Ibu Rena mengusap lengan Salsabila dan memintanya untuk duduk di dekatnya.
"Kayaknya Salsabila tidak akan betah di rumah kalau tidak ada yang membuatnya terpaksa tinggal, Ma."
Entah bom apa lagi yang akan dilemparkan oleh Alexa kali ini?
"Maksud kamu, Alexa?" tanya ayah yang sedari tadi diam langsung merespons.
"Anaklah, Yah. Mas Alan sungguh mengecewakan. Tiga tahun menikah tetapi sampai sekarang belum mampu menghamili Salsabila," ucap Alexa sembari tertawa.
"Kalian sudah program? Periksa ke dokter mungkin?"
Rena memang sejenis ibu mertua yang sama sekali tidak menuntut untuk Salsabila segera memberikannya cucu. Tetapi meskipun begitu, hati yang paling dalamnya juga sangat menginginkan agar ia segera mendapatkan cucu dari menantu kesayangannya itu.
"Su—sudah, Ma," jawab Salsabila dengan terbata. "Mungkin belum dikasihnya aja dan dipercaya sama Tuhan."
Salsabila melirik ke arah Alan, meminta bantuan agar mereka bisa keluar dari pembahasan yang cukup sensitif itu.
"Ma, Jangan begitu," ujar Alan, mencoba membantu Salsabila.
Ibu Rena malah melotot. "Alexa benar, Lan. Sudah waktunya kalian memikirkan momongan. Tiga tahun menikah masa ingin diisi dengan pacaran terus sih?"
Salsabila dan Alan hanya bisa bertukar tatap, sudah mati kutu terkena omelan dari bunda Rena. Kenapa menjadi istri Alan banyak sekali kewajibannya?