webnovel

Which One Should I Choose

Hanya gara-gara mimpi digigit ular, aku sekarang dijodohkan dengan seseorang. Perjodohan itu merupakan perjanjian atau surat wasiat antara mendiang Ayahku dan sahabatnya. Jika aku menolak perjodohan itu, maka aku harus membayar uang dalam jumlah banyak. Dari mana coba aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dan atas dasar apa pula Ayahku menjodohkan aku dengan anak sahabatnya itu? Aku juga sudah menaruh perasaan kepada teman dekatku, kenapa harus pakai acara perjodohan lagi! Benar-benar frustasi aku sekarang, entah apa yang akan terjadi ke depannya. Yang mana harus aku pilih sekarang? Menolak perjodohan, menerimanya dengan pasrah, menyatakan perasaan kepada teman dekatku itu? Atau terjerat ke dalam perasaan cinta antara teman dekat dengan orang yang dijodohkan denganku? Tetap ikuti terus ceritanya!

LaveniaLie · Teen
Not enough ratings
316 Chs

Merasakan Hal Yang Sama

Sesampainya di dalam tenda, Dirga membaringkan Carissa dan menyelimutinya dengan selimut. Karena Carissa terlihat sakit, Dirga pun mengambil sebutir telur ayam dan merebusnya hingga matang. "Dasar merepotkan sekali dia ini," gerutu Dirga. Sesekali Dirga melihat kearah Carissa yang tertidur. Semakin lama Dirga, semakin mendekatkan wajahnya kepada Carissa dan melihat kearah bibir Carissa yang berwarna merah ranum.

Carissa membuka matanya, Dirga cepat-cepat menjauh dan melihat telur yang ia rebus. "Aw kepalaku sedikit pusing," ujar Carissa.

"Kamu itu kenapa?" tanya Dirga.

"Aku mencari Lela, memangnya kenapa?" tanya Carissa balik sambil membenarkan posisinya menjadi duduk.

"Kenapa kamu tidak bawa handphonemu? Aku kira kamu buang air kecil tadi, harusnya kamu kasih tahu aku dulu."

"Kenapa harus kasih tahu kamu dulu?"

"Asalkan kamu tahu saja, kalau terjadi sesuatu sama kamu, aku yang bisa disalahkan sama Ayahku dan juga keluargamu nanti. Apa kamu mau jika terjadi sesuatu yang nantinya akan memecah belahkan hubungan baik antara keluarga kita. Sama saja kamu mempermalukan Ayahmu juga."

"Terus, Lela sudah ketemu belum?"

"Sudah." Dirga menoleh ke dalam panci rebusan dan mematikan kompornya. Dirga merendam telur rebus panas itu ke dalam air dingin lalu mengupasnya. "Cepat sana, ambil nasimu, lalu makan, abis itu istirahat," perintah Dirga.

"Iye," sahut Carissa sambil mengambil piring yang sudah disediakan oleh Dirga. "Tumben banget perhatian," gerutu Carissa.

"Aku dengar nih, masih belum tuli!" sahut Dirga menoleh dengan tatapan mata yang tajam.

"Iya ah, sensitif banget." Dirga lalu meletakkan telur rebus itu diatas nasi Carissa. "Makanlah," ujar Dirga.

"Terima kasih."

Carissa pun memakan nasi dengan telur rebus itu dengan lahap sekali, karena dirinya tadi sudah benar-benar lapar. Carissa menoleh kearah Dirga dan melihat Dirga memakan mie instan yang sudah mengembang. "Maafkan aku ...," ujar Carissa lirih.

"Maaf kenapa? Telurnya tidak enak ya?" tanya Dirga bingung.

"Maaf karena sudah merepotkanmu," jawab Carissa dengan kepala tertunduk.

"Sudahlah, tidak apa-apa." Carissa membelah telur rebusnya dan memberikan setengahnya kepada Dirga. "Makanlah, itu untukmu." Dirga melihat kearah Carissa yang sedang menghabiskan makanannya dengan lahap.

***

"So sweet sekali perlakuan dari Dirga, serasa mabuk kepayang," gumam Lela sambil mengingat kejadian tadi. Rian pun masuk ke dalam tenda dan menghampiri adiknya itu. "Lela kamu dan Carissa teman dekat ya?" tanya Rian tiba-tiba.

"Iya Kak, memangnya kenapa?" tanya Lela.

"Tidak kenapa kok, Kakak rasa dia bukan orang yang baik, jadi jangan terlalu dekat ya, sama dia."

"Dia orang yang baik kok Kak," ujar Lela membela nama baik Carissa.

"Terserah kamu saja, Kakak mau tidur. Kamu tidurlah, hari sudah malam lho," ujar Rian lalu berbaring.

"Iya Kak, sebentar lagi." Lela tersenyum miring dan memikirkan kembali perkataan Kakaknya itu, "Bukan orang baik ya, kalau memang dugaan aku benar, maka aku akan membuat image Carissa sebagai orang jahat," gumam Lela.

***

Selesai mencuci perlengkapan makan, Carissa pun berbaring di dalam tenda. Dirga habis sikat gigi pun juga masuk ke dalam tenda. "Menyingkirlah sedikit!"

"Iya," sahut Carissa geser ke arah pojok. "Sudah cukup?"

Tanpa jawaban, Dirga langsung berbaring dan bertolak arah dengan Carissa. "Selamat malam," ucap Carissa.

"Ya."

Dirga tiba-tiba teringat dengan Carissa yang awalnya cewek jutek dan judes itu, berubah menjadi sosok yang cengeng dan penakut. Entah kenapa, Dirga merasa aman sekali, saat memeluk Carissa. Berbeda rasa pula saat bersama Lela. Sejujurnya alasan lain, Dirga tidak mau menerima perjodohan itu. Dia menyukai Lela dari kecil, dirinya dan Rian sudah dekat saat masih kecil, begitupula dengan Lela, yang umurnya hanya terpaut satu tahun saja.

Sudah banyak kenangan yang sudah dilewati dirinya bersama Lela, sejak hadirnya Carissa lewat pertemuan yang tidak terduga. Dirinya merasa sedikit nyaman dengan Carissa. "Tidak! Tidak boleh! Aku tidak boleh suka dengan Carissa! Rasa sukaku hanya untuk Lela seorang!" gumam Dirga.

Di dalam hati Carissa juga merasakan hal yang sama, seperti Dirga rasakan. Awal pertemuan Martin dan dirinya juga lewat candaan, lalu jadi teman akrab. Tapi biar bagaimana pun, Carissa akan tetap mempertahankan rasa sukanya pada Martin. Tapi entah kenapa tadi, dirinya juga refleks memeluk Dirga untuk kedua kalinya. Pelukkan yang memberikan rasa nyaman, aman, dan damai.

"Apa aku juga suka ya sama Dirga?" gumam Carissa.

Mereka berdua berbalik dan saling berhadapan. "Kok belum tidur?" tanya mereka berdua serentak.

"Sana tidur!" ujar mereka serentak lagi.

"Ah sudahlah, ini tidak akan ada habisnya," ujar Dirga dingin.

"Dirga, aku boleh tanya suatu hal tidak?" tanya Carissa.

"Apa itu?"

"Kamu suka Lela kan?"

DEG!

"Bagaimana dia bisa tahu, kalau aku suka sama Lela?" gumam Dirga.

"Kenapa diam?" tanya Carissa heran.

"Tidak kenapa, sudah lupakan hal itu," ujar Dirga dengan arti tidak mau menjawabnya.

"Lalu kita harus jawab apa? Kalau ada orang bertanya, soal siapa akunya kamu dan kenapa kamu bisa mengajakku?" 

"Jawab saja kalau kita ini sepupu, selesai," ujar Dirga dingin.

"Orang-orang pasti tidak akan berpikir bahwa kita ini sepupu." Dirga berbalik dan tidak menjawab perkataan Carissa. Carissa terdiam dan memikirkan caranya bagaimana menutupi status dirinya dan Dirga.

***

Waktu sudah menunjukkan waktu tengah malam, saat permainan dimulai. Salah seorang teman Dirga, membangunkan semua orang dengan pengeras suara. Satu persatu penghuni tenda mulai keluar dari tenda masing-masing. "Silahkan semuanya berkumpul di api unggun!" 

Dirga dan Carissa mengikuti instruksi tersebut. Dirasa semuanya lengkap, instruksi selanjutnya diberitahukan. "Jadi malam ini kita akan bermain jelajah malam, bukankah jam dua belas sangat menantang nyali. Jadi disini, aku sudah mempunyai gulungan kertas yang di dalamnya terdapat nomor, jika dapat nomor yang sama dengan orang atau teman kalian. Maka kalian berdua akan jelajah malam dengan orang itu, silahkan ambil satu kertas," ujar teman Dirga, bernama Beni.

Carissa membuka gulungan kertas tersebut dan mendapatkan nomor lima. Sedang Dirga mendapatkan nomor tiga. Carissa tidak tahu harus berpasangan dengan siapa. Lela tampak sedang sekali, saat melihat nomor punya Dirga, sama dengannya. "Yeay, kita satu tim," ujar Lela senang. Dirga melirik kearah Carissa, yang mendapat nomor lima.

Tampak dari kejauhan seseorang menatap Carissa dengan sinis. "Jadi rutenya kalian berjalan dari sini, mengikuti tali sesuai dengan warna kertas. Siapa yang sampai dulan di api unggun ini, maka pasangan itu pemenangnya. Ya, silahkan cari pasangannya masing-masing. Jangan lupa dengan senternya, satu pasangan membawa satu senter," ujar Beni.

Rian bangkit dan berjalan menghampiri Carissa. "Kita satu tim, jadi jangan membuat kekonyolan atau membawa sial," ujar Rian yang terkesan seperti menghina, mengejek, dan mengancam.

"B-baik," sahut Carissa.