webnovel

Yang selalu Takut Akan Kesendirian

Mata yang tajam itu terus menatap ke dalam birunya langit, sebuah rasa yang semakin tertekan ke dalam melalui kontrol emosi yang bahkan selalu membuat kaki kehilangan arah.

Semakin bertambahnya usia, Julian mulai merasakan jika kehidupannya menjadi semakin sepi. Tidak, Julian sudah sadar sejak dulu akan kehidupannya, hanya saja ia tidak mau mengakui hal itu saat dulu.

Saat kecil, bagi Julian menjadi Dewasa adalah hal yang sangat menarik. Bisa melakukan apa pun yang di inginkan, memiliki kebebasan dalam hal apa pun, memiliki banyak teman untuk menghabiskan waktu dan sebagainya. Tapi, kini gadis malang itu salah. Menjadi Dewasa itu sangat sepi.

Gadis itu kerap kali terdiam, tenggelam di dalam pikirannya yang dalam sendirian. sering berpikir melintasi masa lalu, masa kini dan masa depan.

" Jikalau aku tak akan bisa bersama dengan Justine, lalu bagaimana lagi aku harus menyusun hidupku yang sudah berantakan ini?" gumam Julian.

Justine adalah laki-laki yang Julian temui di tahun 2013, laki-laki yang sudah mengubah dunia Julian. Sosok cinta pertama yang memiliki kisah cinta yang panjang, entah apa yang Justine lakukan sampai Julian bisa menahan diri dari sebuah keputusasaan hidupnya.

Tapi apa pun yang Justine lakukan, ia adalah sebuah lilin untuk Julian. semakin Julian keras memegangnya, maka lilin itu akan semakin memberikannya cairan panas yang bisa melukai tangan Julian.

" sudah hampir sepuluh tahun ya sejak hari itu? hari seharusnya Justine memberikan sebuah pengakuan ataupun akhir dari penantianmu." ucap Megan yang datang entah dari mana.

Julian tidak menjawab apa pun dan hanya tersenyum sedikit, ia tidak bisa menjawab apa pun yang di katakan oleh Megan mengenai Justine.

" nanti juga kamu tahu bagaimana Final Chapter nya."

Megan pun langsung tersenyum ke arah Julian, ia sebenarnya tahu jawabannya sejak awal melalui ekspresi Julian yang tersenyum sambil meneteskan air matanya secara diam-diam.

" kamu sebenarnya tidak bisa di tinggalkan sendirian, karena setiap kamu merasa takut akan di tinggalkan hal itu sama dengan mengingatkanmu atas luka-luka yang ada di masa kecilmu. sebenarnya kamu takut akan kesendirian kan?.

makanya, saat kamu beranjak dewasa..

orang tua juga tidak sepenuhnya ada untukmu, baik secara emosional maupun fisik. kamu sebenarnya takut jika orang sekitar akan meninggalkanmu, tapi karena hal itu sering kali terulang maka hatimu malah menjadi beku dan semakin terluka." Sahut Megan.

Julian pun menoleh ke arah Megan, gadis itu tidak marah atau pun tersinggung akan apa yang Megan katakan padanya.

" aku takut pada diriku sendiri, diriku seakan jeruji penjara yang tak kasat oleh indera.

Aku memeluk erat dalam kecemasan, menjauhkanku dari ketenangan. Tolong beritahu aku, bagaimana caraku melepaskan diriku?.

Aku ingin berlari dari jeruji yang tak mempunyai kunci, aku terperangkap di dalam gema suara yang sepi dan sunyi.

Diriku bagaikan pusaran angin, selalu menyeretku terombang-ambing. Tolong..

beritahu bagaimana aku menemukan jalan keluar, aku mohon tolong selamatkan aku dari diriku sendiri, aku bahkan sangat kesulitan untuk menghela nafas." sahut Julian.

Gadis itu berbicara dengan mata yang terbuka menatap langit dengan penuh amarah, air mata yang jatuh seperti tak lagi ia hiraukan walau pun di sana Megan tengah duduk menatapnya dengan mata yang dalam.