1 Separuh jiwaku, kembalilah

Abdul menghempas tangan Sofyan yang memegang kedua bahunya, namun Sofyan lebih kuat memegangnya, dan bahkan kali ini Rey telah memeluknya dari belakang, Abdul tetap memberontak dengan tatapan yang tertuju pada Yola.

Fahri dan Fatih yang melihat itu langsung menghentikan Sofyan dan Rey, supaya melepaskan Abdul.

"Maaf Abah, tolong biarkan Abdul masuk ke ICU." Ucap Fatih pada Sofyan.

"Ayah tolong lepaskan Abdul, Yah. Biarkan dia bertemu dengan Yola, Yah." Ucap Fahri sambil menarik tubuh ayahnya.

Fahri menarik Abah Sofyan dari belakang, dia sudah tak perduli lagi jika Ia dianggap tidak sopan, atau berani melawan gurunya, Yang Ia inginkan hanyalah Abdul dan Yola bertemu.

Begitu juga dengan Fahri dengan sekuat tenaga menarik sang ayah supaya melepaskan Abdul, jadilah mereka saling tarik. Fahri dan Fatih sangat tahu bagaimana hubungan Yola dan Abdul, bahkan batin mereka begitu dekat, sampai belum berjumpa pun mereka telah saling mencari dan merindu.

Akhirnya Sofyan dan Rey melepaskan tubuh Abdul, dan membiarkannya masuk menemui Yola. Jelita telah menangis tersedu didalam pelukan Danil yang juga menangis, begitu juga dengan keluarga yang lain.

Diruangan ICU, Abdul berteriak, menyuruh seluruh tenaga medis untuk keluar setelah meminta dokter memasang pendeteksi jantung Yola.

Abdul menatap Yola yang terbujur diranjang tanpa adanya gerakan sedikitpun. Abdul menutup tirai ICU lalu kembali menatap Yola dengan tatapan sayang dengan derai air mata.

"Kamu lupa jalan untuk pulang, maka aku akan mencarimu, dan membawamu kembali pulang padaku." Ucap Abdul lalu mengecup kening Yola lama, lalu ikut merebahkan tubuhnya disisi Yola dengan memeluknya erat.

"Kembalilah padaku, sayang. Ingatlah janjimu, jika kau tak akan meninggalkan aku." Ucap Abdul tepat di samping telinga Yola.

Sementara diluar ruangan Fahri dan Fatih berdiri di depan pintu ICU dan menghalangi siapapun untuk masuk ke dalamnya.

"Fahri, Yola sudah meninggal, kita harus segera memakamkannya."Ucap Rey pada sang anak yang masih mengeleng dengan kuat.

Begitu juga dengan Ronald yang memaksa Fatih untuk membukakan pintu ICU, Fatih bersikap sama dengan Fahri, mengeleng dengan kuat dan tak mengijinkan siapapun masuk ke dalamnya.

Tak lama kemudian Jhonatan yang baru saja sadar didorong menggunakan kursi Roda oleh Opa dan Omanya menuju ke ruangan ICU.

"Apa yang terjadi dengan Yola, ayah?" Tanya Jhonatan pada Danil.

Jhonatan menatap Fahri dan Fatih yang justru berdiri dan menjaga pintu ICU rapat dengan kepala mengeleng pada Jhonatan.

"Yola__ "

"Yola, tidak akan meninggalkan kita." Ucap Jhonatan sebelum ayahnya menyelesaikan ucapannya.

Semua orang menatap pada Jhonatan yang ikut menuju kedua saudaranya yang berjaga dipintu. Semua tirai di tutup oleh Abdul jadi tak seorang pun yang dapat melihat apa yang sedang dilakukan oleh Abdul di dalam ruanga ICU.

Semua orang hanya mampu menunggu sampai Abdul keluar, mereka dengan sabar duduk menanti Abdul yang membuka pintu dari dalam.

Di dalam ruangan ICU Abdul tidur disamping Yola dengan menempelkan tubuhnya erat pada tubuh Yola yang terasa dingin.

"Yola." Panggil Abdul dalam mimpinya.

Sementara Yola hanya berputar-putar ditempat tak tahu harus berjalan ke mana, jalan yang tadi terlihat terang benderang, kini berubah menjadi gelap, seolah tak ada jalan keluar bagi dirinya, bahkan Yola bingung Ia berada di mana saat ini. Namun Ia mengingat apa yang diucapkan oleh suaminya semalam. Jika Ia lupa jalan pulang maka Ia cukup memanggil nama suaminya lalu Ia akan datang.

Dengan berjongkok karena ketakutan, Yola memeluk dirinya sendiri sambil memanggil nama suaminya.

"Abdul. Aku takut."

"Abdul, tolong aku."

"Tolong aku, Abdul." Ucap Yola berulang kali.

"Ya Allah, hamba berada dimana? Kenapa semua gelap? Dimana keluarga hamba? Dimana suami hamba yanAllah?"

"Yola!" Sayup-sayup Ia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, lalu Ia berdiri kemudian menyala sebuah jalan dan ternyata Ia berdiri diantara jalan lurus yang Ia tak tahu jalan menuju kemana.

"Yola!" kembali Ia mendengar suara itu, suara yang memanggil namanya.

Yola memutar tubuhnya mencari kesumber suara. Namun hanya suara yang mampu Ia dengar.

"Yola!" Lagi, Ia mendengar suara itu, dia mengingat pemilik suara yang sangat Ia kenal.

"Abdul!" Teriak Yola setelah mengingat bahwa suara itu adalah suara suaminya.

"Yola!" Yola menoleh ke belakang lalu melihat Abdul sedang berlari mengejarnya.

Yola tersenyum saat melihat Abdul mendekat ke arahnya.

"Yola, ayo kita pulang," Ucap Abdul sambil meraih tangan Yola.

"Bukankah seharusnya kita lewat sana?" Ucap Yola, sambil menunjuk sebuah jalan di depannya.

"Bukan, kamu salah arah, sayang. Makanya kamu tersesat." Ucap Abdul, lalu menarik tangan Yola.

Yola mengikuti langkah Abdul, lalu saat Ia menoleh ke belakang jalan yang tadi akan Ia lewati berubah menjadi gelap dan tak terlihat apapun, lalu Yola tersenyum dan mengeratkan gengaman tangannya pada Abdul dan menyandarkan kepalanya pada bahu Abdul.

Keduanya tersenyum dan terus berjalan tanpa menoleh kebelakang lagi.

Diluar ruangan dokter yang berjaga di depan pintu ICU sayup-sayup mendengar bunyi alat monitor jantung Yola yang kembali berdetak seirama dengan jantung orang yang masih hidup.

Bahkan bukan hanya dokter, semua orang yang berada di depan ruangan itu ikut tersentak kaget, lalu semua berdiri saling tatap, pasalnya ruang ICU hanya ditempati Yola karena memang mereka memesan kamar kusus untuk Yola.

"Dokter Ridwan, itu__ " Humaira tak melanjutkan ucapannya, Ia langsung menyuruh Fahri menyingkir dengan tatapan super tajam. Karena Fahri dan Fatih juga penasaran dengan apa yang terjadi dengan Abdul dan Yola maka mereka membiarkan Humaira dan dokter Ridwan masuk ke dalam ruangan di ikuti oleh anggota keluarga yang lain.

Humaira membuka tirai yang tadi di tutup oleh Abdul, betapa terkejutnya Ia dan semua orang yang ada di ruangan itu, jantung Yola kembali berdetak seirama dengan jantung Abdul, bahkan nafas Yola kembali seperti semula.

"Subhanallah, aku tak kan percaya jika tak menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri." Ucap dokter Ridwan, tanpa merubah posisi keduanya, dokter Ridwan memeriksa keadaan Yola.

"Yola, keluar dari masa kritis." Ucap dokter Ridwan, Humaira ikut memeriksa keadaan Yola saking tidak percayanya dengan apa yang diucapkan oleh teman sejawatnya itu.

"Ya Allah, Alhamdulilah, terimaksih Ya Allah kau memberikan mukjizat pada hambamu yang lemah ini." Ucap Humaira.

Sontak semua keluarga yang berada didalam ruangan itu menangis haru dan melakukan sujud syukur.

"Alhamdulilah."

Jhonatan memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir di pipinya, kedua tangannya menegadah keatas mengucapkan berulang kali rasa syukur pada Allah.

Mereka membiarkan Abdul dan Yola yang sedang tertidur dengan nyenyak. Sebagian keluarga menginap di hotel yang tak jauh dari rumah sakit, hanya ada Jelita, Humaira Danil, Sofyan dan Rey di rumah sakit yang menunggu Yola dan Abdul. Sedangkan Fahri dan Fatih menemani Jhonatan di ruang rawat inap Jhonatan.

"Istirahatlah, sayang. Yola sudah tidak apa-apa." Ucap Danil pada Jelita.

"Iya, Jel. Kamu istirahatlah bersama Humaira di kamar sebelah, tadi sudah disiapkan oleh suster untuk istirahat kita."

"Ayo Jelita, kita istirahat. Kamu ga ingin kan Yola melihatmu dalam kadaan kelelahan?"

Bujuk Humaira, akhirnya Jelita menurut lalu pergi dari kamar inap Yola dan Abdul.

avataravatar
Next chapter