webnovel

BATAL

Happy reading.

****

Seperti biasa Alex cuma bisa mondar-mandir dalam kepanikan. Tak ada yang bisa diajak ngobrol karena emang mom dan yang lain belum ada yang sampai di RS.

Mungkin terjebak macet, maklum ini kan jam masuk kerja. Yang pasti jalanan di kota Jakarta 99‚9999% macet.

Dan seperti biasa perawat harus ekstra sabar karena Alex berkali-kali mencoba menerobos masuk untuk melihat Sandra, ingin memastikan istrinya sudah melahirkan atau belum.

Sebenarnya Alex heran juga biasanya suami kan disuruh masuk nemenin istrinya kalau lahiran. Lha ini kok malah gak boleh masuk, apa jangan-jangan istrinya di-caesar karena tadi pingsan.

5 menit ,10 menit, 30 menit , 45 menit.

Akhirnya dokter keluar juga.

Ya kemarin dokter yang memeriksa kandungan Sandra emang laki-laki tetapi karena Alex gak rela istrinya dipegang-pegang laki-laki lain walaupun itu dokter dan udah tua. Akhirnya mereka pindah rumah sakit cuma buat nyari dokter kandungan cewek.

"Suami ibu Sandra ...?"

"Iya saya, Dok ... gimana istri dan anak saya Dok?"

"Ibu dan bayi baik-baik aja sekarang Anda boleh menemuinya. Tapi nanti tiap jam kami akan memantau kondisinya."

"Trima kasih, Dokter."

Dokter itu tersenyum dan lalu meninggalkan Alex untuk memeriksa pasien lainnya.

Alex memasuki ruangan Sandra dengan hati berbunga-bunga dia sudah gak sabar melihat wajah bayinya. Cewek apa cowok ya ... jadi makin greget dia ngebayanginnya. Karena Sandra pengen jenis kelamin bayinya jadi rahasia jadi Alex selama ini hanya bisa menerka-nerka.

Alex melihat Sandra tertidur pulas mungkin capek habis lahiran, batinnya.

Namun Alex merasa ada yang gak pas. Dilihatnya seluruh ruangan. Kamar ini sesuai keinginannya VVIP. Alex lalu menggeser kursi dan duduk di dekat Sandra.

Oiya mana bayinya. Kok Alex belum dikasih lihat oh ... mungkin lagi dibersihkan sama perawat.

Alex memperhatikan wajah istrinya yang menurutnya makin cantik. Terlihat polos dan chubby karena kehamilan.

Kalau Sandra tak hidup dalam kekangan orang tua yang penuh aturan Alex berani jamin istrinya itu pasti jadi gadis yang super tomboy.

Baru kali ini Alex berasa jadi pedofil. Gak nyangka bakal menikahi gadis yang usianya beda 10 tahun darinya.

Alex mengelus-elus tangan istrinya yang mulus, dia masih senyum-senyum sendiri memandangi wajah istrinya. Matanya yang sedang terpejam hidungnya yang kecil mungil. Bibirnya yang tipis lalu turun ke dadanya yang makin semok duh ... udah boleh pegang belum ya, lalu pandangan Alex jatuh ke perutnya yang membuncit lalu ....

Tunggu dulu!

Alex mengembalikan pandangannya kembali ke perut istrinya. Kok masih gede. Dirabanya perut itu. Bener masih gede. Bukannya Sandra dah lahiran. Tetapi perutnya masih tetep buncit.

Jangan-jangan Sandra punya penyakit tumor kangker atau busung lapar.

Kepanikan langsung melanda diri Alex seketika ditekannya tombol merah untuk memanggil dokter.

Tak lama kemudian dokter dan seorang perawat masuk.

"Dokter gimana sih katanya istri dan anak saya baik-baik aja tapi kok perutnya masih gede. Apa istri saya punya penyakit kronis Dok?" Alex langsung mencerca dokter dengan berbagai pertanyaan di otaknya.

Sedang Dokter Lola hanya tersenyum saja.

"Istri Anda baik kok, Pak, dia cuma istirahat bentar lagi juga bangun kalau soal perutnya yang membuncit itu karena ada bayi dalam perutnya," kata Dokter Lola pelan seperti menjelaskan sesuatu pada Alex, takut salah paham.

Penjelasan dari Dokter Lola mulai masuk ke dalam otak Alex yang gak fokus mungkin karena belum minum aqua jadi kekurangan konsentrasi dan fokus.

"Kok ada bayi lagi bukannya udah lahiran atau emang anak saya kembar ya Dok?"

Perawat di belakang Dokter Lola sudah tertawa cekikikan sementara si dokter cuma tersenyum miris, ganteng-ganteng oon, batinnya.

"Maaf Pak tapi istri Anda belum melahirkan."

"Eh ... kalau belum melahirkan ngapain aja dari tadi cepet keluarin bayinya keburu istri saya bangun dan kesakitan lagi!"

Dokter Lola cuma bengong menanggapi ucapan si cowok tampan tetapi bego ini. Memang barang dalem kardus apa main keluar keluarin aja.

"Maaf Pak tapi kita harus menunggu sampai pembukaan 10 baru bayinya boleh keluar."

"Bukaan apaan?"

Brak!

" HONEY i'm comingggg!" Bersamaan dengan itu masuk mommy-nya dan David serta Joe dan Tasya. Yang langsung memeluknya.

"Di mana cucu Mamy cewek apa cowok?" mommy-nya celingak-celinguk nyari cucunya.

"Bolem lahir, Mi."

"Lha kok belum lahir? Ngapain aja dari tadi?"

Ini emak ama anak pertanyaannya kok sama, batin Dokter Lola.

"Tauk si dokter masak istri saya musti buka sepuluh dulu baru bayinya boleh keluar. Buka apa coba buka baju buka pintu buka toko apa buka apaan?" kata Alex menggebu-gebu.

Plakkk!

"Sakit, Mom."

"Siapa suruh, Bego! Itu bukaan orang mau lahiran. Kalau gak ngerti diem aja. Emang udah buka berapa Dok?" tanya mommy.

"Baru bukaan satu, Bu, makanya Nyonya Sandra biar istirahat dulu itung-itung simpen tenaga buat nanti. Tapi ntar kalau Bu Sandra udah bangun tolong disuruh jalan-jalan ya biar bukaannya cepet nambah."

"Iya Dok makasih ya."

"Sama-sama Bu Ya sudah kami permisi dulu satu jam lagi saya cek lagi." Dokter Lola dan perawatnya lalu pergi.

"Jadi bayinya belom lahir nih?" ucap Tasya nimbrung. Padahal dia udah bawa parsel baju dan mainan

buat anak Sandra, eh ... taunya bayinya masih di dalam perut.

"Belum Bebeb masih lama. Mending ke kantin dulu yuk!" David mengambil parsel yang dibawa Tasya lalu diletakkan di samping Joe yang duduk di sofa.

Sedang Joe sejak masuk malah asyik otak-atik HP-nya hingga gak merhatiin sekitar.

"Dari mana kamu tau kalau masih lama?" tanya Alex.

"Taulah emang loe pikir siapa yang nemenin Ai lahiran kalau bukan gue?" ucap David bangga.

Ah bener juga, batin Alex. Dia lalu duduk di sebelah Joe, sedang mommy-nya duduk di pinggir ranjang Sandra.

"Udah ah, Beb ... anterin gue makan yuk ... laper nih tadi gak sempet sarapan karena buru-buru." David

langsung menarik tangan Tasya tanpa menunggu jawabannya.

Seolah terganggu dengan suara berisik di sekitarnya Sandra membuka matanya.

"Eh ... Sayang udah bangun?"

"Sayang ...." Mom dan Alex bicara bersamaan.

"Mommy? Alex?"

"Ada yang sakit gak Sayang?"

Sandra meraba perutnya. Masih buncit jadi dia belum melahirkan. Rasa sakit yang dirasa beberapa waktu lalu juga udah gak terasa.

"Aku gak papa Mom, cuma haus."

Alex langsung mengambil minum di atas nakas dan diberinya sedotan sebelum diberikan pada Sandra.

Selesai minum Sandra berusaha duduk dan langsung dibantu Alex. "Tadi kayaknya ada suara Mas David ama Tasya tapi kok orangnya gak ada?"

Joe yang baru selesai dengan HP-nya memperhatikan sekitar. Iya juga kok Tasya gak ada, batinnya.

"Tadi Tasya di tarik keluar ama David katanya mau diajak makan."

Mendengar itu Joe langsung berdiri. "Ah ... si anjing nih David main nyelonong aja."

"DAVID ... WOI ITU CEWEK GUE JANGAN BAWA KABUR DAVIDDDDD!" Joe berteriak sambil keluar dari ruangan Sandra.

"BERISIK JOOOOOEEE!" Alex ikutan teriak.

Plakkk!

"Mommy ih ... sakit tau."

Sedang mommy dan Sandra cuma cekikikan ngelihat tingkah 3 cowok ganteng itu.

"Lagian kamu gak sadar apa ini rumah sakit main teriak-teriak aja."

"Kan Joe juga."

"Udah ah ... mending kamu ajak Sandra jalan-jalan, gih!"

"Jalan-jalan ke mana Mom?"

Plakkk!

"Mommyyyy ... hari ini demen banget mukulin Alex!" Alex mengelus kepalanya yang dalam beberapa menit ini udah 3 kali dipukul mommy-nya.

"Siapa suruh kamu ngaco, maksudnya jalan-jalan itu jalan kaki mondar-mandir untuk mempercepat proses lahirannya nanti."

Alex hannya ber oh ... ria lalu menurunkan Sandra dari ranjang dan mengajak keluar istrinya.

"Trus Mom mau ke mana?"

"Mau nyusulin Tasya. Takutnya Joe ama David ribut rebutan Tasya," kata mom-nya langsung beranjak pergi.

Alex memandang istrinya bingung, sementara Sandra hanya mengangkat bahunya cuek.

****

Berjam-jam kemudian ....

" Alex udah ya jalannya capek ...."

"Ya udah balik ke kamar yuk!"

Saat sampai di depan pintu kamar rawat Sandra melihat Ai datang dengan kekuatan penuh seperti biasa. Dandanan sexy ala penyanyi dangdut dan di belakangnya dua bayi kece dan seorang bodyguard sangar. Dan 2 cowok imut yang bertugas sebagai babysitter dengan seragam berwarna-warni macam pelangi.

Alex yang melihat itu cuma bengong. Buset ni kaka ipar ada-ada aja tingkahnya. Lagian tu 2 cowok yang jadi babysitter-nya mau-mau saja ya didandani aneh-aneh.

"Oh ... Sweeeetyyyy." Ai langsung memeluk Sandra

"Kakak makin cantik aja."

"Of course." Ai langsung mengibaskan rambutnya dengan gaya super model di catwalk.

Sandra hanya bisa geleng-geleng, emang bener ya kata Mas David sejak kakaknya punya anak dia makin gak jelas.

"Ngapain di pintu kamar kok gak masuk?"

"Ini juga baru mau masuk kali Mbak." Sandra dan Alex masuk diikuti Ai dan pasukannya. Sementara di dalam sudah ada mommy-nya Alex, David, Joe, dan Tasya yang menunggu.

"Ngomong-ngomong udah buka berapa?"

"Tadi sih baru satu tapi bentar lagi dokternya bakal periksa lagi."

Dan seolah-olah dikode Dokter Lola sudah berada di kamar rawatnya.

"Ok semua harap keluar dulu yaaa saya mau periksa Ibu Sandra!"

Sontak semua orang di dalam ruangan itu keluar kecuali Alex tentu saja yang kukuh tetap di situ.

Setelah memeriksa Sandra dokter memperbolehkan semuanya masuk.

"Gimana Dok udah mau lahir belum?" kata mom semangat.

"Maaf sebelumnya. Tapi kelihatannya Ibu Sandra gak jadi melahirkan hari ini."

"Maksud Dokter apaan sih? Mana ada orang lahiran dibatalkan," kata Alex nyolot.

"Maaf Pak ini memang kejadian langka. Tapi ini juga sudah gak asing lagi. Karena memang ada ibu yang seolah-olah mau melahirkan dengan kontraksi dan segala macamnya tapi ternyata cuma mentok di pembukaan satu setelah itu menutup lagi. Kalau orang jawa menyebut ini badan atau lebaran."

"Lha trus gimana Dok?" tanya mommy.

"Ya berarti Nyonya Sandra boleh pulang dulu, toh, perkiraan melahirkannya masih sepuluh hari lagi."

"Lah gak jadi lahiran Dek?" David bertanya lagi.

"Ya udah kalau gak jadi aku balik ke kantor aja yuk, Sya." Joe langsung beranjak pergi tapi berhenti saat Tasya tak juga menyusul.

"Kenapa?"

"Kamu duluan aja aku pengen shoping mumpung dapat libur dua hari."

"Shoping gue yang anter aja, Beb." David langsung menyela.

"Joe?" Tasya bertanya pada Joe.

"Kamu yakin mau nganterin Tasya belanja?" tanya Joe. Mengetahui seberapa Matre tunangannya.

"Yakinlah apa sih yang nggak buat Tasya. Loe gak bakal ngelarang kan? Karena boleh gak boleh gue tetep bakal temenin."

"Boleh kok asal kamu yang bayarin aja," kata Joe santai. Mampus Lo bakalan jebol kantongnya dihabisin Tasya. Batin Joe senang sendiri.

"Itu mah gampang," ucap David PD.

Joe mengedikkan bahu dan langsung berlalu. Sedang Tasya yang mendengar bakal dapat gratisan matanya langsung berbinar.

"Yakin mau bayarin aku?"

"Yakinlah mau apa aja silahkan ambil. Hatiku juga bakal aku kasih kok kalau kamu minta."

Tasya meringis jijik. Namun demi geratisan belanja, tidak apa-apa lah jalan sama itu playboy cabe-cabean. "Udah ah berangkat yuk, Mom, Sandra, semua Tasya jalan dulu ya!"

"Hati-hati, Sayang."

"Kalau Mas David macem-macem pukul aja, Sya!"

Mom Sandra Alex menyahut bebarengan.

"Eh ... ikutan, dong. Aku kan mau dibayarin juga Mas. Kan Mas David belum pernah bayarin Ai." Ayu ikut berdiri.

David memutar bola matanya jengah. "Please deh Dek ... kamu belanja tiap hari emang pake duit siapa?"

"He he he lupa, Mas. Yang itu cuma khilap."

"Udah ih gak usah ganggu loe belanja bareng pasukan loe sendiri aja." David langsung memegang tangan Tasya dan membuka pintu hendak keluar.

Tapi seketika langkahnya terhenti begitu melihat dua orang yang ada di depan pintu, begitupun dengan orang yang baru datang itu.

Terjadi keheningan yang mencekam. Sandra yang heran kakaknya diam saja jadi bingung.

"Ada apa Mas kenapa gak jadi pergi?" Sandra makin heran karena David tetap diam.

Setelah tubuhnya diguncang beberapa kali oleh Tasya, David akhirnya menyingkirkan tubuhnya dari depan pintu agar Sandra bisa melihat orang yang datang.

Degh ....

"Aaaaayaaaaahhhhh ...?"

****

TBC.

Next chapter