48 MAAF

Happy Reading.

****

Suasana awkward langsung terjadi begitu ayah Sandra masuk.

Mom Lilyana yang paham situasi dan memang tahu permasalahan yang sedang terjadi langsung mengajak semuanya keluar, hanya David yang tetap diam dengan tatapan tajamnya menghadapi orang yang pernah merawatnya sekaligus melemparnya ke jalanan.

"Ayaaahhhh ...." Mata Sandra sudah berkaca-kaca melihat ayahnya yang mau menemuinya lagi.

Sedang Pratama hanya memandang putrinya dengan seribu penyesalan karena pernah memperlakukannya dengan tidak baik.

Ayah Sandra memandang David seolah meminta izin untuk berbicara berdua dengan Sandra, David yang awalnya enggan jadi luluh melihat tatapan orang tua itu yang terlihat nelangsa. Akhirnya David hanya memalingkan wajahnya dan keluar dari ruangan itu.

Pratama sekarang tahu kenapa dia menyayangi Sandra melebihi ke dua kakaknya. Dia tahu kenapa dia lebih mendidik keras Sandra dan lebih overprotektif padanya. Karena di dalam darah Sandra mengalir darahnya.

Tama tak pernah menyesal mengusir David. Dia juga tak menyesal mengabaikan Ayu, tetapi dia selalu merasa bersalah setiap menyakiti Sandra. Awalnya dia pikir itu karena dia menyaksikan kelahiran dan pertumbuhannya dari bayi hingga dewasa, sehingga dia memiliki sedikit rasa sayang untuk Sandra. Tetapi ternyata inilah yang dinamakan ikatan batin ayah dan anak, yang walau tidak disadarinya dia selalu memperlakukan Sandra sedikit lebih baik dari David dan Ayu.

"Ayah datang?" Sandra merasa bahagia ayahnya mau menjenguk.

"Ayah ... sudah ... ga-gak ... marah ... lagi kan?" Ayahnya hanya diam.

"Ayah ...." Sandra mulai resah. "Ayah ... maaf ...." Sandra mulai merasa takut karena ayahnya hanya diam mematung memandanginya.

"Ayah ... a-aku ...." Belum selesai perkataan Sandra tiba-tiba Pratama langsung memeluknya hingga membuat Sandra terpaku.

Dia diam bukan karena marah bukan juga karena benci. Dia diam karena tak tau harus mengatakan apa. Seribu satu ungkapan kasih sayang dan penyesalan yang ingin diucapkannya tetapi semua seolah hilang. Dia hanya bisa memeluk putrinya dengan erat.

Dia tak pernah menyangka akan memiliki putri. Karena setelah dirinya berubah identitas. Dia membuang jauh impian memiliki lagi belahan jiwa dan keturunan. Yang dia lakukan hanya menjadi orang kejam. Karena saat menjadi orang baik takdir justru mempermainkannya.

Entah sudah berapa lama mereka saling memeluk menyampaikan dalam diam rasa rindu dan kasih sayang yang terabaikan.

"Ayah, aku bahagia sekali." Sandra berbicara di sela tangisnya. Sandra tidak pernah menyangka bahwa ayahnya akan memeluknya dengan seerat ini seolah Sandra adalah orang terakhir yang bisa menopang hidupnya.

"Aku benar-benar menyayangi ayah," katanya lagi. Sedang Pratama tak kuasa mengatakan apa-apa karena rasa haru. Mendengar putri yang diperlakukannya dengan kejam masih tetap menerimanya sebagai ayah, hanya tetesan air mata yang membasahi pundak Sandra yang menjawab semuanya.

Namun setelah sekian lama akhirnya pelukan itu dilepaskan. Tama mengelus pelan rambut putrinya, lalu digenggamnya tangan Sandra dengan sayang.

"Maaf ...," ucap Pratama lirih. "Maaf ... maaf ... maaf ...."

Sandra tak tahan mendengar ayahnya mengucap maaf tanpa berhenti. Sandra langsung memeluk ayahnya yang menunduk dan menggenggam tangannya.

"Ayah ... aku yang minta maaf."

Pratama meletakkan jarinya di bibir Sandra menghentikan kata-kata yang akan keluar dari mulutnya.

Pratama memejamkan matanya seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu yang berat.

Dielusnya wajah Sandra sayang.

"Maaf ...." Ayah Sandra mengucapnya lagi. Ditariknya napas dalam lalu diembuskan untuk meredam sesuatu yang berkecamuk di benaknya.

"Sandra ... Ayah ingin kamu tahu. Mulai sekarang tolong percaya sama ayahmu ini. Apa pun yang terjadi Ayah akan selalu menyayangimu."

"Aku juga sayang Ayah ... sayang sekali ...," ucap Sandra di antara air matanya.

Pratama menghapus air mata di putrinya dan mengamati wajah putrinya. Seolah-olah menyimpannya ke dalam memori otaknya agar tidak terlupakan. "Kamu sedang hamil, jangan menangis. Berbahagialah."

Sandra mengangguk senang.

"Ayah pergi dulu, kamu jangan membangkang pada suami dan mertuamu. Mereka orang baik dan ayah percaya mereka akan memberimu kebahagiaan lengkap."

"Iya ayah."

Diusapnya rambut Sandra sayang lalu dengan berat hati berdiri dan mulai meninggalkan Sandra. Yang masih menangis bahagia.

"Selamat tinggal," ucapnya lirih, yang tentu tidak didengar Sandra. Dia tak mau berbalik lagi, karena jika dia berbalik dia tak kan mampu meninggalkannya.

Meninggalkannya untuk selamanya.

Maaf kan aku Nak .... Semoga kau tak membenciku setelah ini, ucapnya dalam hati. Sambil membawa langkahnya yang berat meninggalkan keluarganya.

*****

Bugh!

Satu pukulan mendarat di wajahnya. Sambil meringis mengusap darah yang keluar di sudut bibir dia berdiri lagi di depan orang itu.

Orang itu menyeringai sinis dan menunjuk wajahnya dengan murka.

"Berani sekali kau mengkhianatiku. Kau benar-benar ingin kekasihmu mati ya?"

"Kenapa tak kau lepaskan kami kau sudah mendapatkan semuanya?"

"Semuanya kau bilang? Cih ... bahkan setengahnya pun belum ada di tanganku."

"Kenapa kau lakukan ini? Lupakan semua, kita hidup kembali seperti dulu. Ayolah demi darah yang sama yang mengalir di tubuh kita."

"Darah kita boleh sama tapi saya tak sudi punya saudara selemah dirimu!"

"Aku tidak lemah, aku hanya menyayangi keluargaku!"

"Itulah kelemahanmu. Dunia ini kejam dan yang berkuasalah yang menang!"

"Aku benar-benar tidak mengenalimu lagi ...." Apa yang sebenarnya terjadi pada saudaranya kenapa dia berubah sekejam itu.

Laki-laki itu tertawa sisnis. "Kau memang tak pernah mengenalku, Brother. Well sekarang keputusan ada di tanganmu serahkan gadismu dan wanitamu akan kembali padamu. Atau lepaskan gadismu dan wanitamu akan jadi milikku!"

"Aku akan menyerahkan gadisku tapi setelah tugasnya selesai biarkan aku membawa mereka berdua pergi. Aku janji aku akan menghilang dari hadapanmu dan kupastikan tak akan ada yang menyalahkanmu."

"Bhahaha haaaaa hahaha ... ck, ck, ck, kau ini rakus sekali. Kau pikir aku bodoh ya? Kau tidak bisa memiliki keduanya, kau harus memilih salah satu. Sekarang pergi dari hadapanku, keputusan ada di tanganmu!" Lalu laki-laki itu pergi di ikuti beberapa anak buahnya.

Sedang dia diseret oleh dua pengawal laki-laki tadi dan dimasukkan ke dalam mobil dengan wajah ditutup seperti saat dia datang tadi.

Yah seperti itulah dia. Setiap bertemu dengan laki-laki itu dia selalu diikat dan ditutupi wajahnya Sehingga dia tak pernah bisa tau di mana lokasinya.

***

TBC

avataravatar
Next chapter