webnovel

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Horror
Not enough ratings
27 Chs

Bab 23: Wahana bermain

Pikiran Anastasia membeku sesaat. Dia berpikir mungkin saja itu salah satu Nightcatcher. Namun, sosok itu bergerak terlalu cepat. Dia terus memanjangkan lehernya sambil terus melihat ke arah kumpulan pepohonan itu.

"Eh, Anas kamu kenapa?" Bianca menepuk pundak Anastasia. "Kamu lihat apa?" Bianca yang penasaran ikut melihat ke arah yang sama.

"Bi, aku tadi melihat sesuatu di sana." Telunjuk Anastasia langsung menunjuk tanpa merubah arah sedikit pun.

"Anas, aku tidak melihat apa-apa,' ucap Bianca menggelengkan kepala. "Ah, kamu mungkin salah lihat."

Anastasia berpikir mungkin ucapan Bianca benar. Dia juga hanya melihat sosok itu sekilas saja. Tiba-tiba suara Grunt terdengar keras hingga membuat mereka membalikkan badan.

"Ok, hari ini kita akan mulai latihannya," ucap Grunt memegang sebuah pengeras suara. "Karnival ini juga diadakan untuk memperingati ulang tahun kota Rosalin sekaligus peresmian taman bermain ini."

"Kota Rosalin?" Anastasia langsung melihat wajah Bianca. "Itu bukannya kota tempat tinggal kita?"

"Eh, Iya." Bianca sekilas membesarkan pupil matanya. "Madam Nigera dan Theresa tidak memberitahukan mengenai hal ini."

Grunt kemudian menjelaskan mengenai posisi masing-masing. Walikota Rosalin bersama dengan seluruh anggota keluarga Zwalinski dibarisan depan. Mereka akan menggunakan kendaraan khusus yang akan membawa mereka. Barisan selanjutnya akan diisi dengan anak-anak panti asuhan diiringi dengan para penari, badut dan binatang sirkus.

"Pawai akan dimulai dari sana hingga ke ujung sana." Telunjuk Grunt mengarah ke parkiran depan hingga ke depan tenda tempat mereka pertama kali berkumpul. "Apakah ada pertanyaan?"

Bianca dengan cepat mengangkat tangannya. "Paman, apakah binatang sirkusnya tidak berbahaya buat kami?"

"Binatang sirkus nantinya akan ditemani oleh masing-masing pawang jadi semuanya sudah diatur," ucap Grunt dengan semangat. "Pawangnya juga sudah terlatih, sehingga tingkat keamanannya terjamin." Grunt mengakhiri ucapannya dengan senyuman lebar.

Paman Grunt kembali bertanya, tetapi sepertinya semuanya telah paham dan mereka lalu memulai latihan. Semua orang yang berada di sana mengatur posisi sesuai dengan arahan. Dia lalu menjentikkan jarinya dan tidak lama kemudian suara musik terdengar.

Setelah beberapa lama berlatih, akhirnya latihan pertama sudah selesai. Grunt mengatakan bahwa latihan terakhir akan diadakan besok. Semua orang perlahan meninggalkan tenda. Anastasia dan Bianca berencana untuk kembali ke penginapan dan beristirahat.

"Kak, tunggu." Suara seseorang terdengar dari belakang mereka.

Anastasia dan Bianca menghentikan langkahnya. Mereka menengok ke belakang dan ternyata itu adalah Markus. Dia berencana untuk mengaja Anastasia dan Bianca bermain di wahana lainnya. Awalnya Anastasia menolak karena tidak ingin membuat madam Theresa marah, tetapi Markus terus membujuknya hingga akhirnya dia mengiyakan.

"Eh. Tapi wahananya jauh dari tempat ini?" Anastasia mengerutkan alisnya. "Aku sudah tidak sanggup lagi kalau harus berjalan jauh," ucapnya sambil meregangkan otot kakinya.

"Kak, tenanglah. Wahananya dekat dari tempat ini." Max menarik tangan mereka berdua. "Ayo, kita harus cepat."

Mereka berjalan kaki menuju wahana itu. Selama di perjalanan, Anastasia dan Bianca melihat beberapa stand makanan yang mulai tersusun rapi. Beberapa orang juga terlihat mulai memasang dekorasi. Atmosfer di tempat itu setidaknya mulai terasa ramai.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka sampai di wahana roller coaster. Suara teriakan bisa terdengar jelas di telinga mereka. Akan tetapi, Max tidak memedulikan hal itu. Dia dengan cepat melangkah masuk tanpa menoleh ke belakang. Anastasia dan Bianca yang berada di belakangnya seketika berhenti melangkah dan menengok ke atas.

"Anas, kamu yakin mau naik ini?" Bianca mengernyitkan alisnya. "Wahana ini terlihat cukup berbahaya."

"Aku juga, Bi." Kepala Anastasia terus mendongak ke atas dan melihat pergerakan dari roller coaster yag terbilang cukup cepat. "Perutku seketika terasa mual," ucap Anastasia langsung memegang perutnya.

"Iya aku juga berpikir …. "

"Kak, ayo." Max terus berteriak memanggil Anastasia dan Bianca dari kejauhan. Dia tampak menunggu kereta selanjutnya.

"Anas, jadi?" tanya Bianca sambil melirik ke arah Anastasia.

Anastasia hanya bisa menghela napas sejenak. Dia kemudian membalas teriakan Markus dan berjalan mendekat ke arahnya.

"Anas, aku berharap ini keputusan yang tepat," ucap Bianca berjalan mengikuti Anastasia yang sudah berjalan beberapa meter di depannya.

Mereka akhirnya menaiki wahana itu. Roller coaster itu terdiri dari beberapa baris kursi. Satu baris kursi mampu menampung maksimal dua orang. Max duduk dikursi depan dengan orang lain, sedangkan Anastasia dan Bianca duduk di bagian agak belakang. Wajah Anastasia dan Bianca seketika menjadi pucat. Tangannya terasa gemetar. Rasanya seperti nyawanya akan melayang.

"Aku sudah tidak sabar memainkan wahana ini." Mata Gideon terlihat berkobar-kobar. Dia sama sekali tidak merasa takut sedikit pun.

"Anas, kita masih punya kesempatan buat kabur dari sini," bisik Bianca dengan halus. "Max tidak akan memperhatikan kita, bukan?"

"Bi, nanti kalau Max marah gimana?" tanya Anastasia membalas ucapan sahabatnya itu. "Ayolah, ingat kita sedang liburan." Anastasia berusaha menyakinkan sahabatnya itu.

"Baiklah," ucap Bianca sambil memutar bola matanya. "Aku berharap kita akan baik-baik saja."

Wahana perlahan bergerak. Denyut jantung Anastasia semakin berdetak kencang. Dia hanya bisa menutup matanya dan berharap semua ini cepat berlalu. Namun, tiba-tiba kereta wahana roller coaster berhenti. Setelah diperiksa lebih lanjut, ada kerusakan yang tampaknya harus diperbaiki sehingga semua orang di dalam kereta itu dipersilahkan untuk turun.

"Ah, alatnya rusak," ucap Gideon dengan nada kecewa. "Waktu kita akan habis jika hanya menunggu," sambungnya sambil duduk di lantai

"Gideon, gimana kalau kita main wahana yang lain?" Anastasia berusaha mengembalikan semangat Gideon yang tampaknya hilang. "Gimana kalau kita ke sana?"

Telunjuk Anastasia ternyata mengarah ke arah rumah hantu. Gideon berpikir itu mungkin ide yang bagus. Dia juga sangat senang melihat wahana itu. Akan tetapi, Bianca yang dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Bi, ayolah. Rumah hantu tidak mengerikan kok." Anastasia berusaha menyakinkan Bianca.

"Iya Kak," tambah Gideon diikuti dengan senyuman lebar sambil menarik lengan Bianca. "Ayolah Kak." Gideon memasang raut wajah sedih.

Bianca seketika luluh melihat wajah menggemaskan Gideon. "Baiklah, tetapi sekali saja."

Gideon melompat kegirangan dan mempercepat langkah kakinya menuju wahana rumah hantu. Anastasia dan Bianca hanya bisa menggelengkan kepala diikuti dengan tawa kecil.

"Bi, memangnya kamu kenapa takut banget dengan hantu?" tanya Anastasia sambil berjalan mendekati wahana itu. "Hantu kan tidak ada."

"Iya Anas, tapi kamu lihat sendiri kan tempatnya." Bianca menunjuk ke rumah tua dengan hampir dipenuhi dengan warna gelap. "Kamu masih yakin ke sana?"

Semuanya terlihat bergitu suram dan terdengar alunan musik mengerikan yang membuat mereka semua ketakutan. Tulisan berwarna merah yang terlihat seperti lumuran darah terukir jelas di salah satu tembok bangunan itu.

Anastasia yang melihat hal itu hanya bisa terdiam sejenak. Dia tidak berpikir bahwa wahana ini akan terasa mengerikan. Dia perlahan melangkah mundur dan berencana untuk kabur. Namun, Gideon dengan cepat menarik tangan mereka berdua dan akhirnya mereka masuk ke dalam wahana itu.

Suasana begitu gelap dan hanya diterangi dengan lampu kuning gantung. Suara langkah kaki bisa terdengar jelas. Mereka perlahan melangkah dan melihat sekeliling ruangan dengan pencahayaan yang remang.

"Aku sudah merasa memang ini keputusan yang buruk." Mata Bianca melihat sekelliling. Tangannya terus mengenggam erat baju Anastasia. "Ayolah kita masih bisa ke luar." Telunjuknya mengarah ke belakang.

"Bi, tenanglah kita pasti bisa melewati wahana ini. Kita hanya perlu berjalan melewati ini semua. "Anastasia menepuk tangan Bianca berulang kali. Dia berusaha membuat Bianca tenang. "Eh, Gideon di mana?"

"Aku sama sekali tidak melihatnya, "ucap Bianca sambil menengok sekeliling. "Apakah mungkin dia berada di luar?"

Anastasia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Ah, aku sendiri melihatnya masuk ke dalam sini. Dia tidak mungkin ke luar begitu saja, bukan?"

Mereka memutuskan untuk mencari Gideon terlebih dahulu sebelum meninggalkan wahana. Beberapa menit berjalan, sesuatu muncul dari balik dinding yang berada di di depan mereka. Anastasia dan Bianca langsung berteriak keras. Bianca dengan cepat menarik tangan Anastasia dan segera berlari.

Beberapa meter di depan mereka terlihat siluet seorang anak kecil. Anastasia dan Bianca menghentikan langkahnya. Pandangan mereka saling memandang satu sama lain.

"Bi, aku merasa itu Gideon," bisik Anastasia sambil terus memperhatikan sekeliling. "Kita sebaiknya berjalan mendekatinya," sambungnya sambil berjalan mendekati siluet itu.

"Eh Anas, tunggu." Bianca dengan cepat menarik pergelangan tangan Anastasia. "Gimana kalau itu hanya bagian dari wahana ini?"

Anastasia mengerutkan alisnya. "Hah? Kenapa bisa kamu berkata demikian?"