webnovel

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Horror
Not enough ratings
27 Chs

Bab 22: Hari pertama

Anastasia terus menggulingkan badannya di tempat tidur. Dia sama sekali tidak menyukai suara itu dan terus menutup telinganya. Beberapa detik kemudian, suara langkah kaki terdengar dari kamar sebelah.

"Anak-anak, kalian semua bangun!" ucap Madam Theresa berjalan melihat setiap anak-anak yang masih tertidur.

"Argh!" Suara menggerutu Bianca terdengar dari bawah.

Anastasia bangun dan turun dari tempat tidur. Rambut merah panjangnya berantakan dan tidak beraturan. Bianca hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Anas, kamu setidaknya sebelum bangun rapikan rambutmu," ucap Bianca menepuk pundak Anastasia. "Rambutmu seperti rambut singa," sambungnya diikuti dengan tawa.

"Bi, kamu itu bisanya cuman mengejek saja." Anastasia hanya bisa menghela napas sambil terus berusaha merapikan rambutnya.

"Anas, sini biar aku membantumu." Bianca menggunakan jarinya dan merapikan rambut Anastasia dengan cepat. "Ok, aku rasa setidaknya rambutmu terlihat jauh lebih rapi."

Anastasia langsung memeluk sahabatnya itu." Kamu memang orang yang paling bisa kuandalkan, Bi."

"Setidaknya dengan begini, Bianca tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi."

Anastasia memeluk Bianca dengan erat diikuti dengan senyum lebar di bibirnya. Bianca sama sekali tidak mengetahui apa yang dipikirkan Anastasia Madam Theresa yang melihat mereka langsung menegur mereka.

"Hei, kalian berdua apa yang kalian lakukan!" Madam Theresa langsung membesarkan bola matanya.

Anastasia dan Bianca langsung terdiam dan menundukkan kepala. Madam Theresa hanya bisa menggelengkan kepala. Dia lalu memerintahkan semua anak-anak yang berada di dalam kamar untuk segera bersiap-siap. Dia menyuruh Anastasia dan Bianca untuk mengurus semua anak-anak ini. Madam Theresa lalu berjalan meninggalkan mereka lalu bergegas turun ke lantai bawah.

"Argh! Madam Theresa!" gerutu Anastasia. "Dia sama sekali tidak mengurus anak-anak ini," ucap Anastasia memutar matanya.

"Anas, tenanglah." Bianca berbalik dan berusaha menenangkan sahabatnya. "Kita sebaiknya mengatur anak-anak ini terlebih dahulu."

Anastasia menghela napas dan menghela napas. Dia merasa jengkel dengan sifat madam Theresa yang tidak peduli dengan anak-anak ini. Anastasia dan Bianca lalu mengatur anak-anak itu. Beberapa menit kemudian, semuanya sudah siap. Mereka semua turun ke lantai bawah.

Madam Theresa terlihat sedang membaca majalah bulanan yang terletak di atas meja. Saat dia mendengar langkah kaki bergeumuh dari lantai atas, dia menurunkan majalahnya hingga mencapai pangkal hidungnya.

"Bagaimana anak-anak sudah selesai?" ucapnya dengan nada sinis.

"Iya, Madam." Anastasia dan Bianca menjawab serentak.

"Bagus, aku suka dengan kerja kalian." Dia perlahan meletakkan majalah itu di atas meja kaca bulat di depannya. "Di mana Nigera, aku dari tadi mencari keberadaannya."

Madam Theresa memutar badannya dan memperhatikan setiap sisi dari ruangan itu. Akan tetapi, wajah Madam Nigera tidak tampak sedikit pun. Dia terus mengetuk permukaan meja kaca dengan jarinya sambil mengerucutkan bibirnya.

Beberapa menit kemudian, suara seseorang membuka pintu. Nigera langsung menggerakkan kepalanya dan melihat seorang wanita berambut hitam lurus berjalan ke arahnya sambil membawa seekor anjing.

"Nigera, kamu dari mana saja?" Madam Theresa langsung mengerutkan alisnya diikuti dengan nada suara yang agak meninggi.

"Maaf Madam, aku tadi membawa Wolfy berjalan-jalan." Madam Nigera berjongkok dan langsung mengelus kepala Wolfy. "Dia bosan terus di kandangnya."

Ucapan Nigera seketika membuat amarah Madam Theresa perlahan menurun. Dia perlahan berjalan ke arah Wolfy yang sedang menatap ke arahnya.

"Wolfy, maafkan aku karena tidak mengingatmu," ucapnya mengelus kepala Wolfy dan merangkul anjing ras wolf hybrid. "Aku memang majikan yang buruk."

"Madam, Wolfy sekarang sudah senang. Aku juga bahagia melihatnya."

"Nigera, terima kasih telah memperhatikan Wolfy untukku."

Madam Nigera hanya mengangguk mendengar ucapan itu. Tidak lama setelah itu wanita berseragam mendekat ke arah madam Nigera dan Theresa.

"Nyonya-nyonya silahkan ikuti saya. Kita akan pergi ke tempat pelatihan," ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

Mereka semua lalu berjalan meninggalkan tempat itu menuju lokasi pelatihan. Matahari yang bersinar di langit cukup terik hingga Madam Theresa langsung mengeluarkan topi pantai berwarna krem.

"Argh! Matahari ini bisa membuat kulitku hitam." Madam Theresa mengeluh dan terus mempercepat langkah kakinya. "Ayo anak-anak kita harus cepat," ucapnya yang berada di posisi paling depan.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sebuah tenda berukuran sedang berada beberapa meter dari posisi saat ini. Warna kuning dam merah yang begitu menarik perhatian membuat Madam Theresa berlari layaknya kuda liar menuju ke tempat itu.

Madam Nigera, Anastasia dan Bianca yang berada di belakang madam Theresa langsung mengikutinya. Ketika sampai di tempat itu, semua anak-anak menghela napas dan menyeka keringat karena kelelahan.

Anastasia dan Bianca juga merasakan hal yang sama. Cuaca yang begitu terik membuat cairan tubuh mereka perlahan berkurang. Keringat mengalir membasahi wajah mereka. Dahaga mereka semakin memuncak diikuti dengan bibir-bibir kering yang semakin terlihat terlihat.

"Astaga, suhu ini membuatku seperti terpanggang," Madam Theresa memeriksa tas jinjing berwarna senada dengan topinya. "Di mana kipasku," ucapnya sambil memeriksa isi tasnya.

Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah mereka. Semuanya berbalik dan terlihat seorang pria berbadan tegap mendekat ke arah mereka.

"Oh, kalian pasti sangat kelelahan," ucapnya sambil membawa sebuah dos yang berisi air kemasan yang terususn rapi di dalamnya. "Silahkan minum," ucapnya sambil meletakkan di atas sebuah meja bulat kecil

"George, kamu datang di saat yang tepat." Madam Theresa mengambil sebuah botol dari dalam dos dan langsung membukanya.

Hanya membutuhkan waktu beberapa detik, kemasan air yang digenggamannya telah berubah bentuk. Madam Nigera ikut mengambil botol itu dan membagikannya ke setiap anak-anak yang berada di sana.

"Anas, Bianca kalian pasti haus kan," ucap Madam Nigera sambil menyodorkan botol air.

"Iya, Madam." Anastasia mengambilnya lalu meneguknya.

"Terima kasih, Madam." Bianca dengan cepat membuka penutup botol dan tanpa ragu meneguknya.

Rasa dahaga mereka semua perlahan menghilang. George lalu mengajak mereka semua masuk ke dalam tenda utama yang jaraknya tidak jauh dari posisi mereka. Di dalam sana ternyata sudah ada Gideon beserta ibunya.

Gideon terlihat sedang melatih seekor anjing yang bentuknya mirip seperti Wolfy. Dia yang melihat rombongan Anastasia datang langsung berlari ke arah mereka.

"Halo, aku sangat senang kalian berada di sini," ucapnya sambil memperlihatkan gigi putih yang tersusun sempurna. "Oh, iya perkenalkan ini anjing kesayanganku namanya Mala," ucapnya sambil mengelus leher anjing itu.

"Astaga, anjingmu sangat mirip dengan Wolfy." Mata madam Theresa seketika membesar.

"Madam, aku merasa itu ide yang buruk." Madam Nigera berusaha memberitahu Theresa. Dia bisa melihat bahwa tatapan mata anjing itu tidak menyukai orang asing.

Madam Theresa menggelengkan kepalanya mendengar omongan Nigera. "Nigera tenanglah, dia sama seperti Wolfy." Tangannya berusaha meraih daun telinga anjing itu. "Aku akan …. "

Anjing yang merasa bahwa ada sesuatu yang asing mendekat ke arahnya langsung memutar kepalanya ke arah Madam Theresa. Gigi taringnya terlihat begitu tajam dan berusaha menerkam Madam Theresa. Untunglah Gideon dengan cepat menarik tali pengekang yang terlilit di anjing itu sehingga jemari Madam Theresa masih bisa selamat.

"Astaga!" Madam Theresa dengan cepat menarik tangannya dan menatap Mala dengan tatapan tajam.

Gideon yang menyadari akan hal itu, langsung meminta maaf kepada Madam Theresa. Dia berusaha menjelaskan bahwa anjingnya ini berasal dari ras Malamute berbeda dengan Wolfy. Dia juga mengatakan Mala agak susah berteman dengan orang baru.

"Maafkan atas perlakuan Mala," ucapnya sambil terus menundukkan kepala.

Madam Theresa yang tidak mungkin memarahi Gideon hanya bisa menghela napas dan berjalan menjauhi Gideon dan Mala. Dia terlihat berjalan meninggalkan tenda itu. Wajahnya terlihat cemberut. Madam Nigera yang menyaksikan hal itu mengejar madam Theresa dan berusaha membuatnya tenang.

Suasana menjadi hening sejenak. Tidak lama kemudian, Isabella datang mendekat ke arah Gideon dan yang lainnya. Dia heran karena melihat madam Theresa tiba-tiba ke luar dari tenda.

"Gideon, apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya sambil mengerutkan alisnya.

Gideon lalu menjelaskan semua yang terjadi. Isabella hanya bisa menghela napas dan segera berlari mencari Madam Theresa.

"Ah, aku tampaknya merusak semuanya," ucap Gideon dengan suara lemas. "Rasanya tidak ada yang benar di dalam setiap tindakanku."

"Gideon, itu bukan salah kamu." Anastasia berjalan mendekat ke arah Gideon dan menepuk pundaknya.

Gideon yang mendengar ucapan itu perlahan mengangkat kepalanya. Genangan air mata mulai terbentuk. Dia berusaha untuk menahan air matanya. Anastasia yang melihat hal itu kemudian mengelus rambut silver Gideon dengan pelan.

"Semuanya akan baik-baik saja, tenanglah," ucapnya sambil tersenyum ke arah Gideon.

Gideon yang melihat hal itu langsung menangis dan memeluk Anastasia dengan erat. Semua anak-anak yang menyaksikan hal itu hanya bisa terdiam dan menyaksikan hal itu.

"Anas, Gideon kalian membuatku ingin memelukmu." Bianca yang tersentuh melihat hal itu langsung berjalan dan memeluk mereka berdua.

Suasana perlahan kembali normal. Gideon dengan cepat menyeka sisa matanya dan kembali memperlihatkan senyuman manis khas miliknya. Dia menjelaskan bahwa Anastasia, Bianca dan anak-anak yang lainnya akan dilatih oleh pelatih khusus.

Pelatih ini nantinya akan mengatur posisi berbaris untuk mereka semua. Gideon lalu mengantar mereka bertemu dengan pelatih tersebut yang terlihat sedang mengatur beberapa orang menggunakan tongkat berwarna emas dengan

"Paman, ini adalah anak-anak dari panti asuhan yang akan ikut dalam barisan," ucap Gideon berbicara dengan seorang pria berbadan agak gemuk.

"Oh, halo anak-anak," ucap pria bermata cokelat itu berjalan dan mendengus anak-anak ini.

"Eh, apa yang dia lakukan?" Anastasia mengerutkan alisnya melihat tindakan Grunt yang mengendus mereka satu per satu.

"Oh, Paman selalu melakukan hal tersebut jika bertemu dengan orang baru. Dia sangat senang mengendus bau," ucap Markus sambil terus memperlihatkan gigi putih miliknya.

Anastasia dan Bianca hanya bisa mengangguk. Mereka sebenarnya merasa aneh bertemu dengan orang yang melakukan hal tersebut.

"Ok, salam kenal namaku Tuan Grunt," ucapnya sambil mengusap hidungnya. "Kalian bisa memanggilku, Paman Grunt."

Paman Grunt lalu mengarahkan mereka mengikuti barisan paling belakang. Semua anak-anak berbaris dan mengikuti arahan dari anggota Grunt. Mereka semua berjalan ke luar dari tenda menuju jembatan kayu tempat pertama kali mereka masuk. Untungnya, suhunya tidak sepanas tadi karena sebagian permukaan matahari tertutupi awan. Ketika sedang menunggu anggota yang lainnya, Anastasia tidak sengaja melihat sesuatu berwarna hitam melesat di antara kumpulan pepohonan yang berada tidak jauh dari posisinya.

"Aneh, itu apa?"

***