webnovel

WANTED! Jodoh Dunia Akhirat

Dua Insan manusia yang terjebak dalam kisah masa lalu yang membuat mereka sulit untuk sekedar move on mencari pengganti. Sefia seorang gadis lajang yang tak kunjung menikah karena cinta pertamanya yang kandas karena Obsesi sang kekasih bernama Pramudya yang ingin sukses menjadi seorang penerbang, membuat Ia malas untuk mencari penggantinya sampai sang ayah mencarikan jodoh untuknya. Berbeda dengan Bima laki – laki yang mendekati usia 30 an itu sulit Move on karena kisah percintaannya dengan Laura yang ia anggap belum usai, Laura pergi begitu saja tanpa kabar berita yang membuat Ia bertanya – tanya apa sebab gadisnya itu pergi meninggalkan dirinya saat Ia sangat mencintai gadis itu. Sefia dan Bima di pertemukan di kantor milik ayah Bima sebagai seorang sekertaris dan anak bos yang menggantikan posisi ayahnya di kantor. Tanpa Sefia ketahui laki – laki yang di jodohkan itu adalah Bima bos yang dianggap sableng dan sinting karena selalu menggoda dirinya, dimana pun Ia berada. Walau akhirnya mereka menikah namun justru permasalahan muncul disaat mereka sedang memunculkan rasa di masing hati – hati. Kembalinya mantan kekasih membuat Bima galau setengah mati. Ditambah kehadiran Pramudya sang mantan Sefia menambah pelik kisah rumah tangga mereka. Novel ini akan membawa kita ke dalam petualagan cerita rumah tangga, menyelesaikan masalah dalam rumah tangga secara dewasa, dan secara bijaksana. Apa kah rumah tangga mereka akan tetap berlanjut atau justru kandas di tengah jalan? Ikuti saja novel ini. ###JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA

Rindu_Ughi · Urban
Not enough ratings
32 Chs

Galau

Seminggu kemudian seperti yang sudah di rencanakan bahwa mereka akan ke luar negeri untuk menghadiri acara reuni kampusnya Bima dan sekaligus berbulan madu.

Dan disinilah mereka sekarang. Ruang tunggu bandara.

"Mbak Sef, Emon udah bawain baju khusus buat Ye... harus dipake, Ok?" Ujar si Emon yang duduk dengan manis di samping Sefia.

"Jangan baju yang aneh – aneh lho, Mon." Kata Bima sambil menyerahkan satu cup capucino untuk Sefia.

"Ih, Mas Bim.. ga percaya amat sih sama eike."

"Gimana kita mau percaya coba, kamu tuh biangnya biang kerok."

"Eh! Kendi jangan sembarangan ya sama eike, tar eike lempar buat makanan anaconda peliharaan papi eike baru tahu rasa."

"Kuat lo mau lempar gue?" Tantang andika dengan kedua alis terangkat ke atas lalu senyum menyeringai mengejek Emon pun ikut terbit setelahnya.

"Mas Bim, tuh si kendi..." Adu Emon pada Bima sepupunya.

Namun Bima dan Sefia hanya tersenyum saja melihat perdebatan sahabat dan sepupunya itu.

Tak lama terdengar panggilan melalui pengeras suara jika pesawat yang akan mereka naiki telah siap. Mereka bergegas menuju ke pesawat yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan.

Sefia memilih berjalan dekat dengan Emon sambil bercanda hingga tak sengaja Sefia menabrak seseorang yang hampir membuatnya terjatuh jika Bima tidak segera menariknya ke dalam dekapan.

"Maaf." Ucap Orang itu sambil menatap Sefia yang masih menetralkan kenerja jantungnya karena saking terkejut dengan kejadian yang tak terduga.

"Tidak apa – apa lain kali tolong lebih berhati – hati." Ucap Bima dengan tatapan dingin tak bersahabat.

Namun laki – laki yang menabrak Sefia hanya terdiam dengan sorot mata yang menatap Sefia yang masih belum juga menatap ke arahnya.

"Maaf, sepertinya tidak sopan jika anda terlalu lama menatap istri orang." Bima kembali berucap dengan penuh penekanan.

Laki – laki itu tergagap, "Maaf." Ucap nya lalu berbalik dan segera meninggalkan tempat itu.

"Maafkan aku, mas."

""Tidak apa –apa, kamu tidak apa – apa kan?"

Sefia menggeleng.

"Ayo kita jalan." Ucap Bima yang kini mengandeng erat tangan Sefia karena tak mau jika sesuatu yang tak di inginkan kembali terjadi.

'Aku pernah lihat laki – laki itu tapi dimana ya?' Gumam Andika yang sejak tadi hanya terdiam saat melihat kejadian itu.

"Eh! Jangan ngelamun. Kesambet baru tau rasa lo."

"Ngagetin lo, Mon."

"Gitu aja kaget, udah ayok jalan kalau ga mau ketinggalan sama mas Bim dan Sefia." Emon berlalu meninggalkan Andika yang masih sempat menoleh manatap pungung laki – laki yang tadi menabrak Sefia.

Berjam – jam berlalu akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan, tempat yang pertama mereka tuju adalah hotel yang cukup terkenal di kota itu.

"Capek?" Tanya Bima pada Sefia yang nampak begitu letih.

"Hm."

"terang saja kamu baru sembuh, pasti lebih mudah capek. Maaf ya harusnya kita menunda liburannya."

"Tidak perlu, aku juga ingin jalan – jalan."

"Ya sudah kamu mandi dulu sana, baru istirahat. Nanti aku bangunkan kalau sudah jam makan siang. Atau kamu mau makan sekarang?"

Sefia mengeliatkan tubuh lelahnya lalu menoleh pada suami yang kini juga sedang menatapnya.

"Makannya nanti saja, aku mau mandi terus langsung tidur."

"Baiklah, aku temui Andika dan Emon dulu ya."

"Hm."

Bima membalikkan tubuhnya lalu segera keluar dari kamar hotel mewahnya menuju ke kamar Andika yang bersebelahan dengan Emon.

"Ada apa sih, kayak nya penting banget." Kata Bima ketika telah sampai di dalam kamar Andika yang berbeda satu lantai dengan dirinya.

"Aku dapat kabar dari seseorang."

"Tentang." Bima mengerutkan dahi sedangkan tubuhnya telah bersandar nyaman di dalam kamar Andika.

"Laura dikabarkan akan hadir di acara reuni kita, mas bim." Jawab Emon dari arah luar karena Ia baru saja masuk ke dalam kamar Andika.

Bima menoleh pada Emon, lalu beralih menatap Andika.

"benar begitu?" Bima memastikan apa yang di katakan Emon pada Andika.

Andika mengangguk.

"Sebaiknya kamu temui dulu Laura sebelum acara reuni. Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi jika kalian bertemu saat acara reuni, lagi pula kau mengajak Sefia mana mungkin kau akan ada kesempatan untuk berbicara dengan Laura."

Bima terdiam. Jemarinya erat meremasponsel yang ada dalam gengamannya. Apa yang di lakukan Laura yang meninggalkan dirinya begitu saja tentu bukan sesuatu yang mudah di maafkan. Namun Bima harus jujur jika dalam hatinya masih terselip ras cinta untuk gadis itu.

"Kau harus tegas untuk mengakhiri hubungan mu dengan Laura."

"Aku belum mendengar alasannya."

Andika membuang nafas kasar setelah mendengar jawaban dari Bima.

"Lalu apa setelah setelah kamu mendengar alasan Laura kamu akan kembali menjalin hubungan dengannya? Dimana komitmen mu dengan Sefia."

Bima masih terdiam. Rindu yang Ia tahan selama ini seolah menohok dirinya. Bagai mana bisa ia meminta berkomitmen dengan Sefia sementara Ia belum memposisikan hatinya pada Sefia.

"Kamu jangan egois, atau kamu akan menyesal, Bim."

"Mas Bim, mbak Sef itu baik lho, dan menurut Emon nih ya, mending Mas Bim sama Sefia dari pada sama Laura."

"Kenapa?" Tanya Andika dan Bima hanya melirik sepupunya itu yang duduk tepat di sampingnya.

"Laura itu cocok di jadikan pacar tapi ga cocok di jadikan istri mas Bim." Jawab Emon dengan menekankan kata istri.

"Parah lo, Mon." Kata Andika melemparkan kulit kacang ke arah Emon.

Dengan sigap Emon menangkap kulit kacang yang di lemparkan Andika padanya.

"Eh kendi! Lihat dong mbak Sef itu biar judes tapi punya sisi kelembutan, lucu tanpa banyak drama, beda ya sama Laura yang manja dan sedikit – dikit drama merajuk, IH!" Kata Emon santai.

"Bisa aja lo, Mon. Tapi bener juga sih Laura terlalu manja, Sefia berpembawaan santai dan dewasa, tidak mudah tersulut emosi."

"Dari mana kamu tahu? Kalian baru saja kenal." Tanya Bima menyelidik.

Andika tersentak namun Ia langsung kembali menetralkan ekspresinya.

"Sudah bisa dilihatkan, bagai mana dia menghadapi kemauan lo selama ini. Dan dia begitu patuh sama lo selalu pandai menempatkan diri ketika di sisimu baik sebagai sekertaris atau istrimu."

Bima kembali terdiam, sedangkan Andika membuang nafas kasar. Belum saatnya Bima tahu yang sejujurnya jika mereka adalah sahabat kecil yang terpaksa berpisah karena sebuah peristiwa mengerikan yang berhasil merengut ingatan Bima tentang Sefia kecil dan masa kecil mereka.

"Bim, pikirkan omongan gue. Gue ga mau ada yang terluka walau itu mustahil akan terjadi pasti diantara kalian akan ada yang terluka, tapi aku harap itu bukan Sefia."

"kenapa?" Bima menatap Andika intens.

"Karena semua ini masalah Lo dan Laura tidak ada hubungannya dengan Sefia, makanya gue peringatin Lo jangan membuat Sefia sakit hati atau bersedih, dia berangkat kesini dengan hati bahagia, maka sebaiknya kau membawanya pulang juga dengan bahagia."

Selesai mengucapkan kata – kata itu, Andika lalu beranjak masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Emon dan Bima yang sama – sama menatapnya.

"Bener kata Kendi Mas Bim, Jangan buat Sefia terluka."