webnovel

4. Wnita gila (18+)

Senyum yang sangat merekah kini tersemat di bibir Erick, dengan langkah yang pasti dia menuruni setiap anak tangga dengan penuh semangat. Mili yang tengah membantu para pelayan untuk menyajikan menu santap malam pun kini mengalihkan perhatiannya kepada putra satu-satunya yang tengah berbinar menebar senyum di setiap langkahnya. "Wah, sepertinya ada yang lagi berbunga-bunga nih." Godanya. 

Erick enggan untuk menjawab, dia lebih memilih mengabaikan godaan sang mama. "Mama masak apa malam ini?" Tanyanya dengan senyum yang terus tersemat di bibirnya, tangannya menarik kursi dan mendudukkan bokongnya di kursi ruang makan. 

"Sudah terasa laparnya? Mama kira sudah kenyang karena cinta." Mili kembali menggoda Erick yang sedari tadi menebarkan senyum di bibirnya, bahkan senyumnya itu tidak pernah menyurut.

"Selamat Malam." Mike datang menghampiri Mili dan Erick yang berada di meja makan dengan menggandeng putri kesayangannya. "Hmm, ini putriku Elieza." Ucap Mike memperkenalkan putrinya, saat melihat Mili menatap putrinya seperti menuntut penjelasan. Sebelumnya Elieza memang belum pernah bertemu dengan Hendri dan keluarganya, karena Mike tinggal di Negara London. Namun setelah Hendri memutuskan untuk menetap di Negara Ind*nesia beberapa tahun yang lalu, Mike baru memutuskan untuk menetap di Paris dan tinggal di mansion yang saat ini mereka tempati untuk menggantikan sang kakak mengurus perusahaannya yang di Paris. 

"Hi Elieza, senang bertumu denganmu. Ini Erick, putra aunty." ucap Mili memberi pelukan singkat kepada Elieza, sedangkan Erick tidak memberi respon sama sekali, dia lebih fokus pada ponselnya dan memandangi foto-foto Naira di dalamnya. 

"Hi aunty, hi Erick." Sapa Elieza, bibirnya tersenyum penuh arti saat melihat wajah tampan Erick. Menarik, sepertinya dia akan menjadi target incaranku selanjutnya, batin Elieza saat menatap Erick yang tersenyum menatap ponselnya.

"Hmm, Dad sepertinya Elie akan makan malam di sini saja." Elieza merangkul lengan Mike dengan manja.

Mike mengernyitkan keningnya. "Bukannya tadi kau bilang sedang ada acara dengan kekasihmu?" Tanyanya. 

"Tidak! Elie sudah lama putus dengannya!" Jawab Elieza tegas, karena dia tidak ingin target barunya berfikir kalau dia sedang menjalin hubungan dengan seorang pria. Elieza melangkahkan kakinya mendekati Erick saat melihat kursi di sebelah Erick kosong, "Hi Er, boleh aku bergabung dan duduk di sini?" Tanya Elieza basa-basi, dia berusaha untuk bersikap lebih akrab dengan Erick, bahkan tangannya berani merangkul lengan Erick.

"Terserah!" Jawab Erick sekenanya, dia merasa risih dengan sikap Elieza yang tiba-tiba saja menempel padanya. Dengan perlahan Erick melepas rangkulan Elieza dari lengannya dan beranjak dari kursinya. 

"Ma, Erick makan malam di kamar saja!" Ucapnya, Erick beranjak berdiri dari duduknya dan melangkah pergi dari meja makan. "Cih, untung kau putri paman Mike, kalau tidak pasti aku sudah mencincang tanganmu!" Hardik Erick kesal, dia bergegas melangkahkan kakinya untuk menaiki setiap anak tangga menuju kamarnya. 

"Elieza!! Daddy harap kamu bisa jaga sikap kamu di depan Erick!" Mike meninggikan suaranya karena merasa tidak enak akan sikap Elieza kepada Erick.

"Daddy, memang apa yang Elie lakakuan?" Elieza menghentakkan kakinya karena kesal dan berlalu meninggalkan Mike dan Mili di meja makan.

"Mau ke mana Kau?" Teriak Mike lagi.

"Apa peduli Daddy!!" Elieza menoleh, menatap sinis dan membuang kasar pandangannya dari sang daddy.

"Kauu!!" Mike mulai geram akan sikap putrinya yang susah diatur, namun dia hanya bisa mengepalkan kadua tangannya dan menahan amarahnya.

"Hi, Ell." Hendri yang baru saja tiba di mansion hendak menyapa Elieza, namun tercekat saat Elieza melewatinya tanpa menyapanya. "Dia kenapa?" Hendri mengerutkan kening dan menatap Mike yang terlihat sedang menahan amarah.

Mike membuang kasar nafasnya. "Sepertinya aku terlalu memanjakannya." ucap Mike menundukkan kepala. "Aku tidak bisa marah apalagi menghukumnya, aku terlalu menyayanginya." ucap Mike sendu. Mike adalah orang tua tunggal, istrinya meninggal saat melahirkan putrinya Elieza, jadi tidak heran jika Mike sangat memanjakan putri semata wayangnya itu.

"Sudahlah, dia masih muda. Suatu saat nanti dia pasti bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak." Hendri menepuk pelan bahu Mike untuk memberinya semangat dan Mike menganggukan kepala sebagai jawabannya.

"Ayo, kita makan malam saja. Oo iya, dimana Erick Ma?" Hendri menghampiri Mili dan mengecup keningnya dan hal itu tidak luput dari pandangan Mike. 

Andai aku punya istri seperti Kakak Ipar, batin Mike menatap nanar kemesraan sang kakak dengan istrinya. 

"Erick makan malam di kamarnya Pa, mungkin dia lagi menghubungi Naira." Mili tersenyum saat mengingat keceriaan Erick tadi.

"Benarkah? Apa mereka sudah baikan?" Tanyanya.

"Hmm, bahkan Erick seperti orang yang tidak waras. Dia bahkan selalu tersenyum sendiri saat menatap ponselnya." Kekeh Mili kemudian.

"Syukurlah." Hendri merasa lega saat mendengar Erick sudah kembali ceria seperti dulu.

Di kamar, Erick yang tengah tersenyum bahagia menatap sang pujaan hati yang tengah tertidur dengan lelap. Meski sebelumnya dia mendapat omelan dari Naira karena menghubunginya di jam yang tidak seharusnya. Ya, meski sekarang waktu di Paris menunjukan pukul 19.25  (GMT+2) tapi lain halnya di Indonesia yang sekarang waktu menunjukan pukul 00.25 wib.

 

***

"Kau ini, kenapa menghubungiku di jam segini! Pagi ini aku kan harus ke sekolah, bagaimana kalau aku terlambat bangun karena mengantuk?" Gerutu Naira saat paggilan terhubung dengannya.

"Aku hanya sedang rindukanmu sayang, biasanya aku selalu bisa melihatmu kapan pun aku mau, tapi saat ini aku bahkan tidak bisa melihatmu secara langsung." Ucap Erick lirih.

"Apa terjadi sesuatu?" Selidik Naira saat melihat perubahan raut wajah yang ditampilkan Erick.

"Tidak, aku hanya merindukanmu saja dan ingin makan bersamamu." Ucap Erick dibuat sendu dan tangan menunjukan piring yang berisi makan malamnya. "Baiklah jika kau keberatan, aku tidak akan memaksa." Serunya lagi. 

Meski Naira kesal, namun dia memilih untuk mengalah. Sedikit banyak dia juga merasa bersalah saat melihat raut kesedihan di wajah kekasihnya itu. "Maaf, aku tidak bermaksud begitu." Naira menundukan wajahnya karena rasa bersalahnya. 

"Tidak sayang, aku yang salah. Aku tidak bisa mengendalikan rasa rinduku padamu, jadi sudah seharusnya aku yang minta maaf." Seru Erick.

 

"Aku juga sangat merindukanmu, bisakah kau menemaniku tidur malam ini?" Tanya Naira bersemangat. "Karena mimpi itu, aku jadi susah untuk tidur." Gumamnya. 

"Benarkah? Memang, apa yang kau lihat?" Tanya Erick penasaran, dia sangat tahu kalau kekasihnya ini memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah dia bisa melihat apa yang akan tarjadi pada masa yang akan datang. 

"Sudahlah, lupakan saja!" Naira memilih untuk tidak membahas penglihatan yang sudah mengganggu pikirannya selama beberapa hari ini. 

"Kalau begitu tidurlah, aku akan menemanimu di sini. Selamat malam sayang." Seru Erick mengecup wajah Naira yang terpampang di layar laptopnya. 

Erick sedang melahap makan malamnya dengan menatap wajah yang selalu dia rindukan sedang terlelap, sampai dia tidak sadar kalau makan malamnya sudah tandas. 

 

*****

Waktu tengah menunjukan pukul dua dini hari.

"Kamu di mana Honey? Aku sangat merindukanmu, kemarilah Honey." Elieza meracau akibat pengaruh minuman keras. "Aku butuh sentuhanmu." Bruk, Pyaarr, Elieza dengan jalan gontainya menaiki setiap anak tangga hingga beberapa kali menabrak serta memecahkan barang-barang di sekitarnya. 

Saat kakinya berhenti di depan salah satu kamar, dengan perlahan tangannya menarik handle dan membuka daun pintu itu. "Di sini rupanya kau Honey." Racau Elieza yang dalam keadaan setengah sadar saat melihat Erick yang sedang terlelap dengan bertelanjang dada. Cklekk, Elieza mengunci pintu kamar Erick dari dalam. 

Erick yang mendengar seseorang sedang memasuki kamarnya, mulai membuka matanya secara perlahan. Namun belum juga kesadarannya sepenuhnya terkumpul, tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang menindihnya.

"Honey, apa kau mau memuaskanku malam ini?" Erick terkesiap saat mendengar suara wanita yang tengah menindih tubuhnya, apalagi saat dia tahu siapa wanita yang menindih tubuhnya saat ini. 

"Kau gila ya!!" Teriak Erick mencoba melepaskan kungkungan Elieza dari tubuhnya, namun sia-sia karena posisi Elieza sudah menahan tanganya ke atas kepalanya. Bau alkohol sangat menyengat indra penciumannya, Erick tersadar kalau wanita yang tengah bertengger di atas tubuhnya ini sedang terpengaruh minuman beralkohol. Tapi entah kenapa kekuatannya tidak berkurang sedikitpun, atau mungkin karena kesadaran Erick yang masih belum terkumpul sempurna. Samar-samar Erick menatap tubuh Elieza yang tepat berada di depan matanya, meski dengan pencahayaan yang sangat minim dia masih bisa melihat seorang wanita dengan baju minimnya, serta potongan dada yang sangat rendah membuat belahan gundukan kenyalnya menyumbul seakan hendak menyeruak untuk keluar. 

"Sial!!" Umpatnya dalam hati saat Elieza tiba-tiba saja melumat bibirnya dengan rakus. Sekuat tenanga Erick tetap menahan bibirnya agar tidak terbuka untuk menolak ciuman itu. 

"Santai saja Honey, kau hanya perlu menikmatinya saja dan aku yang akan beraksi untuk memuaskanmu." Bisik Elieza sensual di telinga Erick sesaat setelah pangutan bibirnya terlepas, bahkan dia juga memberikan gigitan kecil di telinga Erick. Elieza manatap penuh damba dada bidang Erick yang terekspos sempurna di depan matanya dan hal itu malah membuat bir*hinya semakin terpancing, kini tangannya bergelirya menggerayangi tiap-tiap inci bagian tubuh Erick, tak terkecuali pedang sukma milik Erick yang tak akan pernah luput dari jamahannya.

"Aahh, euummph." Erang Elieza, bahkan dia mendesah di telinga Erick.