webnovel

Walas Gua, ya Suami Gua

—Tamat° Perjodohan antara murid dengan guru memang sudah biasa. Tapi bagaimana kalau muridnya yang memaksa kedua orang tuanya untuk menikahinya dengan laki laki yang menjabat sebagai guru disekolahnya. Kamelia Putri, siswi cantik tapi receh menyukai walasnya sendiri. Sahabatnya yang bernama Aliana Zeline ternyata juga tertarik dengan walas mereka. Hal itu membuat Amel melakukan cara yang cukup bar bar untuk mendapatkan cinta walasnya dengan seutuhnya. Gavin Al-Agam adalah seorang mahasiswa yang memiliki kadar ketampanannya di atas rata rata. Suatu hari dia mengalami suatu masalah dan membuat papanya marah. Gavin pikir, papanya akan memberikan hukuman untuk mencabut semua fasilitas yang selama ini Gavin pakai. Ternyata Gavin salah, Gavin dipaksa papanya untuk mengajar dan menggantikan walas yang akan segera keluar karena usianya yang sudah tidak muda lagi. Seorang mahasiswa nakal seperti Gavin menjadi guru dan wali kelas? Apa jadinya?

ndafrh · Teen
Not enough ratings
134 Chs

--Chapter 25--

"Sebenarnya kamu anak kandung papa Kelvin dan anak kandung mama sayang," jelas Sinta. Amel membulatkan matanya dengan wajah sangat sangat terkejut. Gavin hanya memasang wajah heran dengan terkejutnya, meskipun tidak seterkejut Amel.

"Bagaimana bisa mah? Mah, plis jelasinn?!" Pinta Amel. Sinta menghela nafasnya dengan berat.

—FLASHBACK—

"Oke, setelah anak yang di kandung Sinta lahir, berikan ke aku!" Pinta seorang wanita yang berwajah sembab.

"Tapi, kamu udah punya Daffa! Kenapa masih mau anak aku?" Bantah seorang wanita dengan perut yang membesar, yang tak lain adalah Sinta. Wanita berwajah sembab itu menoleh ke arah Sinta.

"Karena anak itu darah daging suami aku!" Ucap wanita itu dengan tegas.

"Kamu sama mas Kelvin sudah memiliki Daffa!" Bantah Sinta lagi.

"Udah mah!" Ucap Arya. Arya sebenarnya marah karena Sinta—istrinya hamil oleh sahabatnya sendiri, yaitu Kelvin.

"Kalau kamu ga mau berikan bayi itu, aku akan buat perusahaan kamu bangkrut!" Ancam wanita itu.

"KARLY! BENAR BENAR GILA KAMU!" Teriak Sinta. Wanita yang bernama Karly—yang tak lain dan tak bukan adalah ibu angkatnya Amel itu berdiri.

"YANG GILA ITU KAMU! SADAR GA SIH APA YANG UDAH KAMU LAKUIN KE SUAMI AKU??!!!" Teriak Karly karena sakit hati-nya terhadap sang suami.

"Oke! Beri nama dia Kamelia Putri! Akan aku rebut posisi kamu suatu saat nanti!" Ucap Santi dengan lantang.

Santi dahulu adalah mantan pacar Kelvin. Tapi memang bukan jodoh, Kelvin menikah dengan sahabat dekatnya, dan Sinta sendiri menikah dengan teman dekat mantan pacarnya itu yang bernama Arya.

Sinta menikahi Arya, hanya untuk membalas rasa sakit dirinya terhadap perilaku Kelvin yang malah menikahi sahabatnya. Tapi, Sinta terjebak sendiri oleh renacanya. Sinta jatuh cinta pada Arya.

Namun, suatu kejadian malah membuat seorang Amel hadir di bumi. Dimana saat itu Kelvin sedang berantem dengan Karly. Santi bertemu oleh Kelvin yang keadaanya sudah mabuk berat.

Tak disangka, kejadian itu malah terjadi di rumah Kelvin sendiri. Untung rumah itu hanya ada Kelvin, sedangkan Karly dan Daffa sedang pergi berkunjung kerumah orang tuanya.

***

Besoknya, Sinta ingin melahirkan. Arya dengan siaga membantu serta membawa Sinta ke rumah sakit. Saat Sinta masuk ruangan operasi, Arya menghubungi Karly dan Kelvin.

Sinta memang harus melakukan operasi untuk mengeluarkan Amel pada saat itu. Tidak lama kemudian, Karly dan Kelvin datang. Arya dengan tiba tiba menunduk di depan Karly.

"Eh?" Kaget Karly.

"Tolong jangan bawa anak kita," ucap Arya. Karly menunjukan mimik jijik kepada

"Anak kamu? Istri kamu itu ngandung anak suami aku!" Bantah Karly.

"Tapi, tolong Karly, biarkan anak kita, kita yang mengurusnya," mohon Arya. Karly menyunggingkan senyuman remeh ke arah Arya.

"Arya, perusahaan kamu ini dalam kendali perusahaan mas Kelvin. Aku bisa kapan aja hancurin perusahaan kamu!" Ucap Karly dengan pedas.

"Tolong Karly, saya mohon," mohon Arya. Karly tampak tidak peduli dan memilih duduk dengan suaminya—Kelvin. Arya hanya mendesah lelah lalu ikut duduk di depan Karly dan Kelvin dengan wajah menunduk.

Setelah beberapa saat, tedengar suara tangisan bayi yang membuat Kelvin dan Karly saling tatap dan tersenyum lebar. Arya yang mendengar senang sekaligus sedih, meskipun bukan darah dagingnya, tapi Arya sangat menginginkan sosok bayi itu. Arya memang tidak bisa menghasilkan anak, sehingga dia memaafkan Sinta yang saat itu hamil hasil dari Sinta dan Kelvin.

Karly dan Kelvin memiliki seorang putra, sedangkan Arya dan Sinta harus kehilangan seorang bayi mungil yang bernama Kamelia Putri.

—FLASHBACK OFF—

"Begitu sayang ceritanya," ungkap Sinta. Amel tampak sedang memikirkan beberapa pertanyaan pertanyaan yang muncul di kepalanya.

"Jadi mama ngandung aku ketauannya pas deket deket aku lahir?" Tanya Amel. Sinta mengangguk.

"Iya sayang," balas Sinta.

"Kok ibu bisa tau?" Tanya Amel. Yang dimakshud Amel adalah Karly.

"Dia tidak sengaja menemukan tespack mama sayang," balas Sinta.

"Lah? Emang mama ngetesnya dirumah Ayah?" Tanya Amel. Amel memang kalau penasaran akan terus bertanya hingga puas. Makanya Amel cerdas, karena selain penasaran dengan hal hal baru, Amel suka membaca. Amel dengan bertanya tentang perihal ini, seperti dia sedang mencari informasi pengetahuan kepada ahlinya.

"Engga sayang, mama kan ngomong ke ayah kamu, kalau mama ngandung anak dia, yaitu kamu!" Cukup. Amel cukup puas, meskipun Amel masih merasakan ada yang janggal, Amel akan menyelidikinya sendiri, lewat angka angka yang selalu dia temukan.

***

"Sayang," panggil Gavin sambil menyentuh pundak Amel.

"Ha?" Sahut Amel. Gavin menghela nafas lelah. Amel sedang duduk di salah satu kursi yang berada di ruangan perpustakaan mini milik keluarganya.

"Aku cariin juga, eh pas ketemu malah ngelamun, hadehhh," keluh Gavin. Amel hanya bisa menggaruk tengunknya dengan canggung.

"Hehehe."

"Kenapa sih? Kok ngelamun?" Tanya Gavin. Amel menatap Gavin yang sudah duduk di depannya. Amel memegang tangan Amel.

"Aku engga papa kok," ucap Amel. Gavin hanya mengangguk.

"Ini baca apa?" Tanya Gavin. Amel menutup bukunya sambil menahan halaman yang sudah dia baca.

"Ohh, MEMORIES FROM SHIRT? Aku juga udah pernah baca," ucap Gavin setelah melihat judul di buku itu.

"Aku juga kok," balas Amel.

"Lah kamu udah baca, tapi baca lagi?" Tanya Gavin. Amel mengangguk.

"Aku mau liat liat aja, kali aja pas aku ngetik ada typo wahahaha," ucap Amel dengan di akhiri oleh tawa. Gavin membulatkan matanya dan tertawa terbahak bahak.

"Aduh aduh," keluh Gavin. Gavin memegang perutnya karena terlalu banyak tertawa.

"Perut aku sampe sakit!" Ungkap Gavin. Amel hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya heran.

"Lagian, masa kamu lupa sih profesi aku," ucap Amel. Gavin mengangguk anggukan kepalanya dengan wajah lelah.

"Aku ketawa gara gara ke-begoan aku sendiri, bener bener deh," ucap Gavin sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kamu laper ga?" Tanya Amel. Gavin menatap Amel yang sedang memasang wajah kikuk.

"Kamu laper?" Bukannya menjawab, Gavin malah membalikan pertanyaan. Amel tambah menunjukan sikap kikuknya.

"Iya," ucap Amel. Gavin menepuk jidatnya dengan wajah menahan tawa.

"Kenapa ga bilang?" Tanya Gavin. Amel hanya menggelengkan kepalanya dengan mimik tidak percaya.

"Ish kamu aja ketawa mulu," jawab Amel sambil berdiri dari duduknya. Gavin ikut berdiri dan mengikuti Amel yang sudah keluar lebih dulu dari ruangan perpustakaan mini milik keluarga Amel.

"Ahahahaah iya aku lupa!" Ucap Gavin sambil berlari kecil dan merangkul Amel dengan mesra.

***

Sesampainya di dapur, Amel segera duduk dan memakan makanan yang ada di meja. Gavin pun mengikuti Amel, dengan duduk di dedapnnya. Gavin ikut lapar ketika melihat banyaknya makanan di meja makan keluarga Amel.

Saat asik asiknya makan, mata Amel melihat sebuah foto yang di pajang di nakas dekat dapur. Foto itu berisi foto Mamanya dan Papanya semasih muda.

Bukan itu yang membuaf Amel gagal fokus. Tapi angka yang ada di plat mobil di dalam foto orang tuanya. Foto itu di ambil pada saat mama dan papanya pertama kali membeli mobil. Angka itu mirip dengan angka yang ada di remot TV-nya.

"7859," gumam Amel.

***