1 Episode 1 (Perkenalan)

Perkenalkan nama gue Fitri, gue adalah remaja yang sangat sulit untuk jatuh cinta. Saat ini gue duduk dibangku SMA. Gue adalah anak ke-2 dari pasangan Bagas Putra Wijoyo dengan Putri Kusuma Candradika. Gue mempunyai nama asli yaitu bernama Fitri Kusuma Wijoyo, dan gue pun juga mempunyai satu Kakak laki-laki yang bernama Reyhan Putra Candradika. Kami berdua hidup tanpa kasih sayang dari kedua orangtua kami. Karena orangtua kami hanya sibuk mengurusi bisnisnya yang berada di negara Filiphina. Sedangkan kami harus tinggal di Indonesia bersama dengan kakek kami yang bernama Bambang Karto Wonosobo dan nenek kami yang bernama Putri Cendana Wilastari di sebuah rumah besar berlantai 2. Kedua orangtua kami tidak pernah memikirkan kondisi kami maupun kakek dan juga nenek kami. Selama kurang lebih dari 11 tahun, kami hidup hanya dengan kasih sayang yang telah diberikan oleh kakek dan juga nenek kami. Kami berdua sangat menyayangi kakek dan juga nenek, karena kami sudah menganggap kakek dan nenek kami seperti kedua orangtua kami sendiri.

Ketika pada hari minggu tepat pada pukul 10.00, gue pergi ke taman. Gue sangat menyukai taman. Karna menurut gue, taman adalah tempat yang sangat indah bagaikan surga diatas sana. Di saat gue sedang duduk ditaman, tiba-tiba gue melihat lelaki yang sangat tampan dan dia pun juga sedang duduk di taman yang jaraknya cukup jauh dari gue. Lalu gue pun segera menghampiri lelaki tersebut, dan lalu gue pun segera berkenalan dengannya.

"Hai...,boleh gak gue duduk disamping lo? "tanya gue sembari menatap wajah lelaki itu dengan rasa kekaguman gue terhadapnya.

"Iya boleh kok "jawab laki-laki itu.

"Lo sendirian aja? "tanya gue sembari tersenyum.

"Iya "jawab laki-laki itu sembari tersenyum.

Gue merasa penasaran dengan nama lelaki itu. Akhirnya gue pun memutuskan untuk berkenalan dengan lelaki itu, "Kalau boleh tahu nama lo siapa?."

"Nama gua Damsa, kalau nama lo siapa?" tanya Damsa sembari menatap wajah gue, hingga gue pun menjadi merasa salah tingkah.

"Nama gue Fitri "jawab gue sembari tersenyum malu.

"Nama yang bagus " pujian yang diberikan Damsa membuat gue menjadi benar-benar merasa salah tingkah.

Lalu gue pun menanyakan nomor handphone Damsa. Tujuannya agar gue dengan Damsa dapat menjalin hubungan baik dalam pertemanan.

"Btw lo punya nomor wa gak?, biar kita bisa saling chattingan" tanya gue sembari mengeluarkan hp dari saku celana.

"Ada kok, memang kenapa?" Gue merasa sedikit agak kesal, karena Damsa tidak terlalu peka dengan apa yang telah gue ucapkan barusan.

Walaupun gue merasa agak kesal dengan Damsa, tetapi gue tetap berusaha untuk menahan rasa kesabaran gue terhadap dirinya, "Ya gue mau minta nomor whatsapp lo."

"Pasti biar lo bisa deketin gua kan?" Ucapan yang telah dikeluarkan dari mulutnya membuat gue menjadi merasa gelagapan.

Lalu gue pun berusaha untuk menyembunyikan niat gue yang sebenarnya gue memang ingin mencoba mendekati Damsa, "Lo kok jadi cowok kegeeran banget sih!, kalau emang gue gak boleh minta nomor hp lo yaudah gak masalah kok "lalu gue pun segera memasukkan hp gue ke dalam saku celana.

"Yaelah kok lo jadi orang baperan banget sih!, kan gua cuma bercanda "terlihat jelas bahwa Damsa pun juga menahan rasa kekesalannya terhadap gue.

"Lagian candaan lo garing banget sih kaya nasi basi! "Gue pun juga mencoba untuk berusaha tetap bersabar dengan sikapnya Damsa yang super menyebalkan.

"Yaudah sini hp lo "pintanya dengan raut wajah yang masih merasa kesal terhadap gue.

Gue merasa curiga dengan Damsa, lalu gue pun bertanya, "Lo mau maling hp gue ya?."

"Siapa juga yang mau maling hp lo!. Kan tadi lo sendiri yang mau minta nomor hp gua, makanya sini hp lo biar gua masukin nomor hp gua kedalam kontak wa lo "Damsa pun dengan rasa sabar tetap menahan rasa kekesalannya yang ingin membludak dengan sikap gue yang selalu membuatnya merasa kesal.

"Makanya bilang dong dari tahun kemaren! " Akhirnya gue pun mengeluarkan hp dari saku celana, dan kemudian gue berikan hp gue ke tangan Damsa.

"Dasar cewek aneh!, lo aja baru kenalan sama gua! "ketusnya. Lalu Damsa pun segera memasukkan nomor handphonenya ke dalam kontak whatsapp gue.

"Yaudah sih Bang, biasa aja kali jawabnya. Ketus amat kayaknya! "Gue pun langsung segera mengambil hp gue kembali dari tangannya Damsa.

"Lagian lo ngeselin banget. Gua baru kenal sama lo aja udah segini keselnya, apalagi kalau gua udah kenal deket sama lo "Damsa pun menatap wajah gue dengan penuh rasa sinisnya.

"Eh Bang!, walaupun gue ngeselin kaya gini..., tapi gini-gini gue ngangenin tau " Dengan rasa kepercayaan diri gue, akhirnya gue pun berbicara seperti itu.

Dengan rasa sabarnya, Damsa pun tetap menanggapi perkataan gue, "Iya lo emang ngangenin. "

"Noh kan..., lo baru kenal sama gue aja lo udah langsung bilang kalau gue itu orangnya ngangenin "ucap gue sembari menepuk pundaknya Damsa.

"Heh lo gak usah kegeeran! "ketusnya, "Maksud gua lo itu ngangenin tapi dari ujung kulon! "akhirnya Damsa pun bertambah bete dengan kepercayaan diri gue yang melebihi tingkat dewa.

"Apa kata lo aja dah yang penting lo happy!" Gue pun menatap wajahnya Damsa dengan penuh rasa kekesalan.

Karena gue merasa bosan, akhirnya gue pun memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Heh, lo mau kemana! " teriak Damsa sembari menghampiri gue

Akhirnya gue pun memutar balikkan tubuh gue ke arah Damsa, "Ya gue mau pulang kerumahlah!. Lagian gue juga males kali disini, soalnya ada cowo ngeselin!."

"Heh cewek nyebelin!, asal lo tau ya..., lo itu sebenarnya satu-satunya cewek ternyebelin yang pernah gua kenal didunia ini " Damsa mengatakan itu semua ke gue dengan kesinisannya dan rasa kekesalannya.

"Oh ya...,tapi sayangnya gue gak peduli " Gue tahu kalau sebenarnya gue telah membuat Damsa merasa sangat kesal, karena itu gue memilih untuk meninggalkan Damsa ditaman, sebab gue tidak ingin berdebat lagi dengannya.

Karena kekesalannya Damsa terhadap gue, akhirnya Damsa pun merasa sangat menyesal karena Damsa telah mengenal gue. Ketika ditengah perjalanan, gue dan Damsa pun bertemu kembali.

"Lo!" Ucap gue dan Damsa secara bersamaan.

"Eh cewek ngeselin sejagat raya, kok lo ada dihadapan gua lagi sih!. Jangan-jangan lo emang daritadi ngikutin gua ya? "Damsa berbicara ke gue dengan rasa kepercayaan diri yang sangat melebihi tingkat provinsi, hingga akhirnya gue pun tak bisa menahan rasa tawa.

"Hahaha...,apa yang lo bilang barusan? "tanya gue yang masih terus berusaha untuk membuatnya merasa kesal, ya walaupun sebenarnya gue juga sudah merasa kesal dengan Damsa.

"Lo ngikutin gua "Secara spontan gue pun langsung tertawa terbahak-bahak, "Hahaha...,kok lo jadi cowok kepedean banget sih!, emang lo pikir gue gak punya kerjaan lain apa selain harus ngikutin lo!."

Dengan rasa penasarannya, akhirnya Damsa pun bertanya ke gue, "Ya terus kok lo ada disini sih?."

"Heh botol plastik!, asal lo tau ya..., ini kan sebenarnya jalan arah gue buat pulang ke rumah "jawab gue yang sudah merasa kesal dengan Damsa, karna lagi-lagi gue harus bertemu dengan Damsa.

"Ohhh gitu "Damsa pun akhirnya merasa bersalah, karena Damsa sudah menuduh gue yang enggak-enggak.

"Makanya jadi orang tuh jangan asal nuduh!, biar nantinya lo gak ngerasain malu "ucap gue sembari tertawa kecil.

Karna merasa bersalah, akhirnya Damsa pun meminta maaf ke gue ,"Yaudah gua minta maaf ya."

"Yaelah tenang aja kali...,gue udah maafin lo kok. By the way kok lo ada disini sih? "tanya gue yang merasa sangat penasaran.

"Iya karena ini juga jalan arah gua buat pulang kerumah "jawab Damsa sembari memalingkan wajahnya dari hadapan gue.

Akhirnya gue pun mengajak Damsa untuk kembali menuju kerumah bersama dengan gue, "Oh ya?, yaudah gimana kalau kita pulangnya bareng aja?."

"Oke deh gua mau, tapi lo jangan kegeeran ya "ucap Damsa sembari merapikan rambutnya agar terlihat lebih keren dihadapan gue.

"Maksud lo? "tanya gue yang merasa bingung dengan ucapan Damsa yang telah dikeluarkan dari mulutnya.

"Ya kan gua sekarang mau pulang bareng sama lo, tapi bukan berarti karena gua mau pulang bareng sama lo, terus lo bisa deketin gua gitu aja "jawab Damsa yang kepedeannya melebihi tingkat nasional.

"Heh gerobak somay, asal lo tau ya...,lo itu bukan tipe gue. Ya jadi lo gak usah sok ganteng ya didepan gue!" Gue pun terpaksa berbohong, karena gue nggak mau kalau Damsa sampai tahu, kalau sebenarnya Damsa adalah tipe idaman gue.

"Alah...,lo gak usah bohong deh. Asal lo tau ya..., gua ini kan ibarat Pangeran yang diidam-idamkan sama para perempuan diluaran sana "ucapannya Damsa membuat gue menjadi merasa geregetan dengannya.

Karena gue merasa kesal, akhirnya gue pun mengeluarkan perkataan yang membuatnya menjadi merasa lebih kesal, "Apa!, Pangeran?, Pangeran ambyar kali ah. "

"Terserah! "ucap Damsa yang sudah merasa sangat kesal dengan gue.

"Yaudah daripada kita debat, mending sekarang kita langsung pulang aja yuk kerumah" pinta gue yang sudah merasa suntuk.

"Kita?, lo aja kali! "Damsa terus saja meledek gue, hingga akhirnya gue pun menjadi marah karena sikapnya yang sangat menyebalkan.

"Sumpah!, lo benar-benar nyebelin banget. Asal lo tau ya kalau sebenarnya gue nyesel... banget karena gue harus kenal sama lo! "Lalu gue pun memutuskan untuk berlari meninggalkan Damsa, namun tiba-tiba Damsa mengejar gue.

"Fit, tungguin gua! "Teriak Damsa yang terus saja mengejar gue, hingga pada akhirnya tangan Damsa pun menggenggam tangan gue. Tujuannya agar gue tidak meninggalkan Damsa sendirian ditengah jalan.

"Lo ngapain sih ngejar gue?, lo kan tadi bilang sendiri kalau... "ucapan gue pun terpotong, karena Damsa tahu apa yang sebenarnya ingin gue ucapkan terhadap dirinya.

"Fit, gua mau minta maaf. Maafin gua ya kalau daritadi gua udah bikin lo kesel "ucap Damsa sembari menyentuh kedua pundak gue.

"Lagian lo jadi cowok jangan kaya gitu dong!, kan lo harusnya tahu kalau kesabaran manusia ada batasannya "ucap gue sembari memalingkan wajah dari hadapannya Damsa.

Kemudian Damsa pun tetap berusaha untuk meminta maaf ke gue, karena Damsa benar-benar merasa sangat merasa bersalah ,"Iya iya...,gua minta maaf ya. Gua janji deh kalau gua gak akan bikin lo kesal lagi."

Akhirnya gue pun memaafkan Damsa, karna gue merasa tidak tega dengan tatapannya Damsa yang benar-benar merasa sangat bersalah dengan sikap yang telah Damsa lakukan terhadap gue , "Iya gue maafin lo kok, tapi awas aja ya kalau lo sampai bikin gue kesel lagi. Karena gue gak akan maafin lo untuk kedua kalinya."

"Iya iya gua janji... ,yaudah sekarang kita pulang ke rumah yuk, lagian udah sore juga nih "ajak Damsa sembari menggenggam tangan kanan gue. Gue pun merasa sangat terkejut dengan apa yang dilakukannya, lalu gue pun mencoba untuk melepas genggamannya dari tangan gue. Namun, dengan eratnya Damsa menggenggam tangan gue, akhirnya gue pun tidak bisa melepas genggamannya dari tangan gue.

Kemudian akhirnya gue dan Damsa pun bergandengan tangan hingga tiba didepan pintu gerbang rumah gue. Ketika gue dan Damsa telah tiba didepan pintu gerbang rumah gue, akhirnya gue pun meminta Damsa untuk segera berhenti, "Damsa, berhenti."

"Loh kenapa lo minta berhenti? "tanya Damsa dengan raut wajah yang merasa bingung.

"Kita udah sampai didepan rumah gue "jawab gue.

"Oh, jadi rumah lo disini? "tanya Damsa sembari menunjuk rumah gue.

"Iya "jawab gue.

"Emmmm gitu. Sebenarnya sih rumah lo sama rumah gua gak terlalu jauh Fit "ucap Damsa sembari menatap wajah gue.

"Oh ya?, berarti kapan-kapan kita bisa main bareng dong "ucap gue yang tiba-tiba menjadi merasa senang.

"Iya...,gua boleh kan kapan-kapan main ke rumah lo?" tanya Damsa dengan penuh harapan.

"Iya boleh kok "jawab gue dengan senang hati.

"Yaudah sekarang lo masuk ke rumah dulu, terus mandi biar gak bau "Lagi-lagi Damsa terus saja meledek gue.

"Iya iya "ucap gue sembari tertawa kecil.

"Yaudah gua pulang dulu ya Fit "ucap Damsa sembari melepas tangan gue.

"Yaudah hati-hati ya "ucap gue sembari tersenyum.

"Iya " kemudian Damsa pun segera melanjutkan perjalanannya untuk kembali kerumah.

Sebelum gue masuk ke dalam rumah, gue pun mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok Tok Tok (bunyi ketukan pintu)

"Iya tunggu sebentar "ucap Kakak gue dari dalam rumah.

"Assalamualaikum Kak "ucap gue sembari mencium tangan Kak Reyhan.

"Waalaikumsalam Fit, kok kamu jam segini baru pulang kerumah sih?" tanya Kak Reyhan yang merasa cemas terhadap gue.

"Emm... gapapa kok Kak "jawab gue dengan singkat.

Lalu Kak Reyhan pun segera menasihati gue yang kurang disiplin dengan waktu ,"Lain kali kalau kamu pergi kemana-mana lihat waktu ya Fit."

"Iya Kak Reyhan, maafin Fitri ya karena Fitri nggak disiplin sama waktu "Gue pun merasa bersalah dengan perilaku gue yang kurang disiplin dengan waktu.

Setelah itu Kak Reyhan pun akhirnya memaafkan gue, dan lalu Kak Reyhan menyuruh gue untuk bersegera mandi, "Iya Kak Reyhan maafin kok, yaudah kamu mandi dulu sana soalnya badan kamu bau."

"Hmmm...,oh iya nenek sama kakek ada dimana Kak?, kok nggak kelihatan sih daritadi? "tanya gue sembari melihat ke sekeliling rumah.

"Kakek sama nenek lagi ada dihalaman belakang Fit "jawab Kak Reyhan.

"Oh yaudah deh, Fitri mau mandi dulu ya Kak "ucap gue sembari berjalan kearah kamar mandi.

"Iya "saut Kak Reyhan dari arah ruang keluarga.

avataravatar
Next chapter