17 Suara

Waktu ibarat sebuah roda dimana akan terus melaju dan bisa terhenti mengikuti sang pemacu. Putaran itu akan terus ada tergantung sang pemain.

Sebuah gembok yang mengunci salah satu ruangan di istana terlihat patah. Para prajurit penjaga gerbang istana tampak tertidur pulas. Mereka terlihat nyenyak dalam tidurnya seakan menghiraukan tugas mereka sebagai penjaga gerbang istana. Dan Istana saat ini terlihat gaduh.

"KURANG AJAR. KALIAN CEPAT BANGUN!" Bentak Panglima Hito. Ia geram melihat para penjaga gerbang enak-enakan tidur.

Namun teriakan sang panglima belum mampu membangunkan mereka. Dibantu beberapa prajurit, mereka mengguncang-guncang tubuh para penjaga gerbang agar segera bangun.

"Bangunkan mereka! prajurit lain, kalian pergilah cari sampai ketemu! Ini perintah ibu suri."

"Ya Panglima." jawab para prajurit serempak.

Di lain sisi.

Terdapat gubuk yang hampir hancur. Sekelompok pria dewasa tergeletak tak berdaya menahan sakit.

Kegaduhan ini terjadi semenjak.....

( Kemarin sore. )

"CEPAT SEMUA MINGGIR !"

Pasukan berkuda terlihat terburu-buru memasuki gerbang istana. Dengan sigap, panglima beserta prajurit menggotong Raja Reijin yang sekarat akibat anak panah menghujam bahu kanan sang Raja. Dengan segera mereka memanggil tabib istana untuk mengobati Raja Reijin. Kepanikan bertambah saat diketahui bahwa panah yang menghujam Raja Reijin adalah panah beracun. Tubuh sang Raja melemah, wajahnya memucat, tak ada pergerakan sedikitpun dari sang Raja.

Seisi istana panik. Berita terkaparnya Raja Reijin telah sampai ke telinga ibu suri. Melihat anaknya kritis, durai air mata membanjiri manik kelam sang ibu.

"Tabib, kau harus menyelamatkan anak ku. Jika tidak, bersiaplah mendapat hukuman." Perintah ibu suri dengan pikiran kalut.

"I.... Ini adalah jenis racun yang cukup mematikan, tapi hamba akan berusaha menyembuhkan Yang Mulia." Jawab tabib dengan nada gelisah sembari menundukkan kepala.

"Cepat cari cara agar anakku bisa selamat!" Isak air mata terus keluar membanjiri pipi ibu suri.

"Baik Yang Mulia ibu suri." Sang tabib bergegas  membuat ramuan untuk memulihkan Raja Reijin.

"Sabarlah Yang Mulia ibu suri, aku yakin Raja Reijin tak selemah ini. Ia pasti akan sadar kembali." Ujar selir Gun berusaha menenangkan ibu suri.

"Hmmm... Perempuan dari masa depan itu mungkin bisa tahu obat penyembuh Raja Reijin. Bukankah dia pernah bilang kalau Raja akan panjang umur? Jika semua perkataannya bohong, maka-"

"Maka aku akan membunuhnya." Sahut ibu suri.  Ia mengepalkan tangan penuh amarah, "Reijin sangat hebat, ia tak pernah kalah sebelumnya. Ini terjadi sejak kedatangan wanita itu. Dia benar-benar pembawa sial."

Selir Gun memyeringai puas. Ia memang sengaja memancing ibu suri dengan mengkambing hitamkan Ursulla agar gadis itu menjauh dari kehidupan Raja selamanya.

*****

Keringat dingin bercucuran, tangannya gemetar, tubuhnya lemas. Ursulla yang mendengar kabar kondisi Raja tampak resah. Ia berjalan mondar-mandir tak karuan di kamarnya. Pikirannya kalut, dia mengingat perkataan ibu suri bahwa jika kedatangannya membawa bahaya bagi kerajaan maka ia pasti akan dihabisi.

"Ohh tidak, bagaimana ini? Ya Tuhan semoga Raja bisa selamat." Ursulla terus berdoa. Ia meremas kedua tangan cemas. Berbagai pikiran berkelamut di otaknya.

"Bagaimana jika Raja tidak selamat? Bagaimana jika~." Jantung Ursulla sejenak berhenti berdetak memikirkan kemungkinan yang akan terjadi dengannya. Ia juga mengingat mimpinya beberapa malam sebelum kejadian.

"Sebelum digantung, sebaiknya aku segera meninggalkan istana."

Belum sampai niatnya terlaksana_ sekelompok prajurit menuju kamar Ursulla dan segera menggelandangnya menemui ibu suri.

Di dalam kediaman pribadi Raja Reijin, di mana saat ini ia terkapar. Bibirnya mulai membiru, suhu badannya amat sangat dingin. Ibu suri duduk disamping ranjang dengan perasaan cemas serta diliputi amarah menatap tajam wanita yang membungkuk di depannya.

"Ursulla, kau bilang Raja Reijin akan panjang umur, hidup dengan baik. Tapi lihatlah! sejak kedatangan mu anak ku celaka. Sebelumnya anakku tak pernah mengalami hal seperti ini. Entah kau ini apa, yang jelas kau membawa nasib buruk di sini. Sekarang, jika memang semua kata-kata mu benar. Apa yang harus dilakukan agar Reijin sadar?" Suara keras ibu suri yang terlihat kalut menyentaknya.

Ursulla hanya bisa menunduk gemetar, air matanya tak bisa di bendung lagi mendapat semua intimidasi. Takut, iya dia sangat ketakutan. Bibirnya mengatup, ia tak tahu harus menjawab apa karena sejujurnya memang ia tak tahu.

"Hey jangan hanya diam! Bukankah kau dari masa depan? tentunya kau tahu segalanya. Atau jangan-jangan selama ini kau hanya membual?"

Ditambah perkataan yang dilontarkan selir Gun itu menambah gejolak batin Ursulla saat ini. Hatinya benar-benar gundah. Perlahan ia menyapu air matanya dan mendongak memberanikan diri.

"Saya memang dari masa depan, tapi tak semua masa lalu bisa saya ingat." Ursulla kembali tertunduk, "Sejujurnya saya tak tahu cara menyembuhkan Raja Reijin, saya harap Raja segera pulih." Aku Ursulla. Dia sudah pasrah.

"APA?" mendengar pengakuan Ursulla, ibu suri tampak geram. "Cepat seret perempuan ini ke ruang tahanan! Jika sampai besok Reijin ku tak sadar_ maka kau akan menerima akibatnya!" Titah ibu suri.

Tubuh Ursulla menegang. Para prajurit langsung menyeretnya ke sebuah ruangan. Dia hanya bisa meronta tak habis pikir akan semua ini. Mereka memasukkannya di sebuah ruangan gelap di sudut istana lalu mengunci rapat pintu tersebut dengan gembok. Tak peduli ronta'an Ursulla, para prajurit kemudian melangkah pergi.

"Tolong buka pintunya, lepaskan aku!" Ursulla terus berteriak sembari mendobrak - dobrak pintu tersebut. Namun apalah daya, tangan mungilnya tak mampu membuat pintu terbuka. Sampai ia mencoba berteriak untuk kesekian kalinya.

"Aku tak bersalah, tolong buka pintunya! Bukaaaaaaaaaa!" teriak Ursulla.

Greeekkk

( Suara benda patah )

Ursulla terkesiap menyadari tiba-tiba gembok yang mengunci itu patah. Pintu pun bisa dibuka. Dengan hati-hati Ursulla keluar. Di tengoknya kanan - kiri tampak kosong tak ada pranjurit yang menjaga. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan,  Ursulla pun langsung kabur.

Istana sangat luas, ia berjalan mengendap-endap kemudian sampailah ke gerbang istana. Terlihat ada sekitar 8 penjaga di sana. Mereka terlihat berbincang - bincang santai sementara 2 lainnya berdiri sigap di depan pintu. Ursulla harus mencari akal agar melewati para penjaga itu. Dengan ragu, ia terus mengendap-endap.  ia akan memanjat melewati tembok istana.

"Hei nona bersuara indah."

Belum sempat memanjat, suara tersebut langsung menghentikannya. Ursulla menoleh, dengan ragu melangkah menuju para penjaga dan menampakkan senyum manisnya.

"Ahh benar kau nona yang menyanyi saat festival Hanyang kan? Suara nona benar-benar indah." puji salah satu prajurit, diikuti dengan penjaga lainnya.

Tanpa merasa curiga, mereka meminta Ursulla untuk bernyanyi. Rupanya para penjaga belum tahu mengenai Ursulla yang tengah ditahan. Tanpa pikir panjang, Urulla langsung menuruti permintaan para penjaga tersebut berharap segera keluar dari sini.

Sebuah nyanyian menenangkan yang keluar dari suara indahnya tanpa sadar membuat mereka terlena. Lalu lama kelamaan mata mereka terpejam. mwereka pun tertidur. Akhirnya dengan mudah, Ursulla bisa keluar istana Cheon.

*****

Ursulla terus berlari menjauh dari istana. Meski tak tahu arah, ia terus melaju. Melewati pemukiman-pemukiman penduduk, entah akan kemana? yang jelas saat ini ia harus pergi sejauh mungkin dari istana sampai tak bisa ditemukan. Dalam hatinya, ia sungguh berharap Raja Reijin selamat.

Badannya sudah letih, nafasnya terengah - engah. Tanpa sadar, ia sudah berada jauh dari pemukiman. Dilihatnya sebuah gubug kecil nan sepi, ia mencoba mencari tempat istirahat. Namun sebelum melangkah, didapatinya segerombolan laki-laki  menghadangnya.

"Hai nona manis, kenapa malam- malam sendirian? Apa kau tersesat? Kami bisa membantu mu."

"Gadis muda ini sungguh cantik. Ku rasa sangat enak untuk dicicipi." imbuh pria lainnya dengan tatapan mesum.

"Menjauhlah kalian!" Ursulla beringsut mundur merasakan marabahaya mengancam. Apalagi ia mencium bau semacam alkohol di mulut mereka.

Gerombolan pria tersebut tak bergeming, mereka tetap melangkah mendekati Ursulla.

"Kami tak akan pernah melewatkan kesempatan ini. Kau tak akan bisa pergi ke mana-mana lagi. Hahahaha." Tawa setan para pria tersebut menggema. Jelas sekali akan apa yang hendak mereka lakukan kepada wanita seperti Ursulla.

Wanita yang sendirian di tempat sepi. Malam hari pula.

"Menurutlah manis! kami hanya ingin bersenang-senang. Hahahaha." Lagi-lagi tawa kembali menceruak.

Ursulla merinding. Ia terus mundur. Ketika hendak lari_ namun naas dua pria menarik lengannya membuat Ursulla tersungkur.

Tangan-tangan itu mulai mengerayangi tubuhnya.

"Jangan sentuh aku! Pergi kalian brengsek! pergi kalian!" Ursulla terus meronta. Dia berteriak minta tolong namun sayang, daerah ini begitu sepi nyaris tak terdengar makhluk hidup selain dirinya dan para bajingan itu.

Ursulla gemetar, ia nyaris menangis saat mereka mencoba merobek pakaiannya. Dua pria memegang tangannya naik ke atas.

Ursulla kalud. Ia pun berteriak sekencang mungkin.

"BAJINGAN, LEPASKAN AKU!"

ARRRGGGGHHH!!!!!!!

Tiba-tiba sebuah angin dasyat menerjang. Teriakan Ursulla seketika menghantam tubuh para pria tersebut. Mereka terpental,  gubug kecil itu langsung roboh, pohon-pohon yang ada di sana tumbang seketika.

Bruukk, bruukkk.

Getaran suara Ursulla seakan puting beliung mampu menghancurkan semua. Gerombolan pria tersebut langsung terkapar seperti terhantam benda keras. Mereka pun meronta kesakitan. Ada yang mati seketika.

Esok paginya di istana Cheon,  gembok yang mengunci Ursulla telah rusak, diketahui bahwa gadis itu telah kabur. Ibu suri segera memerintahkan mencari Ursulla. Penjaga gerbang istana sudah bangun, mereka menceritakan apa yang terjadi semalam dan dijatuhi hukuman atas kelalaian mereka. Para prajurit istana dikerahkan mencari keberadaan Ursulla.

****

Sepasang mata perlahan terbuka, ia terperanjat kaget tatkala menjumpai seorang pemuda dengan setelan jas hitam ala CEO-CEO tampan di dalam novel tersenyum memandangnya.

"Si.... siapa kau? Apakah aku sudah kembali ke asal ku?" tanya Ursulla gembira ketika melihat pria  berpakaian modern berdiri di depannya.

Pria itu tersenyum tipis kemudian melangkah mendekat.

"Aku Ara Wato, saat ini kau berada dalam gua."

avataravatar
Next chapter