webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

sebelum kejadian itu... 3

pukul 18.30

mobil itu sampai diarea parkir hotel tujuan mereka.

Liana dan Rian berjalan memasuki area lobi hotel. Rian mengeluarkan ponselnya dan menelpon Dea.

"dimana???" tanya nya setelah telpon itu diangkat dengan cepat.

"kami dikamar,sedang mengecek kamar yang kita pesan. kalian dimana?" tanya Dea dari ujung telepon

"kami sudah sampai, sekarang lagi dilobi"

"ajak Liana naik dulu,kami tunggu disini"

"ok,kami naik sekarang" telpon lalu ditutup.

Rian segera menggenggam tangan Liana,menariknya ringan membawanya memasuki lift.

merasakan pandangan Liana pada pundaknya Rian memberi penjelasan

"kita naik dulu. Dea dan Tiara ada dikamar sekarang." Rian berkata tanpa menoleh.

Rian memencet tombol pada lift menuju lantai 5. ia masih menggenggam tangan Liana. ia menariknya agar lebih dekat dengan ny. Liana tampak membiarkan hal itu. ia cukup senang karna hal itu meredakan sedikit rasa gugupnya. tanpa dipungkiri ia cukup tertekan malam ini,karna harus mengunjungi tempat yang tidak biasa bagi nya. tangan hangat Rian terasa nyaman untuknya. ia merasa ada yang melindungi. baginya ini genggaman seorang Kaka pada adiknya. tapi bagi Rian ini respon yang menandakan lampu hijau untuk nya makin mendekati Liana. mereka berbeda pemikiran.

"mereka seperti nya sedang Menganti baju dan berdandan saat ini" ucap Rian kembali menjelaskan situasi Dea dan Tiara.

"karna jika dilihat dari kondisi mereka datang lebih dulu dari kita berarti mereka berangkat tadi beberapa saat setelah selesai menemani mu belanja. jadi kemungkinan besar mereka berangkat dengan masih mengenakan pakaian kantor" tebak Rian

Liana hanya mendengarkan.

Liana mengetok pintu kamar 107. muncul Dea dari balik pintu yang langsung menyergap tangan Liana membawa nya masuk. ternyata benar saja perkiraan Rian. mereka sedang berdandan. diatas kasur pakaian kantor mereka berserakan.

Rian yang melihat pemandangan itu menggelengkan kepala. ia menyisihkan beberapa pakaian agar bisa duduk diatas kasur.

"kalian ini,benar benar..." ucapnya sambil memandang Dea dan Tiara.

mereka berdua hanya terkekeh melihat ekspresi Rian.

"seandainya aku Dino atau Aldi aku tidak kan mau dengan kalian." ucapnya menyindir

"siapa juga yang mau sama elo" timpal tiara

Rian terkekeh mendengar jawaban Tiara. ia memandang Liana yang tersenyum melihat adegan orang orang dewasa dihadapannya. Rian mulai tolah toleh memperhatikan sekitar. ia berdiri dari kasur menuju WC. membuka nya dan mengeluarkan ekspresi bertanya tanya. ia tidak mendapati apa yang ia cari disana,bahkan diruangan ini pun tidak.

"siapa yang elo cari" tanya Tiara

"pasangan kalian lah,kalian umpetin dimana mereka? dilemari ya? " jawab Rian sambil berjalan menuju lemari

"ngapain juga kita sembunyikan,mereka memang nya ikut kita kesini."

"aaah...bohong. pasti kalian bawa mereka masuk. kalian pasti malu kekita kalo dapetin kalian doubel date disini. siapa tau aja kalian sudah main satu ronde sebelum kami datang" jawab Rian sambil menarik pintu lemari

"gila Lo ya...,pikiran loliar banget." sahut Dea sambil memoles lipstik dibibirnya

"eeh... beneran nga ada ternyata." Rian menutup kembali pintu lemari

"dasar otak mesum" timpali Tiara

"mana mungkin kita umpatin mereka kedalam lemari. mana muat Rian. dua orang yang super seksi itu didalm lemari." lanjut Tiara sambil melirik Dea meminta persetujuan.

"ia benar. kalo pun mereka tadi ikut kesini saat kalian datang ngapain juga kita sembunyikan mending langsung dikenalin lah. sahut Dea

"lalu dimana mereka sekarang?"

"mereka sudah dibawah,nunggu kita. mereka cariin tempat buat kita" sahut Dea

"ooohhh... yuuu kalo gitu kita susul. Jangan buang waktu lagi" Rian menyambar tangan Liana. menariknya keluar kamar tanpa menunggu jawaban umpunya.

"kalian sudah selesai kan dandan nya?" tanya Rian sebelum melangkah keluar.

Dea dan Tiara segera menyusul.

pukul 19.5

mereka berempat memasuki ruangan penuh dengan muda mudi. suara musik yang nyaring dengan denguman keras menyeruak saat mereka masuk. terlihat orang orang didalam nya begitu menikmati suasana. menyadari kehadiran mereka sebuah tangan melambai dari balik salah satu meja. tangan itu milik seorang laki-laki dengan wajah bule. Tiara segera membalas lambaian nya. sepertinya itu orang yang ia kenal. mereka berjalan masuk dan mendekati kedua laki laki itu. Tiara memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri nya.

"sayang,nunggu lama ya?" tanya nya

"nga lah,wajar ko kalo kamu perlu waktu buat dandan" tatapan kedua nya begitu mesra.

"ehem" Rian sengaja berdehem untuk menampakkan bahwa dia ada disana. benar saja kedua bucin itu menoleh memandang nya yang berdiri menunggu disapa.

"ooohhh hai bro," sapa Dino pada Rian sambil mengarahkan tanggan padanya.

Rian segera menyambut tangan nya sambil tersenyum.

"kenalin ini Justin," tunjuk Dino kearah teman disampingnya. "sahabat gue"

"hai justin,gue Rian" Rian menyalaminya. Rian menoleh ke Dea yang nampak berseri seri melihat Justin.

Liana hanya terpaku tanpa tau harus berbuat apa. Tiara lalu menarik tangan nya. membawa dia mendekat. "sayang ini Liana,teman kantor ku yang berulang tahun"

"ooohhh... hai Liana." Dino mengarahkan tangan hendak menyalaminya. "happy birthday" ucapnya saat Liana menyambut tangan nya. Liana tersenyum tanda terima kasih.

"happy birthday Liana" Justin ikut menyalami nya.

"oke,kita akan merayakan malam ini dengan meriah" ucap Rian. ia lalu melambaikan tangan dan memesan nama nama minuman yang tidak dipahami Liana. ia hanya tercengang saat minuman keras itu datang dengan dibarengi beberapa cemilan.

"bersulang untuk Liana Anggraini" Tiara meangkat gelas nya yang sudah terisi.

Liana tampak ragu meangkat gelas nya. Dea menyenggolnya,memberi kode ' ayo ambil '

"cheers..." jawab mereka serentak sambil mendentingkan gelas gelas kaca ditangan mereka. dengan sekali teguk semua habis. kecuali Liana yang nampak masih berpikir.

"kenapa ? " tanya Rian. "ragu?"

Liana meangguk.

"coba saja,rasa nya tidak terlalu buruk" kata Dea

"apakah Liana belum pernah minum sebelumnya?" tanya Dino

"ia,ini pertama kali untuknya" sahut Tiara

"ini juga pertama kali ia masuk ketempat remang remang seperti ini" tambah Dea dengan nada melucu

"pantas saja,ia nampak tidak nyamn sedari tadi" lanjut dino.

"tidak apa,coba saja. jika kamu mabuk dengan segelas minuman ada kami disini yang akan menjaga mu dan mengantar mu kekamar" Rian meyakinkan

Liana masih ragu. tapi ia tetap meangarahkan minuman itu pada mulut nya. saat minuman itu menyentuh lidah nya terasa pahit,aneh,tidak enak.

mereka tertawa melihat ekspresi Liana.

"nanti juga akan terasa lebih baik" ujar Dea "apalagi saat kau banyak masalah atau putus cinta ini akan terasa manis" sambung nya sambil menuang minuman pada gelas nya dan menghabiskan isinya dalam sekali teguk.

"ayo habiskan,habiskan,habiskan" Tiara sambil memukul meja memberi semangat Liana. yang lain ikut bersorak.

Liana meneguk isi gelas itu dengan susah payah. gelas kembali terisi. satu dua tiga kali sudah ia menghabiskan isinya. ia tersender pada bangku. merasakan kepalanya berputar dan perutnya mual. ia memejamkan mata. sedangkan yang lain turun kearea dansa. menari dan berpesta menikmati permainan DJ.

pukul 22.00

Rian mendekati Liana yang sedang tertunduk memegangi kepalanya. ia sudah empat kali pulang pergi kearah kamar kecil. memuntahkan isi perutnya. Rian membawa jus pada tangan kanan nya. dan tangan kirinya membawa kotak tisu. menyodorkan nya kearah Lian. Liana memandangnya dengan ekspresi terimakasih. ia mengambil jus itu. menggenggam nya.

"ini rasa nya manis,tidak pahit dan tidak membuat mu pusing. mungkin ini akan membuat mu merasa lebih baik" ucap Rian sambil duduk disamping Liana.

"ayo minum. habiskan" ujarnya

Liana meneguknya tanpa sisa. Rian tersenyum misterius kearahnya. ia begitu puas melihat jus itu masuk tanpa sisa kemulut Liana. ia menyandarkan pundaknya kebangku.

"sekarang kita tunggu reaksinya" ia berbica sendiri dan pelan.

tidak berapa lama Liana merasakan sesuatu pada dirinya. hangat menjalar pada tubuhnya berubah menjadi rasa panas,tidak nyaman.

Tiara datang menghampiri Liana,ia tidak bisa membiarkan nya berdua saja dengan Rian. dia melihat tatapan jahat pada mata Rian saat memandang Liana.

"kenapa ? " tanya Tiara

"tidak,hanya lelah" jawab Liana (dgn isyarat)

"mau istirahat kekamar?" tanya nya.

Dea ikut mendekat,melihat Liana yang nampak makin tidak nyaman diruang itu.

"tidak apa, lanjutkan saja kalian bersenang senang" (dgn isyarat)

"jika lelah lebih baik kami antar kekamar. setelah itu kami bisa balik kesini lagi. gimana? tanya Dea

"tidak,takut merepotkan" (dgn isyarat)

"biar aku aja yang antar" Rian memberi gagasan " kalian lanjutkan aja" tambahnya.

Tiara menatap mata Rian,ia melihat ada gelagat tidak baik.

"tidak,kami saja" jawab nya sambil menarik tangan Liana tanpa menunggu jawaban ia darinya. Tiara hanya berpikir harus menjauhkan Liana dari Rian secepatnya.

Liana tampak meikuti tanpa membantah. karna ia juga berpikir ada yang aneh dengan dirinya. ia merasakan makin tidak nyaman pada tubuhnya. panas yang aneh mulai menguasainya. tenggorokan nya terasa kering. Dea ikut mengantar.

Rian hanya terpaku melihat kepergian tiga wanita itu.

"tak apa, 10 menit lagi aku akan menyusul" seringainya nampak menakutkan.

sesampainya didepan lift Liana melepaskan genggaman tangan Tiara.

"aku bisa sendiri"

"tidak,kami akan antar." Tiara tetap bersikeras

"pergilah,aku bisa sendiri"

"kamu ingat no kamarnya kan?" tanya dea

Liana meangguk.

mereka pun membiarkan nya naik lift sendiri.

Liana terhuyung huyung keluar dari lift,berjalan menuju kamar nya. pandagan nya mulai buram. untung kamar itu tidak sulit dibuka. ia mendorongnya pelan,dan masuk. pintu ditutupnya dan terkunci.