webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 33 : Mencoba Membuka Hati

BAB 33 : Mencoba Membuka Hati

Hari berganti,berlalu dengan indah. Dengan semangat baru liana melangkah keluar hari ini. dia bertekad akan baik-baik saja, dengan berani dia mulai aktifitas seperti biasanya. Dia mulai masuk kerja kembali hari ini,setelah 2 hari ijin sungguh suasana kantor yang sibuk dan penuh tekanan terasa dirindukan.

wajahnya terlihat segar hari ini. ceria dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Bagaimana tidak, sehari semalam dia bersama marcello kemarin. Walaupun marcello sempat pergi bekerja siang itu tapi sebelum sore dia sudah kembali menjemput liana. Mereka menghabiskan waktu bersama, berkunjung kerumah utama mengunjungi marsha dan juga nyonya besar pada sore hari. Lalu pergi nonton dan juga dinner romantis.

. . .

waktu makan siang hampir tiba, dan liana sudah menyeselaikan pekerjaan nya. dia Nampak ragu sambil memegang ponselnya yang belum di hidupkan. Dia sudah membiarkannya seperti itu selama 3 hari ini. dia Nampak berpikir sejenak,lalu memantapkan hati menghidupkan nya kembali.

banyak pesan yang masuk, liana mulai membuka dan membacanya satu persatu. Tapi satu nomor tanpa nama tidak berani disentuhnya. Dia membiarkannya,memutuskan membiarkannya,sampai hati nya cukup kuat dan berani pikirnya.

"makan yu" ajak tiara pada liana

liana meangguk setuju

"makan apa kita hari ini?" tanya dea

"kayanya bakalan enak kalo nasi padang deh" tiara menjawab sambil membayangkan.

"katanya mau diet" dea meingatkan

"hari ini nga jadi, besok aja" tiara terkekeh

"dasar" dea menimpali

mereka bercakap ria sepanjang jalan keluar kantor debarengi dengan tawa riang. Langkah liana tiba-tiba terhenti, melihat seorang wanita paruh baya berdiri diluar dengan binggung sepertinya sedang mencari seseorang,dia melihat satu persatu orang-orang yang keluar dari arah kantor.

"kenapa?" tiara bertanya kearah liana. Dia menyadari liana tertinggal beberapa langkah dibelakang mereka

liana masih terpaku,arah matanya masih kearah wanita diluar sana

"oh …, itukan ibu-ibu yang kemaren" dea berujar saat melihat apa yang liana lihat

"ibu itu datang lagi ya" tiara ikut berujar

liana merasa heran dengan yang mereka katakana, berarti ini bukan kali pertama mama nya datang kesini. Pikirnya.

merasakan pertanyaan dari pandangan liana tiara mendekatinya

"aku rasa sudah 3 hari berturut ini dia selalu datang saat waktu istirahat makan siang,dia akan berdiri disana sampai semua orang kembali kekantor. Sepertinya dia mencari seseorang. tapi saat ditanya mencari siapa,dia hanya mengeleng tidak mau memberi tahu. Padahal banyak yang ingin membantu." Tiara menjelaskan sambil mengandeng tangannya " kamu kenal?" tiara bertanya

liana meangguk berat, ada perasaan bersalah pada hatinya.

"kenal? Siapa liana?" dea dertanya dengan antusias

liana menunduk, ragu akan menjawab.

"nga papa kalo nga mau cerita, tapi jika ada masalah bukan kah seharusnya diselesaikan dengan baik. jika didiamkan hanya akan membuat luka dikedua pihak." Tiara menasehati, dia sempat merasa familiar dengan wajah wanita paruh baya itu,sekarang dia sadar bahwa wanita itu mirip dengan liana. Dia membenarkan tebakannya bahwa wanita disana adalah ibu liana.

liana memandang tiara dengan sendu

"jangan terus lari, nga ada gunanya. Hanya akan memperburuk keadaan" tiara menyadari keraguan liana

liana meangguk,

"semangat" tiara mengepalkan tangan nya,menyemangati liana

liana mengepalkan tangan nya pula menyemangati diri sendiri

"ya udah kalo gitu kita makan berdua aja ya," tiara mengandeng dea, membawanya pergi "dah" tiara melambai.

"ada apa sih ini?" dea merasa binggung

" aku rasa itu mama liana, jadi kita biarkan mereka berdua" tiara menjelaskan singkat, sambil terus menarik tangan dea pergi.

. . .

liana menarik nafas panjang, memantapkan hati melangkah keluar mendekati wanita diluar sana. marcello yang baru keluar dari lift,dia melihat punggung liana berniat akan menyapa. Tapi diurungkan nya,saat melihat ibu nara diluar sana. dia memutuskan melihat dari kejauhan, menghentikan langkahnya,memperhatikan langkah liana.

ibu nara terpaku, wajah yang sungguh ingin dipandang nya kini ada dihadapannya. Datang menghampirinya. Segaris senyum menghiasai wajah nya, dia sungguh bahagia bisa melihat liana hari ini. karena besok pagi dia akan pulang kembali keluar negri.

"mau makan siang bersama?" isyarat tangan. Liana menawarkan dengan canggung

ibu nara hanya meangguk senang, lalu mengikuti langkah liana.

marcello mengirim pesan pada liana. Tanpa pakai lama liana membacanya,

'mau ditemani?' isi pesan macello.

liana menoleh kebelakang melihat sosok marcello yang berdiri disana. diketiknya balasan sambil terus berjalan.

'tidak, aku yakin bisa menghadapinya sendiri. aku ingin menyeslesaikan nya kali ini'

'baiklah, jika ada apa-apa hubungi segera. Aku akan segera menjemput'

'ok. Do'akan ya'

'tentu'

. . .

mereka kembali kerestoran tempat mereka bertemu kemaren selasa. Liana memesan makanan yang sama, dia sungguh menyesal tidak menikmati makanan itu kemaren. Kali ini dia memutuskan akan memakannya sampai habis dengan suasana yang sama. Dia tidak ingin menyesalinya lagi.

mereka makan dalam diam, setelah selesai. Liana menarik nafas dalam, sebelum memulai percakapan.

"mama besok pulang" ibu nara yang duluan memulai

"kapan? Pagi atau siang?" isyarat tangan. Liana bertanya

"pagi"

"boleh liana antar?" isyarat tangan. Liana Nampak ragu

ibu nara setengah kaget, lalu dengan penuh semangat menjawab "tentu kenapa tidak"

"terimakasih" isyarat tangan.

liana memutuskan untuk tidak membuang kesempatannya kali ini. sama seperti makanan yang terlewat kali ini dia juga akan menikmati waktu pertemun ini agar tidak ada celah bagi penyesalan yang begitu menyiksa. Dia menekan segala keegoisan dan menyisihkan segala emosi buruk. Berusaha melihat dan menerima kebaikan yang ada.

"mama,yang seharusnya berterima kasih" dengan penuh kasih ibu nara memandang liana.

"maaf karena berkata kasar kemarin" isyarat tangan. Liana menunduk menyesal

"kali ini pun seharusnya mama yang meminta maaf, mama tahu semua ini berat untuk liana" ibu nara berkata lirih "selama ini mama meninggalkan liana sendiri,dengan begitu egois nya memutuskan pergi tanpa memikirkan liana. Mama hidup dengan bahagia sendiri,membangun keluarga baru tanpa liana. Padahal disini liana hanya punya mama sebagai keluarga. Bukan kah mama sudah berdosa amat besar pada liana?" ibu nara mengusap air mata yang tidak terasa mengalir.

"maafkan mama sayang, mama sungguh menyesal, mama sungguh menyesal sayang" tangisnya pecah, dalam benaknya terlintas wajah liana kecil yang mengengam tangan nya memohon pada nya agar tidak pergi.

dengan ragu liana menyentuh pipi ibu nara, mengusap air matanya lembut

"tidak apa, liana baik-baik saja selama ini. liana dikelilingi oleh orang-orang yang memberi kasih sayang tanpa pamrih selama ini. liana bahagia melihat mama bahagia sekarang.." isyarat tangan. Liana tersenyum dengan air mata yang ikut menetes.

"sayang,bisa kah mama menebus waktu yang terlewat dengan sisa umur mama?" ibu nara bertanya sambil mengengam tangan liana. Dia bersugguh-sungguh.

"tidak perlu, kasihan keluarga mama disana. waktu bersama liana sudah terlewat,jangan sampai mama juga melewatkan waktu bersama mereka disana. jalani hidup mama dengan baik dan penuh bahagia sekarang, jangan lewatkan apa pun lagi." Isyarat tangan. Liana berkata dengan serius.

"liana, ikut bersama mama ya?"

liana mengeleng "aku punya kehidupan ku sendiri disini," isyarat tangan.

ibu nara menunduk sedih.

"ibu kan bisa mengunjungi ku jika punya waktu," isyarat tangan

ibu nara hanya membalas dengan senyum 'mama tidak punya banyak waktu sayang' batin nya.

ibu nara teringat satu bulan lalu,saat dia difonis oleh dokter mengidap kanker hati. Dia sungguh tidak menyangka hal ini. dia tidak menerima pengobatan sebelum bertemu liana. Dia takut jika dia melakukan pengobatan terlebih dulu,dia akan terlihat sakit saat bertemu liana. Dia ingin tetap terlihat baik dan sehat. Dia berjanji pada dokter dan suaminya bahwa setelah kepulangan nya ini dia akan menuruti anjuran dokter dan menerima segala macam pengobatan yang akan diberikan.

"liana tau kalo paman jack itu juga sayang sama liana. Bahkan waktu dia tau mama ninggalin liana sendiri disini dia marah besar ke mama. Dia terus membujuk mama untuk menemui liana dan membawa liana tinggal bersama."

"benarkah? Lalu kenapa mama tidak melakukan nya? kenapa baru sekarang?" isyarat tangan. Liana bertanya dengan hati-hati

"karena mama terlalu bodoh, mama terus meyakin kan hati bahwa ini yang terbaik untuk liana. Bukan kah mama tidak pernah baik terhadap liana? Mama juga selalu membentak liana? Mama juga tahu bahwa mama yang menyebabkan liana takut untuk bicara" ibu nara menyesali perbuatannya

liana tertunduk, dia tidak memungkiri bahwa semua yang dikatakan mamanya itu benar. Tapi bukankah hanya mamanya yang dia punya, jadi lebih menyakitkan berpisah dengan nya.

"aku tidak masalah seperti itu, aku akan terus menutup mulut ku jika mama memang tidak suka mendengar suara ku. asal mama tidak membenci ku." isyarat tangan

"sayang, mama tidak pernah membenci liana. Mama hanya melimpahkan segala rasa prustasi mama ke liana. Mama salah sayang. Tidak seharusnya liana yang menjadi korban atas semua kesalahan mama. Mama salah sayang,mama salah. Maafkan mama"

"sudah, yang lalu biar berlalu. Aku sudah memaafkan semuanya. Aku rela atas takdir hidup ku" isyarat tangan.

"mama tau kamu berhati besar, tapi lihat sekarang atas ulah mama kamu masih tidak berani berbicara" ibu nara mengelus rambut liana dengan sayang

"aku sedang berusaha saat ini." isyarat tangan. Liana dengan bangga mengatakannya. Karena dia benar sedang mulai memberanikan diri mengeluarkan suarnya. Berbica normal seperti orang lain. Dia berani bicara kepada marcello berarti hanya tinggal menunggu waktu saat dia akan mulai bicara kepada orang lain.