webnovel

Pertanda Buruk IV

Keputusan

***

Liyonna dan Edi berlari menyusuri hutan, tak peduli lelah tubuh mereka lelah. Gemuruh serta ledakan di belakang mereka pun tidak dihiraukan, tujuan mereka hanya satu! Lari menuju menara di depan sana. Terdapat tiga bangunan menjulang dari kedalaman hutan, begitu besarnya bangunan itu sampai Edi tadi bisa melihat dari pemukiman.

Burung-burung terbang menjauhi sumber suara, raungan binatang menunjukkan ketakutan mereka. Insting binatang mereka memberi tahu untuk menjauhi keributan, sesekali binatang-binatang itu berpapasan dengan dua bocah ini.

….

Tiga bangunan menara berjajar, satu paling besar yang diapit dua bangunan lain. Masing-masing di antaranya memiliki pintu, terdapat ukiran unik pada dindingnya. Hiasan patung dan aneka arca menarik perhatian, hingga terlihat seperti dibentuk dari ribuan menara kecil. Selasar halaman luas dengan pola lantai unik di tengahnya, sebuah lambang berbentuk daun terukir di sana.

“Ayo Edi, sedikit lagi kita sampai.”

Begitu kaki mereka menapak lantai ubin, keduanya baru sadar jika keributan sudah lama mereda. Kini tiada suara apapun, sunyi senyap hingga menimbulkan kecurigaan. Liyonna segera menaikkan kewaspadaan, keheningan ini tidak biasa. Mengingat sebelumnya riuh dan gemuruh memasuki indra pendengaran mereka.

“Jangan menjauh dariku Edi.”

Liyonna memasang kuda-kuda dengan tangan kiri masih memegang Orb. Lengan kanan terbuka ke ke depan, kaki kanan ditarik ke belakang sebagai tumpuan dan kaki kiri lurus mengarah ke depan. Sementara lengan kiri berada di depan dada.

“Aku sudah menunggu kalian.”

Suspector mengejutkan keduanya, dia muncul dari kegelapan tepat di depan mereka. Anehnya dia tidak memasuki halaman selasa, kedua kakinya berada di pinggiran lantai ubin.

Bangunan itu menolak kehadiran Suspector, terlihat pria itu berdecak kesal. Penghalang tipis menghalangi langkahnya untuk memasuki selasar, meski begitu dia tidak menyerah begitu saja.

“Maukah kalian serahkan benda itu, sebagai gantinya aku tidak akan menyakiti kalian.”

Suspector memberi penawaran agar keduanya selamat, dia juga tidak ingin menghabiskan banyak energi untuk melewati dinding ini. Akan buruk jadinya bila dia kehabisan tenaga hanya untuk menerobos masuk. Selain itu, pria ini tidak diuntungkan karena efek kutukan akan mengganggu kosentrasi bila menyentuh energi itu. Dia tidak ingin kehilangan kendali lebih cepat.

Liyonna menyadari ia tidak mampu menghadapi Suspector seorang diri, belum lagi harus melindungi Edi dan menjaga benda di tangannya. Selain itu, kemampuannya dirugikan karena Suspector bukan penyerang jarang dekat. Pria itu bisa menyerang mereka kapan saja.

Merasa tidak ada hasil, Suspector mengumpulkan energi di ujung tongkatnya. Dia berusaha mengancam mereka, “Nona manis, serahkan benda itu padaku segera!”

Sayangnya gadis itu tidak bergeming sama sekali, gertakan Suspector seolah tidak berpengaruh. Pria itu menembakkan energi gelap ke arah mereka, Suspector sadar bila dampaknya an berkurang ketika mengenai penghalang. Terlihat benturan kecil ketika serangannya menyentuh benda itu, akibatnya kapasitas serangannya berkurang. Meski begitu, Edi dan Liyonna tidak menyadari adanya pembatas selain Suspector. Hal ini disebabkan karena, energi kutukan yang ada di tubuh Pria itu bersinggungan dengan energi alam yang melindungi bangunan itu.

Liyonna segera memutar telapak tangannya di udara, lalu menepisnya ketika jarak serangan Suspector sudah dekat. Seketika serangan itu memantul dan terlempar menjauhi mereka. Suspector terkejut dengan kemampuan Liyonna, meski masih muda dia bisa menguasai keterampilan yang cukup tinggi. Kemampuannya mengingatkan pria itu pada salah satu Guardian, kalau tidak salah dia juga berasal dari sini.

“Mungkinkah dia putrinya?!”

Suspector melempaskan sulur kegelapan ke arah Liyonna, gadis itu berusaha melawan meski akhinya terjebak dalam lilitan dan berteriak kesakitan “Kya!!!”.

Suspector menariknya segera setelah berhasil menahan gadis itu.

“Liyonna!”

Edi yang tidak ingin tinggal diam meraih Liyonna berusaha menahan sekuat tenaga, dia sempat panik saat mendengar teriakan Liyonna. Sayangnya kekuatannya tidak berarti, ditambah luka luka ketika terkena energi gelap kembali terasa.

“Lepaskan dia!”

Merasa sia-sia usahanya, bahkan Edi ikut terseret pelahan. Liyonna segera menoleh menatap bocah itu. Dia mengulurkan Orb kearahnya, “Bawa itu, Edi.” pintanya.

Memang seharusnya Edi menerima Arcane Orb, tapi tidak dengan cara seperti ini. Mau tidak mau Liyonna harus menyerahkannya, daripada diambil oleh mereka. Begitu Edi menyentuhnya, bola itu bersinar terang. Perlahan wujudnya berubah dibalik cahaya itu.

Suspector tersenyum melihatnya, dia melepaskan sedikit energi gelap hingga memasuki sinar itu. Gejolak terjadi begitu kegelapan merasuk ke dalamnya, cahaya itu begejolak membagi warna menjadi dua, Hitam dan putih.

Spontan Edi menariknya dari gumpalan itu, sebuah buku muncul darinya. Sayang, sulur gelap menarik sisi lain buku itu. Keduanya melakukan tarik ulur, hingga cahaya itu sirna dan Edi terlempar karena tarik yang ada. Dia tersungkur memeluk buku dengan dua sisi berbeda warna. Beragam pemberitahuan juga muncul U-watch, meski begitu dia tia memperhatikannya sama sekali.

Perhatian bocah itu tertuju pada Liyonna yang mulai lemas terikat energi gelap, Suspector merangkul pinggang gadis itu. Rencananya sedikit berubah, meski begitu ramalan itu akan terjadi setelah melihat benda yang keluar dari sana. Dia mencoba melakukan penawaran lagi.

“Nak, bagaimana bila kita melakukan pertukaran?”

“Kamu serahkan benda itu, sebagai gantinya aku akan melepaskan gadis ini.”

[NEW ITEM!]

[Skill Book] >>> Oracle Book

{Pelajari berbagai teknik dan skill di dalamnya, kecuali sisi gelapnya.}

Edi tidak bisa berfikir saat ini, kepalanya kosong setelah memegang buku itu. Namun, dia tahu jika buku ini lebih berharga dari Liyonna, di matanya Suspector seolah begitu menginginkannya. Akan tetapi, hatinya berkata lain, Edi ingin menyelamatkan Liyonna. Dia memeluk erat buku itu dengan tubuh gemetar, meski ia merasa dilema akan keputusannya. Edi menggeleng menatap Suspector.

Tidak menduga jawaban Edi, Suspector sedikit geram. Namun, dia tidak bisa asal bertindak. Pria itu merasakan dua energi sedang mendekat, setelah berfikir ia memilih untuk melepaskan bocah itu dan membuat kesepakatan sepihak. Sebuah ide yang terlintas begitu saja untuk menjadikan Liyonna sebagai sandera.

“Aku akan memberimu waktu 3 hari untuk berfikir.”

Suspector mulai membaca mantra untuk berpindah tempat, “Datanglah ke pelabuhan di barat, kami akan menunggumu.”

Energi hitam mulai menyelimuti tubuhnya, sebelum tubuhnya lenyap dia sempat mengucapkan sesuatu yang membuat Edi melotot tajam.

“Pria itu juga ada di sana.” ucapnya dengan senyuman.

….

Ragus dan Zhong menemukan Edi yang duduk bersimpuh memeluk erat Oracle Book, seorang diri tanpa kehadiran Liyonna. Dia menggeleng ketika ditanya dimana keberadaan gadis itu.

“Di mana Liyonna!?”

Zhong menyentak Edi begitu tahu Putrinya tidak bersama dengannya. Ragus berusaha menenangkan pria itu, dia juga menyadari adanya energi sihir dari Suspector sebelumnya.

“Maaf menyela, dari energi sihir yang saya rasakan. Sepertinya Suspector baru saja pergi, dia juga membawa nona.”

Zhong merasa geram begitu tahu Suspector membawa putri sulungnya, dia hampir menghujat Edi. Namun, ia menahan amarahnya ketika mendengar penjelasan Ragus. Penyihir itu mengatakan jika batas waktu mereka tiga hari untuk memutuskan penukaran. Zhong segera tersadar alasan mereka menjemput keduanya, meski hanya Edi yang tersisa.

Selanjutnya giliran mereka untuk menentukan tahap berikutnya, Ujian! Sebelum itu, mereka harus beristirahat dahulu.

***

“Apa kamu yakin Edi?”

Ragus bertanya untuk kesekian kalinya, berusaha memastikan keyakinkan bocah itu.

Edi mengangguk dengan mantap, dia memegang buku dengan dua sisi berbeda warna. Pakaiannya sudah berganti dengan hanfu putih bermotif dengan lengan yang tidak longgar, sebuah batu permata menempel pada bracelet yang mengikat kedua lengannya.

“Berhasil tidaknya ujian ini tergantung padamu, Edi.”

Zhong bersuara, dia turut menemani bocah itu memulai ujian. Bersiap menerima takdir, dan memperoleh bukti yang pantas menjadi kandidat.

Edi bergegas menaiki altar bersiap memulai ujian, dia bertekad untuk menyelesaikan ujian ini sebelum tiga hari. Bocah itu ingin menyelamatkan Liyonna dan membebaskan Profesor.

Sebuah batu arcana dengan Enam sisi bocah itu, dia arahkan lengan kanannya ke sisi arcana yang berwarna hijau dengan simbol daun. Sesuai instruksi Ragus, Edi menyalurkan energi. Batu permata di lengannya turut menyala seiras, diikuti cahaya putih menyala terang hingga membumbung ke langit. Tubuh bocah itu terbalut cahaya hingga lenyap.

***

Cahaya terang menyinari langit dari altar di sebelah Timur, diikuti oleh altar lain dari berbagai penjuru. Di bawah laut sinar biru muda menyala dan membumbung, lalu di sisi selatan terdapat cahaya berwarna kuning keemasan. Setelah itu cahaya merah menyusul, dan terakhir cahaya ungu yang segera ditutup cahaya gelap.

Semua berkumpul di langit malam itu, bersatu dalam enam paduan warna berbeda menghiasi penjuru dunia.

Semua orang menatap langit yang sama, persis seperti kejadian Lima tahun lalu, pertanda akan nasib dunia mulai berubah.

Kemana arah tujuannya belum pasti, berbagai orang di penjuru menatap dengan pandangan mereka masing-masing.

....