webnovel

Two Owner

[ Thriller × Romance × Adult ] "Bayar dengan tubuhmu." *** Terjebak dengan bosnya yang bajingan atau dengan kakak yang terobsesi gila dengannya? What do you choose, Anna? *** Joseph Christian. Bajingan di atas bajingan. Berganti wanita seperti celana dalam. Kehidupannya hanya seputar free sex, night club, dan dokumen-dokumen perusahaannya. Tapi, ada sesuatu yang mengganggunya akhir-akhir ini. Kemunculan gadis berwajah lugu dan polos yang berubah menjadi sexy dan menantang begitu berhadapan dengan kamera. Gadis yang baru-baru ini ia rekrut sebagai model di perusahaannya. Gadis itu, Ariana Petrova. *** Bagaimana selanjutnya? Obsesi James, kakak laki-laki Ariana, yang terus membludak hingga mengalahkan akal sehat. atau Kegilaan pria yang berstatus sebagai bosnya, yang ingin memanfaatkannya untuk kepentingan pria itu sendiri. Akan terjebak dimanakah Ariana? *** Joseph atau James? *** Warning : Contain adult contents, sexualitas, murdered, gore and harsh word.

Pikachuy_ · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Model

"Siapa sayang? Sahabatmu?"

Selena mengangguk dan menghampiri kekasihnya yang berbaring di ranjang. Hanya memakai boxer dan tidak memakai atasan. "Hm. Sahabatku, Anna. Kau pernah bertemu dengannya sekali."

"Ah, yang wajahnya lugu itu?"

"Hei, jangan mengejeknya." Selena mencubit perut keras Adam hingga pria itu berjengit kesakitan.

"Aku tidak bermaksud mengejeknya, bae. Memang kenyataannya seperti itu."

"Ya ya terserahmu." Selena menatap Adam yang mendekatkan tubuh mereka. Dia terkikik geli begitu Adam menyibak piyama satin yang dipakainya dan menciumi perutnya.

"Haha, Adam hentikan."

"Kenapa dia disini?"

"Anna? Dia akan tinggal disini untuk beberapa waktu. Dia baru saja diusir oleh kakaknya." Selena mengerang begitu tangan Adam meremas payudaranya, "Ahh Adam-h. Jangan lakukan itu."

"Kenapa hum?" Adam tidak peduli, kini ia mulai mendekatkan wajahnya ke leher gadisnya itu. Menjilat dan menggigit kecil hingga menimbulkan tanda.

"Ahh."

"Jangan berisik, bae. Kau mau Anna memergoki kita?"

"Maka dari itu menjauh dari leherku, bodoh." Selena memukul kepala belakang Adam hingga pria itu mengaduh.

"Kau ini kasar sekali."

"Oh c'mon. Don't be such a baby." Walau begitu Selena juga mengusap lembut kepala Adam yang ia pukul tadi  "Oh ya, apakah kau membutuhkan pegawai?"

"Pegawai?" Adam menatap heran, "Untuk apa? Kau mau bekerja? Bagaimana dengan kuliahmu?"

"Bukan aku. Tapi untuk Anna."

"Bukankah dia juga kuliah sepertimu?"

"Ish kau ini banyak tanya sekali." Selena mendengus jengkel. Menatap kekasihnya dengan mata melotot yang justru membuat Adam tertawa karena wajah Selena jadi menggemaskan sekali.

"Joseph sedang mencari model untuk pakaian barunya."

Selena menatap Adam dengan antusias, "Nah. Kau bisa menjadikan Anna sebagai modelnya."

"Tapi sayang, konsepnya itu--."

"Aku tidak peduli." Selena menyela dengan cepat. Membungkam bibir Adam dengan bibirnya lalu melepasnya dengan cepat. Adam mendesah kecewa. ��Kau harus menjadikan Anna modelnya."

"Wajah Anna tidak—"

"Oh ayolah Adam, kau bisa membujuk Joseph untuk menerimanya sebagai model. Please." Selena mengusal di dada Adam. Mode manja agar keinginannya dituruti.

"Tapi--."

"Ayolah~ atau aku akan marah. Dan tidak akan membiarkanmu menyentuhku selama sebulan penuh."

Adam membulatkan matanya lalu menggeleng panik, "Ah ya baiklah-baiklah. Aku akan membawanya kepada Joseph besok."

"Sekarang biarkan aku menyentuhmu dulu, hum. Aku menginginkannya." Adam memutar balik posisinya hingga sekarang Selena berbaring di ranjang dengan dia di atasnya.

Adam mencium bibir gadisnya itu dengan lembut. Mengulumnya bergantian dan menggigitnya kecil. Memberi kode untuk mengizinkannya masuk dan mengeksplorasi mulutnya itu.

Selena mengerang merasakan lidah Adam membelit lidahnya. "Um--h."

Ciuman Adam turun ke leher dan tulang selangka gadis itu. Menjilat dan menggigit kecil menimbulkan bercak merah yang ia yakini tidak akan hilang sampai tiga hari kedepan.

"Ahh."

Selena tersentak begitu merasakan bibir Adam bermain di dadanya. Ia melarikan tangannya ke rambut pria itu dan meremasnya begitu rasa nikmat itu menjalarinya.

"Ahh ya tuhan."

Ah ya, sepertinya Selena lupa kalau kamarnya tidak kedap suara.

*

"Apa? 18 tahun?"

"Yes, Sir."

Joseph mengurut pelipisnya. Merasa pening begitu mendengar calon modelnya masih di bawah umur.

"Siapa yang merekomendasikannya?"

"Mr. Adam, Sir."

"Bajingan kecil itu," geram Joseph. Ia melirik Fania, sekertarisnya itu dengan pandangan malas, "Panggil Adam dan suruh ke ruanganku sekarang."

"Baik, Sir."

Joseph melirik ponselnya yang bergetar tanda panggilan masuk. Dari nomor tidak dikenal. Ia mengangkat alis dan memutuskan mengangkatnya.

"Hai Joseph."

"Who?"

"Wha the- hei! Bagaimana bisa kau melupakan pacarmu sendiri?"

"Pacar?"

"Ya. Aku Lexi, pacarmu sendiri, Joseph. Astaga..."

Joseph terkekeh sinis, "Hei, Leci or whatever your name, apa yang kau maksud dengan pacar? Kalau menurutmu kita sering tidur bersama itu menjadikanmu sebagai pacarku, kau salah besar. Kau terlalu berharap, sayang."

"T-tapi--"

"Oh ayolah, jangan berlagak seperti perawan. Sex bebas sudah lumrah disini. Jangan terlalu diambil hati. Kau ini lucu sekali."

"Kau... bajingan!"

Joseph menutup panggilan. Mengangkat bahu sambil terkekeh pelan, "Bajingan heh? That's my middle name babe."

*

Selena melirik Anna dengan canggung. Ia sedikit meringis begitu melihat kantung mata yang menghitam di wajah gadis itu.

Tadi itu...

Selena mengernyit. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Masih terlalu dini untuk melakukan aktivitas di dapur, tapi dilihatnya kini Ariana alias Anna alias sahabatnya itu sedang duduk di meja makan dengan segelas susu. Tangannya menyangga dagu dengan mata menahan kantuk.

"Hei."

Anna membuka matanya yang hampir terpejam, "Hm?"

"Apa yang kau lakukan disini? Kukira ini terlalu malam untuk sarapan dan terlalu telat untuk makan malam."

"Ah itu," Anna menatap Selena dengan wajah memerah, "Suara kalian agak --uhm, ya kau tau. Aku jadi tidak bisa tertidur."

Selena pias. Wajahnya memerah padam dengan bibir yang menganga, "Ah, ahaha--" Selena tertawa garing.

"Maafkan aku. Semalam Adam tidak bisa--."

"Ya ya. Aku tau. Tidak usah dibahas." Anna tersenyum keci, "wajar kalian bermesraan. Lagipula ini apartemenmu Sel, kenapa harus minta maaf?"

Sial.

Selena malu sekali. Ia melotot galak ke arah Adam yang sibuk makan tanpa terganggu dengan suasana canggung di antara mereka.

"Oh ya, ku dengar kau mau bekerja?"

Adam bertanya, mengalihkan pandangannya ke Anna yang menatapnya terkejut.

"Ya." Anna memutar matanya begitu Selena tersenyum sungkan, "Aku butuh uang."

"Kau tertarik jadi model?"

"Model?"

"Ya," Adam mengangguk. Mengambil majalah lalu menunjuk cover majalah dimana ada Kyle Jenner berpose sexy disana, "seperti ini."

"Apa itu akan menghasilkan uang?"

"Ya tentu saja."

"Tapi bukankah ini sama saja seperti menjajakan tubuh?"

"Beda, Anna." Selena menyela, "model itu bekerja untuk mempromosikan barang atau bisa juga berpose untuk karya seni."

"Kalau menjajakan tubuh itu namanya pelacur," lanjutnya.

Anna membulatkan mulutnya.

"Jadi apa kau mau?"

Anna mengangguk dan tersenyum ceria, "Asal mendapatkan uang, aku mau."

"Good. Tulis biodatamu disini."

Adam menyerahkan selembar formulir. Meminta Anna mengisinya dengan cepat karena akan ia scan dan kirim ke sekretarisnya Joseph. Selanjutnya tinggal menunggu konfirmasi dari bos bajingannya itu.

"Baby, bisa kau merias wajahnya?"

Selena mengangguk, "I got it."

"Nice. Aku akan mandi lalu ganti baju, kau juga mandi dan berganti pakaian. Selena akan meriasmu. Oke Anna?"

"Okay."

*

Joseph memandang datar Adam yang berdiri di depannya. Dibelakang pria itu ada gadis belia yang --Joseph sudah tau-- berumur 18 tahun.

"Maksudmu--" Joseph menunjuk Anna dengan wajah angkuhnya, "--dia yang kau rekomendasikan?"

"Hm-hm." Adam mengangguk. Ia duduk di sofa yang terletak di pojok ruangan. Adam sedikit mendengus geli begitu melihat sahabatnya seperti akan meledak.

"Bagaimana? Bukankah dia cocok?"

"Kau gila?! Dia sama sekali-- for god sake Adam! Apa yang ada di kepalamu sampai kau memilih dia, huh?"

"Oh c'mon dude. Tingginya pas dan kulit tidak terlalu putih. Itukan kriteriamu." Adam menarik bibirnya kebawah, "Aku hanya mengikuti."

"Adam. Konsep yang ingin ku gunakan adalah sexy dan dewasa. Sedangkan dia--" Joseph memandang aneh pada Anna dari atas ke bawah, lalu berhenti saat melihat ekspresi lugu gadis itu, "--ah lupakan!"

"Kenapa dengannya? Dia bisa menjadi sexy dan dewasa Josh, bukan begitu Anna?" Adam menoleh ke Anna yang dibalas anggukan ragu oleh gadis itu.

"Tidak. Aku tidak mau," Joseph kekeh menolak.

"Bagaimana kalau dia jadi model baju anak saja?"

"Kau gila!" Joseph membentak hingga suaranya menggema dan membuat Anna yang berdiri di seberang mejanya terkejut, "Baju anak tidak akan muat di tubuhnya."

"Bagaimana kalau--?"

"Sebenarnya apa alasan kau begitu ngotot untuk mempekerjakan dia, huh?" Joseph menyela.

"Ayolah. Dia adalah sahabat Selena. Baru saja diusir kakaknya dan ingin mencari pekerjaan. Dia butuh hidup, Josh. Hidup itu butuh uang. Dan uang akan didapatkan kalau bekerja."

"Nenekmu kejengkang pun tau kalau uang dihasilkan dari bekerja."

"Nah, itu kau tau."

"Ah, sudahlah. Bawa pulang saja. Aku tak bisa menerimanya."

"Oh, ayolah Jose."

Joseph bergidik begitu Adam memanggil namanya dengan merengek. "Are you gay or something?"

"Fuck. I have Selena, rascal."

Joseph dengan mulut julidnya. Kombinasi menyebalkan sekali bagi Adam.

"Begini saja, aku akan membawa hasil foto Anna besok. Dia akan ku ajarkan untuk jadi model yang sesuai dengan konsepmu. Bagaimana?"

"..."

"Berikan satu kesempatan padanya, Jose."

"...Very-well then." Joseph menatap Anna, ia tak menampik kalau gadis yang memiliki wajah lugu ini terlihat menarik.

"Good luck for you, little girl."

*

*

*

To be continue...