webnovel

Peringatan Untuk Altha

Begitu Flair siap dengan pakaian barunya, Ia segera bergegas keluar dari kamar Nolan. Nolan yang juga sudah berpakaian lengkap dengan kaos o neck dan celana panjang.

Di luar sudah berdiri Altha kembali menyaksikan Flair yang keluar dari kamar Nolan, namun sekarang Flair sudah berpakaian rapi. Mereka saling berpandangan saat Flair berjalan melewati ruang tamu menuju ke pintu utama. Altha memandang tanpa berkedip sama sekali melihat Flair yang masih tampak sehat dan tanpa merasa sakit sedikitpun. Tidak mungkin tidak terjadi apapun pada mereka semalam!!!! Pikir Altha dalam benaknya.

Flair keluar menuju pada Perry yang sudah siap di dekat mobil. Siap memberi salam dan senyumnya untuk Flair. Sementara Nolan mengikuti dari belakang dan hanya berdiri bersandar pada pintu menatap Flair yang pergi meninggalkan rumahnya. Setelah Flair pergi dengan Perry, Nolan memasuki ruang tamu menatap Altha yang sedang sibuk dengan tas kopernya.

"Mau pergi kemana kamu?!" Tanya Nolan amarahnya sudah sampai di tenggorokan.

"Aku akan keluar negri sementara ini, aku akan menjenguk Hadley. Aku rasa kamu sudah mendapat kesibukan baru, jadi aku atur kesibukanku sendiri." Jawab Altha sambil membenarkan strape sepatunya.

"Jangan berakting lagi kamu seolah tidak tahu apa-apa!!!!! Aku tahu ini semua ulahmu!!!!!" Nolan menarik kasar tangan Altha.

"Hey What the hell?? Apa yang terjadi denganmu!"

"Jangan berpura-pura lagi, Altha. Hanya kamu yang bisa melakukan ini semua! Kamu yang sudah mengatur semuanya!" Teriak keras Nolan menggetarkan seisi rumah.

"Melakukan apa, Nolan?Aku tidak mengerti maksudmu!!!! Menghabiskan malam dengan gadis binal itu sudah membuat otakmu rusak?"

"Otakmu lah yang rusak, Altha! Aku kakakmu bisa-bisanya kamu berbuat seperti ini, hah!"

"Kakak? Kamu sebut dirimu kakak? Kamu yang memulai semuanya!! Kamu selalu membela Gadis Binal itu!!! Mempekerjakan dia di kantor! Dan kamu lebih memilih mempermalukan aku di depan dewan komisaris hanya demi membuat dia tetap bertahan di kantor!!" Teriak Altha pada Nolan.

"Aku CEO di sana aku bisa berbuat semauku!" ujar Nolan membalas teriakan Altha.

"Kalau begitu berhentilah menyebut dirimu kakak ku! Kakakku sudah mati!!! Perempuan Binal itu sudah membunuhnya! Aku sudah muak dengan dia!" Balas Altha sambil menunjuk muka kakaknya itu dengan penuh kebencian.

Altha hendak pergi, ia mengambil pegangan tas kopernya, "Lagi pula kamu sudah menikmati tubuhnya! Urusanku hanya membuatnya menyesal memasuki kehidupan kita. Aku ingin setelah ini dia tidak kembali lagi ke kehidupan ku. Sudahlah, seharusnya kamu bisa mengabaikannya seperti melupakan Rubi. Selesai bukan?"

Mendengar Altha yang meremehkan arti Flair dan tidak secara tidak langsung mengakui perbuatannya, membuat Nolan ingin sekali meremukkan tulang-tulang Altha. Nolan meraih dan meremas lengan Altha.

"Sebelumnya aku tidak yakin tapi sekarang sudah berbeda. Terima kasih kamu sudah membuat aku berubah pikiran!!!" Jelas Nolan sambil menatap mata Altha dalam-dalam. Karena kini dia sudah mantab dengan perasaanya pada Flair.

"Jangan pernah menyakitinya lagi!!!! Jika bermasalah dengan ku salahakan aku, balas padaku, mengapa kamu membalas padanya!!!!" Cengkeraman Nolan semakin keras bahkan tangannya sudah meraih leher Altha siap mencekiknya.

"Memang apa yang bisa menjauhkanmu darinya? Selain membuat kalian saling membenci! Kamu buta karenanya, kamu jadi lemah di hadapannya. Dia sudah merebut perhatian Hadley, Idlina dan sekarang kamu!! Dia sudah ambil semuanya!" Balas Altha dengan nada suara rendah tapi masih marah.

"Dia tidak melakukan semua itu!!! Itu hanya keluar dari pikiranmu saja. Dengar !!!! Sekali lagi aku mengetahui mu menyakiti Flair, aku kurung kamu di kamarmu, dan kamu tak akan keluar sampai kamu menyesalinya!!!!" Gertak Nolan sambil mencengkeram leher dan tangan Altha kuat-kuat.

"Lepaskan!!! Kamu bisa membunuhku kamu tahu!!!!" Altha mulai bergetar karena kakaknya sepertinya memang sangat marah.

Baru sadar ia sedang mencekik adik perempuannya itu, Nolan kemudian melepaskan tangannya dari leher dan lengan Altha.

"Uhuk!! Uhukk!!! Kamu sudah gila!" Ujar Altha sambil terbatuk.

"Itu baru peringatan!" Seru Nolan masih syarat kemarahan.

"Lakukan sesukamu karena aku tidak akan menuruti dan aku juga tidak akan pernah menyesal!" Altha menyalakan api perang kepada kakaknya.

"Satu hal aku semakin ingin dia hancur! Karena dia sudah merusak duniaku! Mengambil orang-orang yang aku sayangi! Aku harus membalasnya!" Lanjut Altha dengan pandangan berapi-api.

Nolan menjadi sangat geram dengan spontan ia mengangkat tangan kanannya siap menampar wajah Altha.

"Hentikan! Nolan apa yang akan kamu lakukan pada Altha!" Teriakan Idlina dari arah pintu masuk.

"Bibi, Nolan sudah gila! " Altha berlari ke arah Idlina dan bersembunyi di balik punggung wanita anggun itu.

"Apa yang terjadi ini Nolan. Mengapa kamu semarah itu pada adikmu?" Idlin heran, tak pernah Nolan terlihat semarah itu pada Altha.

"Dia sudah membuatku hampir gila!" Jawab Nolan sambil membayangkan betapa tersiksanya ia menahan hasratnya hingga fajar dengan mengunci diri di kamar mandi tanpa tidur sedikitpun menenggalamkan diri di bak mandi panas semalaman agar ia tidak melukai Flair.

"Altha, pasti bukan tanpa alasan Nolan berbuat seperti ini padamu!!" Idlina mencoba menengahi.

"Entahlah, ia menyalahkanku saat model amatir itu berakhir menaiki tempat tidurnya pagi ini!!! Sudah ku bilang sebelumnya bukan bahwa dia perempuan jalang, perayu, Nolan masih saja tidak percaya." Jelas Altha pada Idlina.

"Altha kamu masih saja memutar kenyataan!!!! Beraninya kamu!!!" Nolan mulai naik lagi amarahnya.

"Sudah hentikan!!! Siapa yang kalian bicarakan sebenarnya!!!!" Lanjut Idlina meminta penjelasan lebih.

"Tentu saja model kelas dua itu, salah satu dari kembar jalang yang sudah merusak isi kepala kakak ku ini!!!! Siapa lagi kalau bukan Flair!!!!" Sahut Altha meyakinkan pada Idlina.

"Gadis itu lagi? Apa yang diperbuatnya lagi kali ini?" Sambung Darren dari arah belakang.

"Owh tidak, aku yakin ini salah paham!!!" Sahut Idlina masih menengahi.

"Ini bukan salah paham. Ini benar baru saja terjadi. Paman Darren, kamu tahu sendiri bukan, Semalam Nolan membawa Rubi pulang ke rumah ini. Rubi mengantar Nolan hingga ke kamarnya tetapi setelah menyelesaikan urusannya dengan Nolan, Rubi pergi dan datanglah model jalang itu ke kamar Nolan merayunya. Ia baru saja pulang pagi ini!!! Aku rasa ia sudah tahu betapa nyamannya tidur di ranjang Nolan semalam dan mungkin ia tidak akan mau pergi lagi!!! Jika tidak percaya tanyankan saja pada Nolan." Jelas Altha berusaha mencuci otak Idlina dan Darren.

Mengerti arah pembicaraan Altha, Darren mendekati Nolan dan memandangnya lekat-lekat. "Jadi semalam setelah pagelaran kamu menyelesaikannya dengan dua perempuan sekaligus???"

"Bukan seperti itu yang terjadi, Darren. Ada yang salah dari penjelasan Altha!" Nolan membela dirinya dan Flair.

"Jika tidak percaya aku panggilkan pelayan yang membawakan pakaian baru untuk wanita yang keluar dari kamar Nolan pagi ini!" Lanjut Altha meneruskan cerita bohongnya.

Plok plok! Altha menepuk tangannya dua kali memanggil seorang pelayan wanita keluar dari balik dinding sambil membawa pakaian yang hendak ia cuci.

"Jelaskan kepada paman dan bibiku, siapa yang semalam menemaniku pulang membawa Nolan yang sedang sakit?" Tanya Altha pada pelayan itu.

"Nona Altha bersama temannya yang biasa datang ke sini, wanita dengan rambut pirang sepanjang punggung." Jawab si pelayan.

"Satu lagi, apa yang Nolan perintahkan untuk dibawa ke kamarnya pagi ini, dan apa yang kamu temukan di keranjang baju kotor Nolan?"

Altha lanjut bertanya.

"Tuan menyuruhku membawa pakaian baru yang sudah dikirim oleh kurir dan di keranjang baju kotor tuan saya menemukan ini. Dan pemiliknya keluar dari kamar Tuan pagi ini" Pelayan itu menunjukkan sepasang pakaian wanita berwarna cokelat tua yang digunakan Flair untuk memberi sambutan di atas panggung pagelaran kemarin dan semua orang pasti melihat apa yang dikenakan Flair malam itu.

Idlina dan Darren terlihat terkejut. Idlina juga meyakini itu pakaian yang dikenakan Flair semalam. Sebelumnya ia tidak yakin dengan cerita yang beredar dari Rubi ini. Namun sekarang pandangan Idlina mulai terpengaruh oleh Altha.

"Baiklah aku akan pergi, sopirku sudah menunggu!!!" Altha memakai kaca matanya dan meraih kopernya lalu keluar dari rumah itu.

"Kalian semua sudah gila!!! Mengadili aku di rumahku sendiri!!!!" Ujar Nolan sambil memasuki kamarnya dan membanting pintu kamar itu.

Sementara Darren dan Idlina saling memandang bingung dengan kejadian yang terjadi barusan antara kakak beradik Swinford ini.

*****

Sesampainya di Apartemennya Flair menerima telepon dari Lobby bahwa ada seorang laki-laki yang mencarinya. Flair segera membuka pintu dan Chad terlihat keluar dari lift di lantai apartemennya itu. Flair tertegun melihat pria itu di sana.

Flair menghampiri Chad sambil berlari kecil. Flair memeluk Chad seperti sudah lama sekali tidak bertemu. Ini adalah pertama kalinya Chad bertemu Flair setelah di malam Flair pergi membawa koper-kopernya.

Flair mengajak pamannya masuk ke apartemennya. Dan Chad menjelaskan bahwa ia tahu alamat Flair dari Barric yang pernah mengantarkan Flair ke apartemen itu sebelumnya.

"'Jadi kamu bekerja untuk Nolan?" Tanya Chad ketika pembicaraan sampai pada kesibukan yang di jalani Flair selama ini.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain

Next chapter