webnovel

Bab 3- Malam Panjangku Masih Terikat Dalam Satu Asa

<p>Keesokan harinya, Flair dan Fayre bersiap untuk mengikuti show peragaan perhiasan berlian yang termewah sepanjang tahun. Kurasi brand Bavel Barkeley & Co. Jewellery, show kali ini mengambil tema "Temted of Desire" dengan menghadirkan koleksi Evening Jewellery yang berkesan super mewah dan elegan. Flair dan Fayre sangat bangga bisa ikut dalam perhelatan besar yang hanya diadakan lima tahun sekali ini. Bisa dibayangkan perhiasan yang mereka pamerkan di tubuh mereka hari ini berharga jutaan dolar. Keikutsertaan mereka ini berkat kerja keras Hadley yang selalu mendorong mereka untuk bisa ikut dalam banyak perayaan besar di dunia fasion. <br/><br/>Make up artis professional telah selesai mendandani semua model yang akan tampil di atas Catwalk. Namun tiba-tiba terdengar kabar jika bintang utama dalam pameran tersebut tak kunjung datang. Sedangkan para model sudah bersiap keluar dari balik panggung runway. Di penghujung penantian Stella Alva selaku koreografer yang sedari tadi mondar-mandir menunggu kepastian, akhirnya mendapat kabar model itu sedang sakit lantaran alergi kulitnya kambuh dan ia mengundurkan diri. <br/><br/>Namun tiba-tiba sebuah tangan menarik Flair mundur ke belakang bahkan line paling belakang.<br/>"Flair kamu yang utama!!" ucap Stella Alva koreografer anggun itu tampak panik karena jauh-jauh hari sudah melatih para model termasuk Flair dan Fayre untuk peragaan perhiasan kali ini. Ia sekalipun tak ingin peragaan kali ini gagal total tentunya.<br/><br/>Seketika mulut Fayre membentuknya lingkaran, mata gadis itu melotot saking terkejutnya. Sama sekali ia tidak menyangka akan ditunjuk untuk menjadi primadona malam ini menggantikan model kelas satu bernama Melinda Liz.<br/><br/>"Stella, why me??" bisik Flair kepada sang koreografer.<br/><br/>"Kamu paling yang mudah menyesuaikan dari pada yang lain!! Aku yakin kamu mampu!! Lakukan dengan tempo lebih lambat dari yang lain!!" ujar Stella berbisik sembari melucuti perhiasan yang dipakai Flair sebelumnya, kemudian mengganti dengan set jewelery primadona panggung malam ini.<br/><br/>Beberapa model di line terdepan sudah keluar dan tibalah saatnya Flair keluar berjalan diatas titian, tepat ketika perhiasannya sudah selesai dikenakan dengan lengkap.<br/><br/>Flair mulai melangkah keluar dengan lenggokan santai, memasang wajah datar bahkan semakin keluar semakin angkuh dan membunuh. Setiap langkah kakinya yang pelan membuat setiap kilauan cahaya blitz kamera yang jatuh memantul pada perhiasan yang ia pakai menjadi semakin cemerlang, berpendar dan memukau semua mata di sana hingga tidak berkedip. Flair berusaha tetap tenang dengan reaksi kagum dari para penonton juga wartawan yang dengan gencar mengabadikan pertunjukan primadona perhiasan yang dikenakan oleh Flair itu lewat kliatan lampu kamera mereka. <br/><br/>Justru perhatian Flair teralihkan pada sosok seorang pria yang tampak paling tenan, namun tetap memukau dari deretan para penonton. Ia merupakan seorang pria yang paling menonjol yang duduk di kursi tamu utama dalam pagelaran ini. Di samping Founder Bavel & Barkeley duduk seorang CEO dari stasiun televisi swasta terbesar, yang juga atasan Hadley. Pria itu tak sedikitpun sibuk dengan kameranya, bahkan caranya memperhatikan jalannya acara secara detil terlihat sangat angkuh dan elegan. Entah darimana asalnya tapi hal itu menumbuhkan kekaguman yang tak terasa sempat menjalar di pikiran Flair sesaat. <br/><br/>"Tidak, ini bukan saatnya untuk mengagumi seseorang Flair! Ini kesempatan mu, jangan lengah!" gerutu berkecamuk di batin Flair untuk dirinya sendiri. Hingga iaa kembali mengatur konsentrasinya. <br/><br/>Stasiun televisi itu kali ini menyiarkan live streaming show perhiasan ini di saluran mereka. CEO berwajah tampan dan pucat itu masih mengamati sembari menatap sejurus pada Flair. Di belakang panggung tadi semua model membicarakannya. Dan Flair sangat mengingat momen dimana Stella meminta semua model menampilkan peragaan terbaiknya di depan kedua orang penting ini.<br/><br/>Flair sempat memandang sekilas pada pria berkulit pucat—angkuh itu, ia tampak sedingin salju kutub utara. Sungguh bagai memancarkan pribadinya yang kuat dan tak tergoyahkan sedikitpun. Namun, ketika mereka berpandangan dan memang sedari Flair keluar, mata pria itu tak lepas dari memandang Flair. Flair yakin akan hal itu. Dan dari tatapannya yang sekilas, pria itu sempat memberinya senyuman sinis.<br/><br/>Flair mengatur kembali fokusnya dan mengingat kembali saat melihat kematian sang ibu agar ekspresinya kembali datar. Yah, itu hal yang sangat menyedihkan tetapi sangat membantunya tampil maksimal saat berjalan di atas ramp.<br/><br/>******<br/><br/>Pukul sembilan tepat, para model sudah selesai dengan tugas mereka. Mereka pun memasuki ruang ganti masing-masing untuk melepas atribut peragaan dan waktunya kembali ke kehidupan mereka sendiri.<br/><br/>"Kau tahu Flair, ada yang janggal yang aku perhatikan tadi." celetuk Fayre sembari melepas kait sepatunya.<br/><br/>"Really? Apa itu? Tapi aku tidak merasakan apa-apa." sahut Flair mulai merapikan tatanan rambutnya.<br/><br/>"Tatapan pria itu, matanya tajam. Aku dengar dari yang lain pria itu bernama Nolan. Dari awal bertemu, mata pria itu tak henti-hentinya selalu tertuju padamu Flair."<br/><br/>"Itu hanya perasaanmu saja. Sekalipun aku tidak pernah berbicara dengannya. Apalagi mengenalnya. Ia tak mungkin tau siapa aku. Kita tidak setenar itu Fayre."<br/><br/>"Ah, aku yakin! Dengar, perasaanku tidak mungiin salah. CEO itu tertarik padamu percayalah!". Fayre tampak menggebu-gebu. <br/><br/>Ucapan Fayre itu mengganggunya, tp Flair memilih untuk tidak bereaksi. <br/><br/>Merasa diacuhkan, Fayre pun segera beranjak, "Ya sudah aku akan keluar mencari Rory. Rory mengambilkan sepatu yang salah untukku."<br/><br/>"Okey, cepatlah kembali ya."<br/><br/>"Ya, pasti."<br/><br/>Beberapa saat setelah Fayre keluar, ada ketukan yang mengejutkan Flair. Itu tidak mungkin saudarinya, Fayre tidak sekalipun melakukan kebiasaan itu. Pasti orang lain, sehingga Flair keluar dari kamar ganti untuk melihat siapa yang mengetuk. <br/><br/>"Rory, Fay baru saja mencarimu... Anda...?" ia dikejutkan dengan seringai Nolan yang menantinya di luar ruangan. Nolan menghampirinya dengan atmospher yang menakutkan dan memberi Flair sebuah kotak perhiasan kecil. Flair bisa melihat simbol Bavel Barkeley & Co. Jewellery di atas penutup perhiasan itu.<br/><br/>"Ini untukmu karena sudah membuat caraku sukses dan berjalan sempurna walau tanpa kehadiran Melinda Liz!" ujar pria itu, ternyata ia pria yang bersuara berat. <br/><br/>" Maaf Mister saya tidak bisa menerimanya." tolak Flair halus seraya menampik kotak kecil itu menjauh darinya," itu sudah menjadi tugas kami! "<br/><br/>Nolan tersenyum lagi dan berkata "Ini sebagai tanda banggaku kepada mu, juga ucapan terima kasih dari perusahaan ini untuk kerja sama yang baik yang telah kau usahakan!" Nolan menjelaskan.<br/><br/>"Saya hanya pengganti Mister, karena kebetulan Model utama yang diharapkan tidak dapat datang dan melaksanakan tugasnya, hanya itu." jelas Flair tegang.<br/><br/>Nolan meraih tangan Flair seraya berkata, " Saya tidak suka penolakan, atau jika kau tetap menolaknya maka pengawalku akan membawamu bersamaku. " sambil menggenggamkan kotak kecil itu ke tangan kanan Flair. Nolan kemudian berlalu pergi meninggalkan Flair yang mematung kaku. Bagusnya setelah itu Flair tidak melihatnya lagi hingga akhir acara. <br/><br/>Hingga saat pulang Flair membuka isi kotak kecil tersebut, di dalamnya sebuah cincin dengan permata besar yang berkilau sangat indah. Disampingnya ada sebuah ikatan benang yang mengkaitkannya dengan kertas beraroma lavender bertuliskan 'Malam panjangku masih terikat dalam satu asa. Mengumpulkan jejak-jejakmu menjadi utuh menuju keabadian cinta'. <br/><br/>Flair membaca tulisan itu dan menepuk keningnya. Itulah keunggulan lain perhiasan ini. Salah satu merk perhiasan termahal, dilengkapi dengan puisi romantis dalam set permbeliannya. Dan pria dingin itu mudah sekali mengatakan cinta. Untungnya Fayre yang duduk di sebelah Rory sedang tertidur nyenyak, dengan begitu Rory sama sekali tidak terganggu dalam menyetir. Karena mungkin sekarang Fay akan mengoceh tentang banyak hal jika melihat pemberian itu.<br/><br/>Malam sudah larut sekali, Flair dan Fayre baru tiba di rumah mereka pukul satu dini hari. Mereka lelah setelah peragaan perhiasan di Bavel Barkeley & Co. Jewellery. Sudah kali kedua ini mereka ikut sebagai model catwalk dalam pameran perhiasan ternama itu. Tubuh mereka sangat lelah dan penat sekali.<br/><br/>Rory mambantu membereskan perlengkapan mereka. Si kembar hanya bisa memijat-mijat kaki masing-masing setelah lelah ber-high-heel selama 8 jam. "Flair, besok akan aku panggilkan pemijat kita ke rumah agar kalian bisa relax kembali. "Celetuk Rory khawatir.<br/><br/>"Owh Rory, you are the best." Sahut Fayre.<br/><br/>"Hey Rory, does the fourth uncle ever contact you??" tanya Fayre tiba-tiba membuyarkan lamunan Flair.<br/><br/>"Masih Fayre, dia menghubungi ku kemarin. Dia mengirim salam kepada kalian." jawab Rory.<br/><br/>"Just that? " timpal Fayre meyakinkan diri.<br/><br/>"We miss him very much. He had not visited the grave of his wife and child for two years." lanjut Flair sambil menghela nafas.<br/><br/>Dari dalam ruang tengah terdengar kucing meminta makan. Seketika ruang tamu tempat si kembar duduk itu menjadi hening. Segera si kembar melompat berlari ke arah ruang tengah. Di sana mereka melihat sesosok pria tampan yang berumur sekitar 36 tahun, tampan sekali berbadan tegap memakai kaos warna putih dengan celana abu-abu tua sedang berdiri di depan kulkas. Ia sangat tampan bahkan tidak terlihat seperti pria seusianya. Ia ditemani seekor kucing berukuran jumbo dari ras Maine Coon, dengan bulu-bulu panjang dan lebat berwarna abau-abu muda kecoklatan.<br/><br/>"Uncle Chad!!!!" seru Flair berteriak kegirangan ke arah pria tegap itu.<br/><br/>"Why don't you ask us to pick you up at the airport?" ucap Flair dan pria yang dipanggi Paman Chad itu saling berpelukan.<br/><br/>"Why you still bulbbling, Flair? " ucap pria itu sambil tertawa. Sementara Fayre hanya memandang paman Chad dengan tatapan sendu dari jauh. Ia lebih memilih meraih kucing besar itu dan mengelus bulu lembutnya. <br/><br/>Tapi berbeda dengan Fayre yang masih sangat mengagumi pria itu. Dari kecil detak jantungnya berdetak lebih kencang setiap berada dekat dengan pria yang baginya sangat mengagumkan itu.<br/><br/><br/>*) Follow IG : myazra_tyas</p>

Next chapter