webnovel

Bab 4 - Seringai Seorang Nolan

<p>Pada saat usia Fayre lima tahun, Chad muda berusia sembilan belas tahun, Chad kembali tinggal di rumah ayahnya setelah ia menyelesaikan sekolah dan tinggal di asrama. Saat itu Fayre sedang mengunjungi kakek mereka. Setiap melihat wajah tampannya, Fayre selalu malu. Chad. adalah anak angkat kakek Fayre. Karena ibunya terdiri dari tiga bersaudara yang ketiganya perempuan. Saat Nenek Fayre dinyatakan tidak diperkenankan untuk hamil lagi oleh dokter kandungan, kakek Fayre mengadopsi seorang anak laki-laki untuk memenuhi kerinduanya akan keberadaan laki-laki kecil di keluarga mereka.<br/><br/>Banyak sekali piala dan medali yang di raih Chad selama sekolah. Dari lomba studi, olah raga, penelitian, pramuka antar sekolah dan cabang-cabang penghargaan lainnya. Ia membuktikan ia sangat membanggakan walau hanya sebagai anak angkat di rumah itu. Fayre semakin mabuk kepayang melihat pria kecil yang memiliki banyak talenta itu. Ia selalu sibuk mengagumi sederet piala dan medali<br/>yang memenuhi dinding ruang tamu rumah kakeknya itu.<br/><br/>Pernah suatu saat, Fayre senang bersepeda kecil di rumah tua kakeknya itu. Saat berada di taman belakang rumah kakeknya, Fayre dikagetkan dengan seekor ular jatuh dari pohon. Ular itu begitu dekat dengannya dan besiap mematuk kaki kecil Fayre. Dari jauh Chad membawa balok kayu dan bersiap memukul ular itu. Dan benar, pukulannya tepat sasaran. Kepala ular berbisa itu pecah dan menggeliat hingga mati. Fayre kecil kemudian menangis, menjerit kaku. Segera Chad muda memeluk dan menggendong menenangkan Fayre, memberinya buah-buahan manis yang ia petik langsung dari kebun sekitar mereka. Mengusap lembut air mata Fayre hingga kering. Dan mengecup kening Fayre dengan penuh kasih sayang. Chad muda suka sekali dengan pipi pink Fayre yang memerah setiap kali diciumnya. Fayre kecil begitu imut dan lucu, seperti boneka. "Kamu mirip dengan sekali dengan strawberry." ucap Chad sembari membelai lembut rambut Fayre.<br/><br/>Pada saat usia Fayre 13 Tahun , Chad menikah dengan seorang gadis pujaan hatinya. Fayre pun datang ikut merayakan pernikahan itu. Namun dua tahun kemudian, pada suatu malam ketika musim salju, saat itu Fayre kembali diajak oleh orang tuanya menginap di rumah kakeknya lagi untuk merayakan pergantian tahun. Tiba-tiba istri Chad membuka pintu rumah dengan kasar menuju ke kamar tidurnya tanpa sedikitpun menghiraukan banyak orang yang berada di ruang tamu saat itu. Disusul Chad dengan langkah cepat ikut memasuki kamar mereka. Terdengar suara mereka beradu mulut dari dalam kamar. Keluarga yang berada di ruang tamu hanya bisa terdiam dan saling memandang mendengar kejadian itu.<br/><br/>Satu tahun kemudian terdengar kabar istri Chad melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu. Fayre dan keluarganya sempat menengok kelahiran anak pertama keluarga kecil itu. Satu tahun setelahnya terdengar lagi kabar Chad sekeluarga tertimpa kecelakaan yang menewaskan istri dan putri kecil mereka. Sejak saat itu Chad tidak pernah lagi terdengar menikah lagi. Chad memilih menggantikan posisi ayahnya untuk menangani perusahaan kecil di Amerika, karena terlalu banyak kenangan yang ingin ia simpan di negeri asalnya ini.<br/><br/>Setelah satu tahun berlalu, Ibu dara kembar itu mengundang Chad ke rumah mereka. Saat itu ibu mereka dalam keadaan koma karena sakit kanker yang dideritanya. Ibu mereka menitipkan mereka dan perusahaan bagiannnya untuk dijaga oleh Chad, karena ayah keduanya sudah lebih dulu pergi.<br/><br/>Dibantu oleh beberapa orang kepercayaanya Chad mengelola beberapa perusahaan dan bekerja demi Fayre dan Flair. Mencukupi kebutuhan keduanya dan mengirimkan Rory untuk membantu dan menjaga kedua keponakannya itu. Chad menjalankan amanat itu dengan sangat baik. Ia merupakan pria jujur, tidak sekali pun culas dalam mengelola perusahaan peninggalan orang tua si kembar. Hingga si kembar bisa kuliah dengan tuntas tanpa terganggu dengan masalah-masalah perusahaan.<br/> <br/>*****<br/><br/>Dua hari berlalu.<br/><br/>Sesi pemotretan hari ini dilaksanakan mulai pagi hingga tengah hari. Hadley sangaja datang menemani Flair, mereka resmi berpacaran dua tahun terakhir ini. Meskipun Flair adalah salah satu model anak buah dari agensinya, tapi hati Hadley tak bisa berpaling dari gadis itu.<br/><br/>Setelah si kembar selesai, keduanya diantar pulang oleh Hadley untuk mempersiapkan kehadiran mereka di acara pameran busana Idlina malam ini. Sejumlah perias artis sudah disiapkan di rumah besar keduanya. Tak Lupa dua dress hitam berkilau dengan model berbeda tetapi tetap senada yang dipesan Hadley untuk Flair dan Fayre juga sudah tersedia.<br/><br/>Hadley kembali menjemput mereka tepat waktu. Lelaki ganteng ini semakin sempurna tampilannya dengan jas hitam kelam yang ia kenakan. Dengan rambut licin mengkilat yang ditata rapi. Mampu membuat detak jantung Flair berdegub kencang memandangnya.<br/><br/>Hadley mengendarai kendaraannya dengan tenang, disampingnya duduk Rory yang tampil fresh dengan rambut barunya. Flair duduk tenang sambil sesekali saling berpandangan dengan Hadley dari kaca tengah sopir. Sementara Fayre sepertinya sibuk sedari tadi dengan tasnya.<br/><br/>"Sedari tadi di rumah kamu sangat gelisah, Fayre. Apa yang sedang kamu cari?" tanya Rory sambil membetulkan dasi hijau tuanya.<br/><br/>"Undanganku, Rory!" mata Fayre terlihat cemas. "Setiap Tamu yang hadir harus membawa undangan untuk dapat memasuki ruang pameran nanti, tapi undangan ku tidak ada dalam tas manapun!!" balas Fayre panik.<br/><br/>"Aku sudah mencarinya tetapi tidak ku temukan!" lanjut Fayre.<br/><br/>Mereka berempat tiba tepat waktu. Saat berada di pintu masuk menuju ruang pameran, Flair menggandeng lengan Hadley lalu mereka berjalan beriringan. Sementara Rory sibuk dengan ponselnya dan pergi mencari seseorang. Sedangkan Fayre, meremas-remas sapu tangan di tangannya dengan cemas hingga basah. Ia kawatir jika tak diijinkan masuk ke dalam ruang pameran busana, jika itu terjadi mungkin ia lebih memilih pulang.<br/><br/>Tiba di antrian pintu masuk. Hadley dan Flair memberikan undangan keduanya kepada panitia acara, sedangkan Fayre berada di belakang mereka. Dan tiba-tiba Fayre terkesiap, seorang pemuda berbandan tinggi bahkan lebih tinggi dari Hadley memberikan undangan kepada panitia tepat saat ia maju di depan panitia yang meminta undangan.<br/><br/>"Nona Fayre Hannalee Bosley! " tukas panitia kepada Fayre. Fayre terdiam membatu, tak disangkanya yang berdiri di depannya memberikan undangan atas namanya adalah Kenrick!! Mata Fayre membulat, memandang sosok angkuh pria di hadapannya kini.<br/><br/>"Tuan Kenrick Alder? ", sebut panitia membuat Fayre sadar kembali.<br/><br/>Keduanya bersama-sama memasuki ruang pameran. Ekspresi Kenrick hanya datar saja, bahkan lebih suka membuang muka dari Fayre. Fayre bingung bagaimana harus bersikap pada pemuda congkak ini. Hati baiknya ingin sekali mengucapkan terima kasih. Tapi melihat sikap Kenrick yang memuakkan membuatnya bingung antara membuka mulut berterima kasih atau bersikap tidak peduli.<br/><br/>Fayre menuju ke meja orange juice, meminum segelas orange juice hingga habis dan mengambil segelas lagi. Matanya berputar mencari kembarannya diantara kerumunan manusia yang tidak dikenalnya. Tangan kanannya mengusap leher jenjangnya tanda ia tak nyaman dengan apa yang baru saja terjadi. Fayre melangkah maju tapi matanya melihat ke belakang, akibatnya terdengar suara brukkk!!!! Ia menabrak seseorang. Pria ini lagi!!! Serunya dalam hati.<br/><br/>"Untung saja minuman mu tidak tumpah di pakaianku!" seru Kenrick keras, ia panik melihati jas hitamnya.<br/><br/>"Maafkan!!" ucap Fayre dengan sedikit membungkuk. Tidak ada kata lain lagi yang bisa ia sampaikan karena kali ini memang ia tidak waspada.<br/><br/>"Sudahlah!! " ucap Kenrick menyudahi amarahnya karena kasihan melihat Fayre tegang tak ingin berkutik. Dan ia pun berlalu.<br/><br/>"Tunggu!!! " teriak Fayre mengehentikan langkah kaki Kenrick. Kenrick kemudian membalikkan badan ke arah Fayre. Fayre seperti hendak mengatakan sesuatu.<br/><br/>Tapi, "Tidak usah berterima kasih, undangan itu ku temukan dibawah meja dua belas tempo hari di kelas memasak. " jawab Kenrick masih kesal dan segera pergi berlalu.<br/><br/>Fayre sungguh jengkel dengan sikap arogan Kenrick itu. Tapi setidaknya gumpalan es di kepala Fayre sudah meleleh mendengar jawaban Kenrick barusan. Lalu Fayre pun kembali mencari saudara kembarnya yang masih belum terlihat sama sekali jejaknya.<br/><br/>Di tempat lain, Flair baru saja keluar dari pintu toilet wanita.<br/>"Miss Flair, suatu kebetulan kita berjumpa di sini." Sapa Nolan mengejutkan Flair.<br/><br/>Pria berusia sembilan tahun di atas Flair itu berdiri di lorong toilet sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana. Tidak biasanya orang ini bersikap hangat.<br/><br/>"Bagaimana kabarmu hari ini? " lanjut Nolan tanpa senyum.<br/><br/>"Kabar baik, Mister." jawab Flair tanpa ingin bertanya balik. Ia segera ingin cepat mengakhiri percakapan ini.<br/><br/>"Aku tidak melihat ada cincin itu di jarimu." tanya Nolan sambil berjalan maju mendekati Flair.<br/><br/>"Owh, saya lupa memakainya, Mister. " balas Flair. Padahal ia sama sekali tak tertarik memakai cincin itu walau kilau permatanya mampu membuat setiap wanita yang melihatnya meneteskan air liur. Flair memundurkan jalannya menghindari Nolan.<br/><br/>"Maaf, Mister. Jika tidak ada lagi yang ditanyakan saya akan kembali ke ruangan. Pak Hadley pasti sudah menunggu saya sedari tadi. " Flair berbalik arah hendak meninggalkan Nolan.<br/><br/>"Tunggu dulu!" sergah Nolan semakin melebarkan langkah kakinya. Dan,<br/><br/>"Untuk semuanya aku tidak mendapatkan ucapan terima kasih?" lanjut Nolan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Flair. Bahu pria dingin itu menekan dada atas Flair.<br/><br/>"Kurang ajar!" ujar Flair berontak.<br/><br/>Flair mundur menjauhkan tubuhnya dari tubuh Nolan. Flair memandang tajam ke arah Nolan ingin sekali menampar pria kurang ajar itu dengan tas pestanya. Melihat mata Flair yang menatap tajam padanya, Nolan sedikit mendongak sambil menatap balik pada Flair dengan tatapan super dingin.<br/><br/>"Kau tidak tahu siapa aku?" ucapan Nolan menaikkan nada bicaranya.<br/><br/>" Saya tahu Anda seorang boss besar dan saya kira kita tidak sepadan! " jawab Flair ketus.<br/><br/>Nolan terus memojokkan Flair ke arah tembok di belakang tubuh Flair. Saat sudah terhimpit tembok, Flair benar-benar tak bisa mundur lagi, Nolan mengeluarkan tangan kirinya dan menekankan telapak tangannya ke tembok tersebut.<br/><br/>"Tolong jangan menghalangi langkah saya, Mister!" pinta Flair ketus.<br/><br/>"Biarkan aku mengatakan apa yang aku mau!" ucap Nolan memaksa.<br/><br/>"Saya sama sekali tidak tertarik untuk mengetahuinya, biarkan saya pergi!" ujar Flair semakin memuncak.<br/><br/>"Lots of women want to be next to me like this, why do you reject me?" ucap Nolan di telinga Flair.<br/><br/>Dilihat dari sini wajah Nolan terlihat begitu tampan. Meskipun raut mukanya sedingin bongkahan salju. Ia sama sekali tidak bisa di katakan jelek walaupun usianya termasuk sudah matang.<br/><br/>"Lepaskan saya, Mister. Perbuatan Anda ini sama sekali tidak sopan untuk wanita!" ucap Flair sambil mendorong tubuh Nolan yang semakin merapat⅕ ke tubuhnya.<br/><br/>"Memangnya apa yang hendak saya lakukan padamu?" ucap Nolan sambil menyeringai menahan dorongan tangan Flair dan semakin memajukan kaki mendekati kaki Flair.<br/><br/>Tubuh Flair terus berontak diperlakukan demikian oleh Nolan. Kaki ber-High heel lancip Flair menginjak tajam ke arah pantofel Nolan. Menginjaknya sekuat tenaga. Nolan luar biasa kesakitan di bagian jempol kakinya. Flair berhasil melepaskan diri dan segera berlari menuju pintu keluar. Di pintu lorong terlihat Hadley yang keheranan melihat Flair tergopoh-gopoh berlari kecil seperti melihat hantu.<br/><br/>Flair keluar melewati Hadley. Dari arah berlawanan Hadley melihat Nolan yang berusaha tenang berdiri sambil memasukan tanganya ke saku celana berlaku seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Padahal ia sangat menahan sakit pada ibu jari kakinya di depan Hadley, high heel Flair serasa masih menancap di sana. <br/><br/>Ada keperluan apa Nolan berbicara pada Flair? Pikir Hadley sejenak. Tidak mungkin berkaitan dengan pekerjaan tanpa memberitahukan padaku dulu. Sepertinya Nolan semacam ada ketertarikan pada Flair. Dan pasti sulit untuk dicegah. Batin Hadley bergumam. Hadley menunduk menyapa bosnya itu dan menyusul Flair.<br/>.<br/>.<br/>.<br/>*) Jangan lupa follow IG : Myazra_tyas</p>

Next chapter