webnovel

True Love : Senior! I Love U

Matanya dan mata hangat itu beradu sama-sama terkejut menyadari keberadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri pernikahan sahabatnya sekaligus pernikahan laki-laki yang sangat dia cintai. Arsen. Dia bisa merasakan ada kabut yang menggelayut di matanya, ada gumpalan air yang memaksa keluar dari sana dan dia butuh menghindar dari tempat itu untuk menumpahkannya. Namun, entah kenapa kakinya tiba-tiba sulit untuk di gerakkan, kepalanya tiba-tiba pusing dan dia hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Menyaksikan pemandangan yang sangat menyiksa hatinya, berdiri menyaksikan kenyataan yang tidak pernah di pikirkan sebelumnya. Dia harus mendengarkan janji-janji suci pernikahan yang di ucapkan dia harus melihat laki-laki itu menyematkan cincin pernikahan di jari manis sahabatnya. Dan dia harus melihat laki-laki itu memberikan ciuman pertamanya pada sahabatnya. Dia tidak tahan dengan semua itu. Tidak tahan dengan semua rasa sakit yang mulai menyerang hatinya, tidak tahan untuk segera menumpahkan air matanya. Namun itu pun tidak bisa di lakukannya, air matanya tidak bisa menetes seolah membeku seperti kebekuan hatinya yang sudah tidak bisa merasakan apa-apa.

Ahra_August · Urban
Not enough ratings
406 Chs

DUA PULUH SATU

Sosok tinggi itu berjalan memasuki sebuah toko pakaian dengan saksama memperhatikan setiap pakaian yang ada di gantungan atau yang terpajang pada patung. Matanya tidak pernah luput dari baju satu ke baju yang lain, dia mendesah, dia belum menemukan baju yang menarik perhatiannya. seharusnya dia membawa pakaian lebih banyak dalam kopernya sekarang dia harus belanja lagi. Tapi dia tidak putus asa, matanya terus berkeliling mencari baju yang di inginkannya, dan dia tersenyum puas ketika mendapati baju yang di pajang pada patung paling ujung menarik perhatiannya. Dia ingin mengulurkan tangannya meraih baju tersebut tapi gerakannya seketika terhenti saat uluran tangan halus lebih dulu mengambilnya. Dia mendesah kecewa, lalu menoleh ke arah pemilih tangan lembut itu.

Seorang gadis cantik yang selama ini dia temui hanya dalam mimpi, kini berdiri nyata di hadapannya lengkap dengan senyum manis di bibirnya.

"Akhirnya! Aku menemukan sesuatu yang bagus untuk kakak! Dia pasti suka dengan pilihanku!" suara gadis itu terdengar renyah di telinga dan masih sama seperti sebelumnya.

Dia masih terpana melihat gadis itu tersenyum senang, senyum yang selama ini menghantuinya, senyum yang begitu manis dan terlihat begitu tulus. Mungkin dia juga mencari baju itu untuk seseorang yang dia sayang.

Seolah menyadari pikirannya salah, sosok itu mengerutkan kening tidak suka. Seolah menyadari kalau wajahnya di perhatikan gadis itu pun menoleh, dan seketika itu pula senyum itu lenyap dari bibirnya, tubuh gadis itu tiba-tiba menegang dan membeku.

Sosok tinggi itu ingin membuka mulut ketika mendengar gadis itu bergumam sangat pelan dengan suara bergetar, menyebut namanya.

"Arsen..."

Arsen merasa senang karena gadis itu masih mengingatnya, tapi hatinya marah karena gadis itu juga telah meninggalkannya.

...Elise... Ujarnya di hati. Akhirnya kita bertemu lagi.

*****

Elise menggerutu pelan mengamati pakaian yang tergantung rapi di rak, serta yang terpajang pada patung. Dia masih kesal karena Daniel tidak datang tepat waktu, membuatnya harus menunggu lebih dari setengah jam. Dia paling tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu, dan ingin menolak pergi, apa lagi mendung sudah bergantung di langit. Pasti sebentar lagi hujan akan turun mengguyur kota X, dan dia tidak suka hujan saat malam hari, apalagi jika ada kilat dan petir. Dan sekarang Daniel entah ke mana, pria aneh itu memaksa mengajaknya belanja tapi dia sendiri telah menghilang entah ke mana meninggalkan sendiri.

Elise masih menggerutu tidak jelas, sambil tetap mengamati pakaian yang tergantung, memegangnya dan mengira-ngira apakah itu cocok atau tidak. Ketika akhirnya pandangan matanya tertuju pada satu patung yang berada di ujung, pakaian itu sangat menarik, kemeja hitam, dengan garis-garis putih horizontal di sebelah kiri, dia juga bisa melihat kakaknya yang semakin tampan saat memakainya. Dengan sigap dia berjalan ke arah patung dan mengambil baju yang terlipat di atas meja, satu-satunya yang tertinggal sedangkan ukuran yang ada di patung sedikit kecil.

"Akhirnya aku menemukan sesuatu yang bagus untuk kakak! Dia pasti akan menyukai pilihanku!" gumamnya senang dengan senyum yang mengembang di bibirnya, sesaat dia lupa tentang Daniel.

Elise mengamati pakaian yang sudah di pegangnya itu ketika keningnya tiba-tiba berkerut. Apa ini perasaanku saja! Kenapa rasanya aneh, gumamnya dalam hati. Seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Dengan menghela napas pelan dia pun menoleh. Dan seketika itu juga senyum yang tadi mengembang di bibirnya lenyap tak tersisa. Tubuhnya seketika menegang dan dia bisa merasakan kakinya membeku tidak bisa di gerakkan. Dia melihat sosok tinggi yang berdiri di hadapan nya, dia ingat wajah itu,wajah orang yang selama ini membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia...

"Arsen?" Elise mendapati mulutnya yang tiba-tiba bergumam sangat pelan dengan suara bergetar.

Elise bisa melihatnya mengerutkan kening. Kenapa?

Elise menggosok-gosok matanya dengan punggung tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Nyata kah ini? Nyatakah yang di lihatnya ini? Apakah ini mimpi?

"Kau juga menginginkan baju itu?" suara itu membuat Elise tersentak .

"Oh, eh, itu... Apa?" Elise terbata.

"Kau juga menginginkan baju itu?" ulangnya sambil menunjuk ke baju yang di pegang Elise.

Elise mengerut kening. Kenapa dia tidak terkejut? Apakah dia tidak mengenalku lagi? Kenapa? Kenapa dia tidak mengenalnya lagi?

"Kau... Apakah kau... Arsen?"

Bodoh, kenapa mulutnya tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan itu. Apa dia berpura-pura tidak mengenalnya? Tapi untuk apa?. Apa dia masih marah?

"Maaf aku bukan Arsen." Jawab sosok tinggi itu ringan.

Elise semakin mengerut kan kening. Jika dia bukan Arsen? Lalu siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip, memang wajah yang pria yang berdiri di hadapannya saat ini terlihat lebih dewasa dari pada wajah Arsen yang ada di ingatannya. Perhatian Elise jatuh pada pergelangan tangannya yang tertutup oleh lengan jaket. Elise menghela napas tidak bisa melihat ke balik lengan jaket tersebut.

"Maaf! Aku kira kau orang yang ku kenal, soalnya wajah kalian begitu mirip... Sekali lagi maaf kan aku!"

Sosok tinggi itu tersenyum, kembali membuat hati Elise bergetar seakan dia melihat Arsen benar-benar berdiri di hadapannya.

"Tidak apa-apa.. kejadian seperti ini sudah sering menimpaku.." ujarnya santai.

Elise merasa malu "Terima kasih.."

"Mm, kalau boleh tahu siapa itu Arsen, kenapa kau terlihat sangat bahagia saat menyebut namanya, apa dia kekasihmu, apa kau sedang membeli baju untuknya?"

Elise terdiam sejenak, dia tidak tahu harus menyebut hubungan nya seperti apa dengan Arsen, karena dulu dia yang meninggal kan pemuda itu, memutuskan hubungan mereka begitu saja.

"Ah, bukan siapa-siapa! Hanya junior yang ku kenal!".

"Oh, seperti itu?"

Entah kenapa rasanya Elise mendengar nada suara sosok tinggi itu sedikit marah, apakah dia salah mendengar?

"Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.." katanya lagi "Kalau begitu sampai ketemu di lain waktu.." sosok itu tersenyum sekilas. Lalu melangkahkan kakinya. Namun Elise menahan nya, membuat sosok tinggi itu terkejut dan cepat-cepat melepaskan pegangan tangannya.

"Oh maaf! Jika aku mengejutkanmu.. bukankah kau mencari baju ini?" tanya Elise.

Sosok tinggi itu diam lalu mengangguk dengan wajah datar. Dalam hati Elise bertanya-tanya apakah dia menyinggung perasaan pria itu, kenapa dia terlihat marah?

Sosok tinggi itu mengangguk.

"Lalu, apa kau menginginkannya?"

Sosok itu menggeleng "Aku bisa mencarinya di toko lain, lagi pula aku juga tidak ingin memakai pakaian yang mirip.."

Elise tertegun. Kenapa sekarang dia terdengar lebih ketus. Apakah dia benar-benar telah menyinggung perasaan pria itu? Tapi kapan? Kenapa dia tidak ingat.

"Kalau begitu sampai jumpa, kau juga harus cepat pulang kalau tidak ingin kehujanan di jalan."

Elise mengangguk "Hati-hati di jalan" katanya sambil melambaikan sebelah tangannya.

Sosok itu pun sekilas membalasnya, lalu kembali melangkah dan lima detik kemudian dia sudah menghilang di balik pintu. Elise tertegun dia merasa senang bisa bertemu dengan orang yang begitu mirip dengan Arsen.

Mata itu, senyum itu, bahkan suaranya, sudah berapa lama dia tidak melihatnya? Gumamnya pada diri sendiri.

"Elise! Kau sudah selesai?" suara seseorang dari belakang untuk kedua kalinya hari ini membuatnya tersentak dia pun langsung berputar dan menatap kesal ke wajah pemilik suara itu.

"Yah! Kau Daniel! Kenapa kau sangat mengesalkan hari ini, pertama terlambat datang dan sekarang kau mengejutkanku! Kau sangat pandai membuatku jantungan!"

Daniel tersenyum "Maaf.." ucap Daniel santai "Oh! Kau menemukan pakaian yang bagus! Untuk kakakmu?.

Elise tidak menjawab dia hanya berjalan menuju kasir bersama baju yang di pegangnya. "Kau sendiri sepertinya sudah memborong isi toko ini!" ujar Elise melirik kantong belanja yang di pegang Daniel.

"Siapa suruh aku begitu tampan, hingga banyak orang yang meminta di belikan hadiah.." jawab Daniel percaya diri.

Elise menggeleng dengan tingkah percaya diri milik Daniel. "Baiklah, sekarang kita harus cepat pulang kalau tidak mau kehujanan di jalan."