Ayah Ling menepati janjinya, dia mengajak Ibu Ling dan Ling Chu ke butik terbaik di kota A. Sudah sejam Ibu Ling memilih gaun untuk putri kecilnya.
Ibu Ling tersenyum puas dengan gaun biru muda yang didekorasi dengan mutiara dan permata ruby di tengah pita besar pada bagian tulang ekor.
"Sayang kamu sangat cantik dan imut. Apa kamu menyukainya?" Tanya Ibu Ling.
Ling Chu mengelap keringat akibat gerah berganti gaun berkali-kali. Dia segera mengangguk dengan puas memeluk Ibu Ling, "Aku sangat menyukainya Bu! Gaun ini sangat cocok untukku, ya'kan Yah?"
"Ya ya, Xiao Chu terlihat seperti peri kecil. Ini adalah gaun terbaik diantara lainnya" Kata Ayah Ling dengan ucapan sedikit berlebihan. Nyatanya masih banyak gaun yang lebih indah dari gaun biru yang dikenakan Ling Chu.
"Benarkah?" Tanya Ibu Ling ragu-ragu dengan gaun biru itu.
"Ya!" Ucap Ling Chu dan Ayah Ling bersama. Pegawai yang melihat pemandangan ini hanya bisa menahan kelucuan anak dan ayah ini.
"Mari kita bayar dulu gaun cantik Ling Chu" jawab dengan Ayah Ling mencoba mengalihkan perhatian Ibu Ling untuk memilih yang lain.
Mereka sampai di rumah siang hari. Ling Chu beristirahat selama tiga jam sebelum Ibu Ling mengajak ke salon kecantikan.
Berdandan untuk acara ini sudah menguras separuh energinya, tiba-tiba Ling Chu benar-benar rindu kasur empuknya.
.
.
.
Ling Chu tidak sabar, dia berjalan di koridor lebih cepat daripada yang lain. Ekspresi polos dan ingin tahunya menarik banyak perhatian, beberapa nyonya tua tidak tahan mencubit pipi kecil Ling Chu.
Ling Chu kabur ke pelukan Ibu Ling, bersembunyi dalam pelukannya. Namun dia tetap penasaran dengan situasi meriah pesta keluarga Guo. Dia ingin tahu seperti apa pesta yang diadakan oleh keluarga terkaya di kota A.
Semua orang berkumpul di tengah-tengah panggung kecil. Ling Chu terlalu pendek tidak bisa melihat protagonis pria, Guo Chen. Dengan pasrah Ling Chu hanya bisa mengikuti orang-orang bernyanyi dan bertepuk tangan.
Dua jam berlalu, Ling Chu duduk di tempat sepi yang jarang di lewati orang. Dia sangat-sangat bosan, sebagian besar orang dewasa membahas bisnis yang tidak dia mengerti. Perjamuan ulang tahun anak-anak tidak jauh berbeda dari acara bisnis pada umumnya.
Menyesap minumannya dengan santai, Ling Chu kaget melihat Ling Yao datang dengan wajah muram. Dia memiliki firasat sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Xiao Chu~" Panggil Ling Yao yang senyum palsu.
Ling Chu menghindari Ling Yao yang memanggil namanya. Ling Chu cepat-cepat keluar dari ruang perjamuan menuju taman untuk bersembunyi dari Ling Yao.
Koridor yang sepi diwarnai dengan bunyi hak kecil Ling Chu. Dia mendengar suara hentakan hak yang lebih cepat dari belakang.
Ling Chu : "!!!!!" Ling Yao berlari mengejarnya!
Taman masih sangat jauh, Ling Chu tidak akan ke sana, dia memutuskan masuk ke semak-semak bunga merah. Beruntung rongga semak itu besar jadi tidak meninggalkan goresan pada tubuh Ling Chu.
Tanpa berpikir panjang Ling Chu bergerak maju ke dalam semak. Saat berjalan Ling Chu tertegun tidak menemukan pijakan kaki lagi pada semak-semak itu.
Ling Chu : "#@*&€!!" Semak-semak adalah pagar pembatas lantai ini dengan lantai bawah!
Ling Chu yang tidak siap segera jatuh. Beruntung di bawah Ling Chu tempat kolam ikan jadi dia tidak terlalu keberatan terjun ke bawah.
Byur!
Ling Chu berjuang di dalam kolam ikan, dia tidak menyangka kolam ikan ini cukup dalam!
Ling Chu : "!!!!!" Aku tidak ingin mati tenggelam seperti ini!
Sulit bagi Ling Chu untuk mengambil nafas dipermukaan air. Gerakannya tertahan oleh ikan koi yamg ada dalam kolam. Beberapa ikan koi di sekitar Ling Chu dengan panik mengibaskan ekor mereka hingga menampar wajah kecil Ling Chu.
Sebelum Ling Chu meraih tepi kolam, seseorang mencengkram gaunnya kemudian menarik dia keluar dari kolam ikan.
Mata bulat Ling Chu memerah memandangi sosok buram di depannya.
Sosok anak laki-laki berambut hitam dengan mata biru terang yang penuh energik memandang Ling Chu seperti kucing bodoh yang menyedihkan.
Remaja itu berdecak, memandang jijik Ling Chu yang kebingungan. Dia melempar Ling Chu seperti membuang benda mati.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Menerobos masuk ke rumah orang sembarangan. Tidakkah orang tuamu mengajarkan etika sebagai tamu?" Kata remaja itu mengomeli Ling Chu dengan arogan.
Ling Chu memahami hinaan remaja itu, dia berdiri meminta maaf karena tidak sopan mengganggu ketenangan penghuni rumah ini.
Dia baru memulai misi pertama kalinya dan Xiao Qiu sendiri tidak terlalu berguna jadi dia harus berjuang sendiri.
Akan lebih baik bagi Ling Chu tidak menyinggung orang-orang protagonis, salah satunya keluarga Guo. Protagonis pria sangat mencintai keluarga kecilnya jika seseorang menyakiti atau mengganggu anggota keluarganya, jangan harap bisa hidup tenang.
Ling Chu memberi salam hormat dengan menarik sedikit ujung gaun yang basah lalu berkata dengan suara kecil, "Maafkan aku tuan muda, aku tidak sengaja tersesat saat bermain petak umpet"
Ling Chu yang malu memandangi lengan kemeja remaja itu basah karena menarik tubuhnya keluar dari kolam ikan.
"Hmm.. terima kasih juga telah menyelamatkanku" kata Ling Chu yang tersenyum canggung.
Ling Chu tidak menunggu tanggapan remaja itu, dia berlari kecil menaiki tangga untuk kembali ke ruang perjamuan.
Sebelum berlari jauh, tangan Ling Chu digenggam oleh seseorang. Remaja ini lebih tinggi dari remaja yang baru saja Ling Chu temui dan seumuran dengan Ling Yao. Penampilannya yang elegan dan dewasa membuat Ling Chu terkesima terutama mata hitamnya yang memikat itu.
Remaja itu tersenyum ramah memandangi pipi bengkak dan merah Ling Chu. Dia ingat adegan wajah kecil ini ditampar beberapa ikan koi milik kakeknya.
"Pft!"
Ling Chu dengan bodoh mengamati remaja yang beberapa tahun lebih tua darinya. Dia seperti memandang konyol padanya.
Ling Chu cemberut menyadari bahwa dia seperti kucing yang tercebur di gorong-gorong. Dia benar-benar jelek sekarang.
Remaja itu mengetahui perubahan hati Ling Chu. Mata kecilnya memerah, bibir mengerucut seperti anak itik, menggenggam erat sudut gaun yang basah. Remaja itu menjadi canggung, dia tidak sengaja mempermalukan gadis kecil ini.
"Ek-hem, maaf aku tidak bermaksud mempermalukanmu" kata remaja itu sambil melepas jas lalu meletakkannya di tubuh mungil Ling Chu yang sedikit gemetar oleh udara malam.
"Diluar sangat dingin. Kembalilah pulang" kata remaja itu dengan lembut sambil mengusap kepala Ling Chu "Juga kamu tidak perlu mengembalikan jas ini padaku"
"Ah, terima kasih atas kebaikan anda" Kata Ling Chu dengan sopan berbalik meninggalkan remaja itu.
Senyum lembut remaja itu segera berubah mengerikan. Remaja itu micingkan mata phoenixnya, memandangi kucing kecil lucu yang baru saja dia temui. Gadis kecil itu benar-benar menarik.
.
.
.
Tubuh Ling Chu tiba-tiba gemetar kedinginan, dia benar-benar tidak nyaman. Dia bergegas mencari orang tuanya. Betapa terkejutnya Ibu Ling melihat putri kecilnya basah kuyup.
Mereka memohon maaf pada keluarga lainnya harus kembali sebelum acara berakhir.
Ling Yao tersenyum mengejek pada kemalangan Ling Chu. Dia berpura-pura khawatir pada Ling Chu dengan patuh pulang ke rumah.
Besoknya Ling Chu demam tinggi selama tiga hari, dia terlalu lama terpapar angin malam. Ling Chu yang tidak berdaya harus mendekam di kamar selama masa pemulihan.
Tanpa mengetuk pintu Ling Yao masuk meletakkan nampan makanan Ling Chu. Dia memandangi wajah pucat Ling Chu dengan penuh penghinaan.
"Cepat makan kalau tidak kamu akan mati" ejek Ling Yao. Hati Ling Yao puas dengan kesialan Ling Chu jadi selama dia sakit, Ling Yao tidak mengganggunya.
Ling Chu terlalu malas berakting, dia dengan agresif berkata "Baiklah, aku tidak akan makan"
Ling Yao mengerutkan alis, tidak memahami maksud Ling Chu "Apa maksudmu?"
"Bukankah kamu lebih suka aku mati?" Kata Ling Chu dengan datar. Dia melempar handuk kompres sembarangan.
"Pergilah, aku tidak berselera saat kamu ada disini" kata Ling Chu yang bersiap untuk lanjut tidur.
"Kamu mengusirku?!" Kata Ling Yao kesal, dia tidak kapan gadis kecil ini mulai berani melawan. Saat ini orang tuanya ada di rumah, dia tidak bisa memukul Ling Chu jadi dia hanya bisa menatap garang Ling Chu kemudian berbalik membanting pintu dengan kasar.
Langkah kaki Ling Yao menghilang, Ling Chu membuka selimut untuk makan bubur hangat. Dia benar-benar lapar dengan cepat menghabiskan bubur hambar tanpa khawatir diracuni Ling Yao.
Meski rasanya hambar terasa hangat di dalam perut kecilnya. Ling Chu bersendawa dengan puas merebahkan tubuhnya yang mulai demam lagi.