webnovel

nineteen

Citra berlari menuju salah satu mall, tempat mereka janjian akan bertemu. Citra sengaja untuk tidak berangkat bersama dengan Wisnu tapi laki-laki itu memaksanya untuk tidak membawa mobilnya, membuatnya terpaksa naik angkutan umum, panas dan jimpitan, ia bahkan harus berjalan sekitar sepuluh menit sebelum sampai di tempat tujuan. Ketika ia melihat Wisnu yang menunggu di pelataran mall, Citra menghela napas lega.

"Hufh.. hufh.. panas! Kenapa kau sangat kejam padaku! Ini jauh dan sangat panas! Seharusnya aku membawa mobilku tapi kau mengancamku! Apa yang kau mau dariku!" ketus Citra dan melotot pada Wisnu.

Laki-laki itu tersenyum kecil menyerahkan sebotol air mineral "Minum ini.."

Citra merebut botol itu dan membuka tutupnya lalu meneguknya hingga tinggal setengah lalu menyerahkan sisanya pada Wisnu "Terima kasih!" sejenak Citra menatap penampilan Wisnu yang rapi dan... tampan. "Kau.. apakah selalu berpakaian seperti ini?"

Wisnu menatap dirinya sendiri "Seperti ini?" bibirnya terangkat "Ya, kau bisa mengatakannya.. ayo kita cari sekarang hadiahnya." Ajak Wisnu.

Citra merasa malu meskipun ia berpakaian rapi tapi karena berjalan terlalu lama di bawah panas matahari membuatnya berkeringat. "Hadiah seperti apa yang ingin kau beli.."

"Aku juga tidak tahu.. apa kau bisa membantuku mencarikan hadiah yang bagus untuknya.." tanya Wisnu lagi.

Mereka yang sudah berada di toko mainan anak-anak melihat sekeliling ada banyak pilihan, Citra berpikir sejenak lalu bertanya "Berapa umur keponakan mu itu, cewek apa cowok.?"

"Cewek. tujuh tahun."

"Oh. Gadis kecil.. biasanya gadis kecil seperti itu akan menyukai sesuatu yang lucu dan berbulu.. lebih baik kau beli ini saja.." Citra menyerahkan sebuah boneka beruang warna cokelat pada Wisnu. Ukuran boneka itu tidak besar juga tidak kecil sangat cocok untuk di peluk oleh anak perempuan di usia tujuh tahun.

Wisnu menatap boneka itu sejenak mengambilnya dan berkata "Baiklah! Bagaimana denganmu.."

"Apa? Ada apa denganku?" Citra bingung.

"Apakah ada yang kau sukai?" mendengar itu citra mengangkat alisnya.

"Menurutmu? Apa yang aku sukai sekarang?" tanya Citra balik. Wisnu menatap mata Citra lama.

"Andai saja aku bisa membaca pikiran sepertimu, mungkin aku tidak akan membuat kesalahan seperti ini.." gumam Wisnu.

Citra mengerut kening sepertinya dia telah salah bertanya. Ia sedikit terbatuk "Akhem.. yah.. sesuatu yang telah berlalu biarkan saja berlalu."

"Wisnu! Benar ini kau! Ya ampun! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau ingin pergi membeli sesuatu yang lucu seperti ini.?" Sebuah suara ramah namun sedikit centil terdengar dari arah belakang Citra.

Tanpa menoleh pun Citra bisa menebak siapa gadis itu. Wajahnya langsung berubah suram, dan sedikit bergerak ke samping, berharap keberadaannya tidak di lihat oleh gadis itu. Namun sialnya Wisnu melihat gerakan Citra yang akan melarikan diri langsung menangkap tangannya dan merangkul bahu Citra seolah mereka pasangan kekasih. Citra bisa melihat dengan jelas senyum gadis itu kaku seketika. Bibirnya tersenyum tapi tidak dengan matanya yang menatap tajam pada Citra.

"Apa yang kau lakukan!" desis Citra berusaha melepaskan tangan Wisnu.

"Oh! Manda.. kau di sini juga? Maaf aku pikir kau pergi dengan teman-temanmu." Kata Wisnu dengan nada datar.

"Citra juga di sini.. kebetulan sekali. Apa kalian sudah baik kan?" suara Manda terdengar aneh di telinga Citra apakah ada sesuatu yang tidak di ketahui nya kenapa manda seakan memusuhinya.

"Manda! Kita sudah membahas ini berulang kali jangan mengungkitnya lagi! Kami masih harus mencari barang. Sampai jumpa lagi.." Wisnu sepertinya ingin menjauhkan Citra dari Manda.

Tapi terlambat Citra menatap mata Manda cukup lama, gadis itu seperti patung semakin lama keningnya berkerut, Wisnu bisa menebak kalau Citra sedang membaca pikiran Manda. "Citra.. apa pun yang kau tahu.."

"Kecelakaan? Apa maksudnya.. wisnu?" tanya Citra bingung menatap Wisnu berharap laki-laki itu menjawabnya. "Dan apa hubungannya denganku?"

Manda tersenyum tipis "Oh! Bukan apa-apa.. sepertinya kakak pertama mu telah melakukan sesuatu pada mu.. syukurlah.."

"Manda!!" Wisnu menggeram memperingati Manda untuk tidak mengatak sesuatu lagi.

Manda mengangkat alisnya dan tertawa kecil "Ah, maaf.. sepertinya aku sudah menakutimu.. baiklah, kalian lanjutlah berbelanja aku juga harus ke teman-temanku di sana. Oh.. ngomong-ngomong apa kalian mau pergi nonton bioskop bersama kami?"

"Tidak!"

"Boleh!"

Wisnu menatap Citra tidak percaya, sedangkan Manda tersenyum lebar "Bagus! Kalau begitu aku akan membeli tiket lebih untuk kalian jangan lupa berkumpul di bioskop setengah jam lagi! Oke. Aku menunggu mu di sana.."

Manda pun pergi. Sesaat kemudian Citra tertawa kecil menatap lampu tidur berbentuk jamur, tatapannya hampa "Apa ini.. apakah salah paham lainnya yang kau maksud itu? Wisnu.. kau benar-benar pemain perasaan wanita.." kekeh Citra dan mengambil asal sebuah gantungan kunci "Aku suka ini." Katanya dan menunjukkan nya pada Wisnu.

Wisnu tidak peduli apa tanggapan Citra tentangnya dan tidak peduli juga apa maksud dari 'pemain perasaan wanita' sekarang selama Citra tidak menjauh darinya itu sudah cukup dengan cepat ia mengambil gantungan kunci dari tangan Citra dan pergi membayarnya bersamaan dengan boneka beruang hadiah untuk keponakannya.

"Kenapa kau memegang tanganku terus?" tanya Citra mengikuti langkah Wisnu. "lagi pula aku bukan anak kecil tidak akan hilang di tempat ramai seperti ini.."

Wisnu berkata dengan nada suram "Kenapa kau setuju untuk pergi nonton bersamanya? Bukankah kau tidak menyukainya selama ini?"

Citra tertawa kecil "kenapa? Kau terlihat sangat tidak senang? Bukankah ini bagus? Aku bisa mencari tahu tentang mu darinya.."

"Ck!" wisnu mendecak lidah "Kau bisa bertanya padaku!"

"Hm..." Citra menggeleng kan kepalanya "Aku tidak bisa.. ingatan Manda sangat mudah ku baca, bahkan aku bisa menebak apa yang akan dia lakukan selanjutnya tapi kau.. aku tidak bisa membaca masa lalumu, masa sekarang apa lagi pikiranmu.. kau bisa saja berbohong padaku.. Jika ingin memberikan kesempatan aku tidak akan membuat kesalahan yang sama bukan?"

Wisnu terkejut mengambil belanjanya dan menarik Citra ke tempat yang sedikit lengang memegang kedua bahu gadis itu menatapnya serius "Apa maksudmu dengan memberikan kesempatan. Apakah aku.."

"Stop! Aku membiarkan mu untuk mengejarku tapi aku tidak berjanji untuk menerimamu cintamu!" kata Citra lalu melangkah pergi menuju lantai tiga di mana bioskop berada. Dari jauh Citra melihat Manda bersama dua orang teman-temannya, dua orang itu pernah ia lihat ketika acara reuni pada malam sebelumnya.

Manda melambaikan tangannya "Citra! Di sini."

Citra berjalan santai tidak terburu-buru juga tidak lamban "Maaf.. apa kami terlambat.."

"tentu saja tidak! Ini tiketmu. Dan wisnu.."

"Berikan pada Citra! Apakah kursinya dekatan?!" manda terdiam lalu mengangguk muram. Citra mengangkat sudut bibirnya dan berbisik dekat telinga Wisnu.

"Kenapa kau sangat dingin! Bukankah dulu dia gadis yang sangat kau manjakan?!"

Wisnu mengatup bibirnya rapat-rapat dan menarik Citra untuk lebih dekat dekatnya. "Jangan jauh-jauh dariku!"

****