webnovel

eighteen

"Hei! Kau sudah menatapnya sejak tadi. Kau bisa membunuhnya dengan tatapan tajammu itu?" Wisnu menoleh ke arah suara, dia adalah Romeo membawa dua gelas jus, dan menyerahkan segelas untuk Wisnu.

"Oh! Ku pikir kau tidak akan mau bicara denganku.."

Romeo tertawa kecil "Aku tidak akan bertindak kekanakan seperti mu," sindir romeo campur tawanya. Wisnu mendengus tertawa tanpa suara "Sudah lama tidak bertemu kau banyak berubah! Aku hanya mendengar kalau kau sudah kembali tidak menyangka akan datang juga.."

"Bagaimana lagi! Aku tidak ingin di sebut sombong!" kata Wisnu ketus.

"Kau masih sama seperti biasanya! Lalu kenapa kau menatap Citra seperti itu, apa kau mengenalnya?" tanya romeo yang masih menatap Wisnu penuh tanya.

Wisnu diam menghela napas menatap ke arah lain.

"Dari reaksimu aku bisa menebaknya sedikit! Sepertinya bukan hanya saling mengenal tapi kalian juga sedang bertengkar? Apa yang terjadi, kenapa kau membuat gadis itu marah? Dan kau dengan Reza harus berapa lama kalian seperti ini? Apakah tidak bosan!"

"Bosan! Tanyakan itu padanya! Apakah dia bosan! Dia mengabaikanku begitu saja tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Apakah itu masih salahku! Bahkan ketika aku berdiri di depannya dia masih bertindak seolah tidak mengenalku!" ujar Wisnu kesal. Saat teringat ketika mereka di kampus.

Romeo juga tidak tahu harus memberi nasehat seperti apa, karena jawaban mereka berdua sama. Lebih mudah karena Wisnu mau menjelaskannya tapi tidak dengan Reza, sahabatnya yang satu itu lebih memendam semuanya dalam hati. Di mana Manda?"

Wisnu menunjuk ke arah para gadis berkumpul. Remoe melihat seorang gadis cantik "Dia semakin cantik saja! Aku dengar dia tiba-tiba menghilang bahkan tiba-tiba memilih kelas privat. Kau juga sama. Apa kalian pergi bersama?"

Pandangan wisnu kembali lagi jatuh pada Citra, tatapan penuh penyesalan "Andai saja kau bisa memutar waktu.."

"Hah! Apa yang kau katakan?"

Wisnu melambai tangan nya meminta Romeo untuk melupakannya. "Apa yang kau lakukan selama ini?" tanya Wisnu balik.

"Tidak banyak! Sama sepertimu! Kuliah, kerja makan tidur!" Romeo menjelaskan dengan senyum jahil.

"Jangan sama kan aku denganmu!" kata Wisnu mendorong Romeo menjauh. Wisnu menegakkan tubuhnya saat melihat Citra pergi ke arah taman balkon kafe yang langsung menghadap ke laut. "Aku pergi sebentar!"

"Eh! Hei! Ke mana kau pergi!"

Wisnu berjalan dengan cepat menuju balkon, tempat itu sunyi karena tidak akan ada yang mau di sana karena dingin apa lagi angin dari laut yang bertiup kencang. Wisnu melihat punggung kecil citra membelakanginya.

"Apa yang kau lakukan di sini sendirian?"

Citra terkejut dan langsung berbalik "Wisnu..!" raut wajah Citra berubah datar "Apa aku harus memberitahumu ke mana aku harus pergi?" tanyanya ketus lalu kembali menatap laut.

Wisnu tidak mengatakan apa pun. Ia berdiri di samping Citra tidak dekat juga tidak jauh. "Citra.. aku minta maaf!"

"Kenapa?" citra juga tidak tahu kenapa dia mau berbicara dengan wisnu malam ini. Apakah karena terpengaruh suasananya.

"Karena kata-kataku waktu itu.."

"Kata-kata yang mana? Jangan memintaku untuk mengingatnya lagi, karena aku tidak akan mengingat hal buruk yang telah terjadi di masa lalu.."

Wisnu menghela napas berat "Ini.. sepenuhnya kesalahanku! Aku tidak mengatakan alasan ku padamu saat itu, kenapa aku bersikap seperti begitu membencimu. Bahkan aku mengatakan hal yang membuatmu sakit hati. Aku tidak apa-apa jika kau marah dan ingin membalas. Tapi bisakah kau memberiku kesempatan.."

Citra lama terdiam tatapannya jauh ke laut "Wisnu.. saat seseorang jatuh cinta, yang pertama kali di lihat itu.. wajah. Kemudian kaki, dan tubuhnya bukan? Sama seperti yang aku lakukan dulu padamu. Bagaimana lagi? Kau begitu mempesona semua cewek menginginkanmu termasuk aku saat itu. Tapi aku tidak seberuntung itu. Meskipun aku berusaha keras mengejarmu kau tidak akan menoleh padaku! Aku juga tidak akan mungkin mengejarmu terus menerus karena aku juga bisa merasa lelah," citra menghela napas lega "Lagi pula ku lihat kau masih bersamanya dan... bahagia.. kenapa kau meminta kesempatan padaku? Wisnu.. tidak bisakah kita melupakan apa yang terjadi di masa lalu.."

Citra menatap Wisnu "Aku tidak akan bertanya alasanmu kenapa begitu membenciku saat itu. Anggap saja aku sudah melakukan sesuatu yang sangat salah yang tidak pernah kau sukai. Tapi jujur saja aku merasa sakit saat kau menatapku dengan kebencian seperti itu.."

Wisnu terdiam dia juga membenci dirinya yang bodoh saat itu, kenapa dia tidak berpikir lebih logis saat itu. Kenapa dia menumpahkan semua kesalahan pada Citra.

"Citra.. aku.."

Citra tersenyum lembut gadis itu mengulurkan tangannya "Malam ini.. aku mengulurkan tangan padamu dan memintamu untuk melepaskan masa lalu! Wisnu.. ayo berteman.."

Wisnu menatap tangan Citra yang terulur padanya, gadis itu tersenyum hangat dan manis, wisnu mengerut kening dia tidak ingin menjadi teman gadis itu, yang dia inginkan adalah Citra menjadi kekasihnya. Dengan perasaan kacau Wisnu berballik dan pergi tanpa menyambut uluran tangan Citra.

Citra tersenyum suram menatap tangannya "Bahkan untuk menjadi temanku saja kau tidak mau!.." citra menghela napas berat sudahlah, mungkin hubungan mereka memang tidak akan berubah menjadi baik, selamanya akan dingin seperti ini.

Citra juga kembali ke tempat duduknya bersama Reza "Kau ke mana saja?" tanya Reza pelan.

Citra tertawa kecil "Keluar mencari angin.."

Reza menggeleng heran "Jangan lama-lama berada di tempat yang berangin kau bisa terkena flu."

"Siap.."

Citra sesekali melirik ke arah Wisnu yang menatapnya datar, pilu dan kecewa. Citra menelan ludah gugup kenapa dia merasa Wisnu marah padanya, apakah dia salah dengan memintanya menjadi teman, bukankah seharusnya dia yang marah karena telah membuatnya kecewa berulang-ulang kali. Dia hanya mengajaknya untuk berdamai dan melepaskan masa lalu, kenapa dia marah? Citra merengut kesal andai saja dia bisa membaca pikiran laki-laki itu?

"Kenapa kau terus menghela napas seperti itu! Apa yang membuatmu kesal?"

"Entahlah!"

Tiba-tiba ponsel Citra berdering dan melihat pesan dari nomor baru pesan itu singkat.

..Temani aku membeli hadiah untuk keponakanku besok! Wisnu!..

Citra langsung menatap ke arah tempat duduk wisnu tapi sudah tidak ada laki-laki itu di sana. Citra mengerjapkan matanya berulang kali "Apa-apaan ini! Laki-laki itu menyebalkan! Aku membencinya!"

"Citra? Siapa yang kau benci?"

Romeo datang setelah berkeliling menyapa banyak temannya "'Bukan siapa-siapa kak!" Citra mengelak.

Romeo mengangguk saja kemudian bergabung bersama Reza dan Citra. Romeo sedikit menundukkan tubuhnya ke arah citra dan berbisik "Apa kau sedang bertengkar dengan Wisnu?" citra mengerut kening menatap Romeo "Yah, aku lihat sebelumnya moodnya sangat buruk tapi ketika aku melihatnya lagi dia terlihat sedikit lebih baik meskipun aku merasa ada aura kejam mengikutinya di belakangnya."

"kak.. kenapa kata-katamu terdengar menyeramkan seperti itu.." tanya Citra tertawa kecil. Kemudian ia mengangguk "Tapi kakak benar! Dia memang menyeramkan." Mereka berdua pun tertawa bersama.

****