webnovel

Krisis Lainnya

… …

Setelah mencari selama satu menit penuh tanpa hasil, tibalah 2 orang menghampiri 04.

Seorang pria dan seorang wanita datang ke sisi 04, di bawah lampu kuburan yang memancarkan warna kuning.

Dari kejauhan terlihat keduanya menggunakan pakaian serba hitam di sekujur tubuh.

Jaket dengan tudung dan banyak saku kecil, sarung tangan hitam dan topeng hitam menutupi setengah wajah mereka dari dagu hingga hidung.

Beberapa bagian dari pakaian mereka terdapat baja hitam tipis seperti baju besi, menutupi kaki bagian bawah dan sebagian tangan mereka.

Ada pula terdapat beberapa gagang pisau yang terlihat di sekitar dada dan paha mereka.

Jika dilihat lebih dekat, mata mereka bersinar merah.

Ada juga lencana darah merah di dada kiri mereka. Ada nomor putih keperakan di dalamnya. Sang Perempuan memiliki 694 sebagai nomornya, sedangkan laki-laki memiliki 392.

Itu adalah Proof Badge dari para Igniter yang lulus dari Rank Private dan diyakini memiliki kemampuan yang memadai sebagai seorang kombatan, untuk dipercaya dan ditugaskan sebagai pemimpin Train Group, spionase, dan termasuk berpartisipasi sebagai anggota Pengamat Malam.

Mereka disebut Ranker.

"Kapten..." Mereka berdua datang dan berkata serempak kepada 04.

"Apakah kalian menemukan mereka? Di mana yang lain?" bertanya 04.

"Beberapa dari mereka sibuk membawa beberapa Penyembah Iblis kembali ke pangkalan untuk diinterogasi. Sementara beberapa baru saja mengikuti mobil Rick Benisson." Dinyatakan oleh laki-laki. Dia memiliki rambut hitam dengan potongan crew dan kulit putih.

"Ohh, laporkan sembari kita ke lokasi anak-anak itu!" Dinyatakan oleh 04.

Kemudian mereka bertiga berlari kencang dengan Rune, keluar dari Pemakaman, pergi ke sisi jalan dimana terdapat area yang luas yang terutama ditumbuhi pepohonan dan semak belukar. Karena itu adalah hutan di jalan menuju Pemakaman.

"Kami melakukan apa yang diperintahkan kapten. Kami membagi diri menjadi 4 kelompok. Tapi dalam perjalanan, kami bertemu banyak Roh peringkat Delta dan Epsilon. Ada juga beberapa Penyembah Iblis. Tapi mereka tampaknya hanya ada di sana untuk menahan kami. Mereka mendapat jumlah yang teramat banyak dan itu membuat kami kewalahan, tapi semua kelompok masih berhasil melawan. Di tengah pertempuran kami, datang seseorang memakai jubah berwarna hitam. Tak satu pun dari kami yang bisa menebak dengan jelas apakah itu Penyembah, Roh atau mahkluk lainnya. Tapi setelah orang itu datang, mereka mulai mundur.

Tidak ada halangan lagi, kami melanjutkan pencarian kami, tetapi tidak dapat menemukan Tempat Pelepasan. Sampai akhirnya kami kembali berkumpul di depan gerbang makam. Asumsikan mereka entah bagaimana mampu melakukannya dari dalam, beberapa dari kami menyarankan untuk mencoba masuk ke dalam kabut, dan di sanalah kami menemukan beberapa bayangan yang samar-samar kembali menuju ke arah luar. Kami dengan cepat menyembunyikan diri, dan tanpa diduga, anak-anaklah yang keluar dan sepertinya mereka baik-baik saja." Jawab wanita itu dengan cemberut. Dia memiliki rambut bergelombang jahe denga panjang yang sedang, diikat di belakangnya, dengan kulit zaitun.

"Tapi Erik Benisson sepertinya sudah kerasukan, terbukti dari Energi Kematian tidak bocor dari dirinya. Dia juga tampak baik-baik saja kecuali hitam di bawah matanya dan wajahnya yang pucat. Kami mengirim 3 orang mengikuti mereka, kami berdua tinggal di sini menunggu Kapten, sementara sisanya pergi ke pangkalan." Lanjutkan oleh yang laki-laki.

Dengan suara bermasalah dan kesal, 04 berbicara, "Aku harap jiwa anak itu masih ada di sana, hidup ..." dia kemudian menghentikan perkataannya, berpikir 'Meskipun jelas merupakan fakta bahwa Demon dan Iblis tidak memiliki hubungan yang baik. Tapi sekarang… Kemungkinan besar Demon dan Setengah Iblis berkolusi, dengan sebuah rancangan untuk melakukan sesuatu.'

Lalu 04 bertanya, "bagaimana dengan kalian semua?"

"Tidak ada korban di pihak kami, tapi satu anggota terluka parah. Seorang ranker. 592... Yang lainnya mengalami luka-luka, termasuk juga 3 bocah Private itu." jawab wanita itu sambil berlari, yang kemudian buru-buru mengklarifikasi, "Kami sudah mencoba yang terbaik untuk melindungi mereka bertiga, tetapi jumlah Rohnya terlalu banyak. Itu juga adalah alasan beberapa dari kami terluka."

04 hanya memberi isyarat dengan lambaian tangannya dan dengan nada yang agak menghibur, ia berkata, "Tenang sayang, aku yang menanganinya. Itu bukanlah salah kita. Para Bangsawan itulah yang bersikeras agar anak-anak itu bergabung dengan kita Ranker."

'Situasi masih buntu dengan para Sesepuh, sementara Bangsawan hanyalah pion biasa. Huh... Lupakan saja. Biarkan para Petinggi yang menanganinya. Kita masih kekurangan tenaga untuk melawan para Roh.' pikir oleh 04.

Sementara 04 pusing dengan banyak masalah yang tampaknya merupakan konstituen besar untuk masalah yang dialami oleh sebagian besar Igniter dan petinggi di Kekaisaran, Ranker wanita itu malah bercanda setelah mendengar balasan 04, "oh kapten, hati-hati dengan kata-katamu. Kau selalu berbicara seperti akan menggoda gadis dimana-mana."

Pria di samping yang juga seorang Ranker terbatuk-batuk mendengarnya, sementara 04 malah menjawab, "eh,, Cooper, tolong jangan bercanda seperti itu. Wanita cantik, lebih baik kau menahan hatimu. Aku tak bertanggung jawab jika kau jatuh cinta pada seseorang setampan diriku."

Dua orang di samping yang mendengar perkataan 04 malah terdiam, 'Kapten, bukan hanya kau melanggar aturan tentang menyebutkan nama asli dalam misi, tetapi kau dan perilaku narsismu memang mungkin alasan terbesar kapten Elli menolak perasaanmu.' Pikir keduanya saat itu, yang kemudian juga teringatkan seseorang dalam tim, yang paling dekat dengan Kapten mereka.

"Apakah ada di antara kalian yang mendengar suara bel?"

"Tidak. Kami tak mendengar apapun." Balas Ranker yang laki-laki setelah mereka saling tukar lirik.

"Umm." Tanggapi 04 dengan anggukan.

Mereka akhirnya berhenti setelah berlari beberapa menit di hutan. Terlihat ada jalan setapak menuju jalan di luar, tapi entah bagaimana terpotong oleh pepohonan. "Altis Eximo" (Lepaskan) 04 berbisik, saat itu muncul Rune putih bersinar yang kemudian pecah menjadi titik gemerlap cahaya.

Seperti masuknya cairan, gambar di depan mereka tampak memutar, berkerut berikutnya tampak normal.

Apa yang sekarang terlihat di hadapan mereka adalah area. yang jelas-jelas awalnya hanyalah pepohonan dengan akar-akar dan semak belukar, sekarang jelas tampak berbeda.

Terdapat 3 sepeda motor hitam yang terparkir disana, mengganti hamparan pepohonan yang tadinya memotong jalan.

Bagian badan dari motor itu sendiri tampak dilapisi dengan armor yang merupakan baja hitam khusus, dan roda besar dengan pelek yang juga berwarna hitam metalik.

Mereka masing-masing berjalan ke arah salah satu motor tersebut untuk ditunggangi.

Kemudian dari saku , mereka mengambil sebuah batang tipis berbentuk persegi panjang, yang berukuran kecil dengan warna perak dan nomor hitam tertulis di bagian tengahnya.

Ada pula terdapat tali merah, diikat di ujung palang yang memiliki lubang kecil.

Masing-masing menekannya pada soket pada kunci kontak yang berbentuk persegi panjang.

Sesudah itu, mereka memutarnya seperti tuas yang kemudian menyebabkan sepeda motor tersebut segera menyala, dengan suara raungan yang teredam.

... ... ...

Kembali ke masa sekarang.

"Dalam perjalanan, kami menghubungi mereka yang mengikuti mobil, dan laporannya, mereka tiba di rumah Gavin. Salah satunya memeriksa dua bocah itu sambil juga melindungi mereka. Sementara dua lainnya mengikuti mobil yang kemudian, bahkan sampai sekarang kami masih belum bisa menjangkau mereka berdua." menjelaskan 04 dengan nada suara yang penuh dengan kesusahan.

Sementara Sir George mengerutkan kening dengan penjelasan 04, Gavin dan Peter berada di lobi para hadiran, yang kemudian bertemu dengan orang tua Rick Benisson.

Mereka mendapati ibu Rick yang sedang menangis tersedu-sedu, sementara sang ayah sibuk menghibur istrinya dengan membelai halus punggungnya. Terlihat ekspresi sedih di wajah perseginya yang tegas.

Sang ibu adalah seorang wanita paruh baya yang memiliki kulit zaitun, dengan rambut pirang lurus panjang, dan tampak mengenakan gaun lengan panjang berwarna biru tua. Dia memiliki mata biru seperti putranya, yang tampaknya turun-temurun dari Rick Benisson. Nama ibu dari Rick tersebut adalah Vinniera Benisson.

Sedangkan sang ayah berkulit coklat, dengan rambut keriting hitam pendek yang tertata rapi. Ia menggunakan setelan formal bermotif dengan warna abu-abu arang. Dia juga memiliki mata oranye. Ayah dari Rick itu bernama Reghine Benisson.

Sementara Gavin dan Peter berjalan, suami dan istri itu juga mendapati mereka disana.

"Sudah lama tak berjumpa, Gavin, Peter." Diucapkan ayah Rick Benisson dengan singkat dan senyum yang terkesan dipaksakan. Sang ibu pun berusaha keras untuk tersenyum pada mereka.

Gavin menjawab dengan senyum canggung, karena Peter memang benar bahwa dia curiga pada Rick, 'siapa tahu Rick sebenarnya punya hobi aneh. Dengan betapa kayanya keluarga mereka, dia mampu diam-diam membuat senjata aneh untuk membunuh seseorang.' pikir Gavin,

Lalu dia menjawab, "Aku baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya, paman,,," lalu tiba-tiba, Gavin tersentak kaget oleh Peter yang muncul di belakangnya, sambil menarik bagian belakang jaket kulitnya, seolah-olah ingin memperingatkannya akan sesuatu.

"hahaha, ya, ya, kami baik-baik saja paman,, bibi..." kata Peter dengan senyum yang sama canggungnya. Kemudian Peter menariknya untuk duduk di seberang Mr Regin dan Mrs Vinera.

"Apa itu?" tanya Gavin.

"Hm,, tidak apa-apa." jawab Peter yang, setelah mengobrak-abrik tas kecilnya, mengambil telepon, kemudian sibuk mengetik sesuatu di dalamnya.

Gavin yang sudah terbiasa dengan kebiasaannya bingung. Dia tahu sekali Peter mengetik sesuatu ketika ditanya, berarti ada sesuatu yang aneh yang ingin dia ceritakan.

*creeaakkk* terdengar suara pintu terbuka. Tampak seorang wanita tua yang tampaknya sudah melewati usia 50, memegang tangan seorang gadis kecil di sebelah kanannya, dan seorang gadis yang tampaknya berusia sekitar 14 tahun di sebelah kirinya, yang juga memegangi wanita tua itu sembari tampak mendukungnya.

Peter yang selesai mengetik di ponselnya lalu mendongak, tampak terkejut, "Nenek Luccy, kenapa kalian di sini juga? Siapa yang merawat anak-anak di panti asuhan?" tanya Peter.

"Halo Gavin, Peter. Sudah ada Lillian dan Tio yang cukup untuk mengasuh anak-anak kecil lainnya. *sighh* Kedua anak malang itu." Jawab nenek yang terlihat lelah dengan wajah yang teramat sedih, saat berjalan menuju Gavin dan Peter. Dia juga menganggukkan kepalanya pada orang tua Rick Benisson.

Gadis kecil yang berada disamping nenek itu tampak kebingungan melihat mereka, sementara gadis lain yang berumur lebih dewasa mengangguk dan tersenyum malu pada Orang Tua Rick, walaupun ia mempunyai mata yang merah dan membengkak seperti habis menangis.

Orangtua Rick yang melihat anggukan tanda salam itu, segera membalas pula dengan anggukan dan senyum sedih.

Sementara Peter memberikan Gavin telepon yang sudah selesai ia ketik, dengan ekspresi yang sama, ia berdiri lalu datang ke sisi lain nenek Luccy, ingin ikut bagian membantunya.

Sementara Gavin sendiri melihat ponsel yang sudah diketik oleh Peter,

...

...Ada hal lain yang tumpang tindih dengan wajah Nyonya Vinniera, yang aku tak yakin mengapa itu menatap kita dengan penuh kebencian...

...

... ... ...