webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
167 Chs

Eps. 111

Shea menghirup nafas dalam-dalam sebelum dirinya membuka dan membaca surat pemberian dari Shea, lalu sesekali menatap Alvarez dengan tersenyum.

Dear, Shea Vee Alexander

Mungkin, saat kamu baca surat ini kita sudah terpisah jarak yang sangat jauh.

Tapi percayalah, hanya raga kita saja yang terpisah sedang kan jiwa kita akan tetap saling berdekatan.

Terkadang, apa yang kita harapkan tak selamanya akan menjadi milik kita, seperti aku dan kamu.

Bolehkah aku menyebut ini sebagai cinta?

Bolehkah aku menyebut ini sebagai rindu?

Aku pernah melakukan kesalahan, dan kesalahan itu berhasil memisahkan antara aku dan kamu, aku tidak pernah menyalahkan cinta atau pun rindu, karena keadaan dan waktu yang memang tak berpihak kepadaku.

Aku selalu berharap saat aku kembali, aku akan melihat cinta lagi Dimata indah kamu, dan senyum bahagia di wajah cantik kamu,

dan ya..... aku melihatnya, tapi setelah aku mendalaminya ternyata itu semua bukan untuk ku lagi.

Dan sekali lagi, aku tidak pernah menyalahkan cinta atau pun rindu, karena lagi-lagi keadaan dan waktu tidak berpihak kepadaku.

Tapi percayalah, semuanya tidak pernah menggoyahkan hati yang aku miliki untuk kamu, aku mencintai kamu dari awal kita bertemu hingga aku menutup mata ini.

Alvarez... laki-laki yang berhasil memiliki seluruh isi hati kamu dan dunia beserta cinta kamu hingga tak ada lagi sedikit cela untuk aku kembali masuk dan menetap.

Aku tidak ingin melihat air mata luka itu jatuh lagi, aku tidak ingin dunia kamu hancur dan cinta kamu menghilang.

Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk memberikan semua kehidupan ku untuk cintamu, sebagai ganti atas kesalahan yang pernah aku perbuat.

Izinkan aku memiliki dirimu dan mencintai dirimu, melalui orang lain...

Dariku, yang pernah kamu cintai

Air mata Shea sudah menetes membasahi pipinya, dirinya kembali mengingat hari-hari yang pernah dirinya lalui bersama Yesaya dulu, Shea tak menampik bahwa Yesaya masih bersemi di hatinya walaupun itu hanya di hati kecilnya.

Shea menatap Alvarez dengan penuh cinta, lalu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya itu, menumpahkan segala kesedihannya.

" titip rindu, untuk dia yang pernah mengisi hari-hari ku " lirih Shea.

Alvarez memeluk erat sang istri, sesekali dirinya mengecup puncak kepala sang istri hingga akhirnya Shea pun tertidur dalam pelukannya. Alvarez memandang wajah Shea kemudian menghapus seberkas tetesan air mata yang membasahi pipi Shea.

Hampir 17 jam, dari Jakarta menuju London akhirnya Alvarez dan Shea pun sampai, taxi yang di tumpangi oleh sepasang suami istri itu pun melaju membawa mereka ke hotel tempat di mana mereka akan menginap, sepanjang perjalanan Shea di buat takjub dengan indahnya pemandangan kota London sedangkan Alvarez yang duduk di sebelahnya fokus pada iPad nya.

Shea sedikit melirik kearah suaminya, yang masih sibuk mengurus pekerjaan nya, melalui via telepon dengan Gilang dan James.

" Alvarez.... kita udah di London loh ini..... kamu masih aja sibuk ngurusin kerjaan kamu " singgung Shea dengan sedikit cemberut.

" guys..... gue akhiri dulu telfonnya, karena istri gue mulai menunjukkan taringnya.... " ucap Alvarez yang langsung mengakhiri panggilan telepon nya, lalu menatap sang istri.

Alvarez dan Shea pun sampai di Hotel, yang terletak tepat di salah satu kawasan yang paling bergengsi di London, bahkan jarak nya sangat dekat dengan Alun-alun Trafalgar dan Whitelhal.

Tepat di depan pintu lobi Alvarez dan Shea langsung di sambut oleh resepsionis dan beberapa orang yang akan membawakan barang-barang milik Alvarez dan Shea menuju kamar.

" Alhamdulillah... akhirnya gue bisa rebahan juga " ucap Shea yang langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur yang berukuran king size itu.

" Shea.... tolong bahasanya " tegur Alvarez, sedang kan Shea hanya cengengesan.

Alvarez menuju balkon kamar, lalu menatap langit indah kota London, dari balkon ini Alvarez bisa melihat pemandangan kota London. Pada saat malam harinya, Alvarez mengajak Shea untuk makan malam di salah satu restoran yang elegan.

" makanan disini pasti mahal ya? " tanya Shea sambil menyuapkan potong beef steak ke mulut nya, Alvarez tak menjawab dirinya hanya sedikit tersenyum.

" habis ini kita mau kemana lagi? " tanya Shea lagi

" wherever you want " jawab Alvarez dengan tersenyum.

" ok, kita mulai dengan Trafalgar Square " balas Shea dengan antusias.

Mereka berdua pun sudah sampai di Alun-alun Trafalgar Square, sudah banyak para pengunjung yang menikmati festival yang di selenggarakan di sana, dengan antusias Shea pun menikmati malam pertama nya di London. Tawa dan bahagia terus terpancar dari sepasang pengantin baru itu.

Keesokan harinya, terik matahari masuk melalui cela tirai kamar dan menyinari sepasang suami istri yang masih terlelap di atas ranjang. Alvarez yang merasa sengatan matahari pun perlahan membuka matanya lalu melihat istrinya yang masih betah berada dalam pelukannya dengan mata yang masih terpejam, Alvarez tersenyum lalu mengecup pipi Shea dengan lembut.

" good morning baby " ucap Alvarez dengan suara yang sedikit serak, Shea hanya mengangguk lalu kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya yang tak mengenakan sehelai benangpun.

" ayok, bangun sayang ini udah pagi " ucap Alvarez dengan lembut

" aku masih ngantuk banget, badan aku juga masih capek banget " balas Shea dengan suara malas dan mata yang masih terpejam.

Alvarez hanya tersenyum lalu beranjak dari kasur, kemudian membuka tirai kamar agar sinar matahari dapat masuk dengan leluasa, kemudian beralih berjalan menuju kamar mandi.

Shea yang mendengar gemericik suara air pun, perlahan membuka matanya, Shea pun tak melihat keberadaan suaminya.

" Alvarez... kamu mandi ya? " tanya Shea dengan suara yang sedikit kencang

" iya sayang.... " balas Alvarez

Shea beranjak dari kasur, lalu memakai kimono nya agar menutupi tubuhnya yang telanjang. Sepulangnya mereka dari jalan-jalan semalam, Alvarez dan Shea kembali melakukan kegiatan panas mereka.

Saat Shea bercermin, mata Shea membulat melihat beberapa warna kemerahan di lehernya.

" Alvarez... " pekik Shea

Alvarez yang masih berada di dalam kamar mandi, dengan rambut yang masih dipenuhi busa sampo langsung keluar dan menuju Shea

" hei..... are you ok? " tanya Alvarez dengan nafas yang sedikit tersengal.

" kamu liat ni " tunjuk Shea pada lehernya

" why? "

" kamu masih nanya kenapa? kamu tu ngeselin banget sih, udah di bilang jangan buat tanda kayak beginian!!!!! masih aja " ucap Shea dengan kesal, Alvarez hanya tertawa sebelum menjawab

" nggak usah ketawa, nggak ada yang lucu "

" iya maaf.... soalnya kamu gemesin sih " goda Alvarez.

" tuh rambut kamu masih berbusa " tunjuk Shea

" kan aku belom selesai mandinya "

" udah selesain sana " ucap Shea dengan sedikit mendorong dada bidang suaminya, bukan nya marah Alvarez justru tersenyum jahil.

" ngapain senyum nggak jelas kayak gitu? "

" kamu nggak mau mandi bareng aku? "

" apaan sih, udah mandi sana "

" beneran nggak mau? "

" udah sana..... "

" ok baiklah "

Namun bukan nya langsung melakukan apa yang di suruh Shea, Alvarez justru menggendong Shea dengan ala bridal style, sedangkan Shea yang mendapat serangan mendadak itu hanya mampu memberontak.

" kamu mau ngapain? "

" mau mandi "

" terus ngapain gendong aku? "

" ya sekalian sama kamu nya juga "

" what? No Alvarez..... I can shower by myself " pekik Shea namun tak di hiraukan oleh Alvarez, jadilah akhirnya mereka mandi bersama-sama.

Mereka sudah kembali berada di restoran untuk sarapan pagi, Shea masih bertahan dengan raut wajah kesal karena perbuatan suaminya, dirinya harus menggunakan make-up tebal pada lehernya untuk menutupi bercak merah itu.

" ok, aku minta maaf " ucap Alvarez dengan lembut, Shea hanya menghela nafas kasar

" please.... " ucap Alvarez dengan wajah memohon, Shea hanya memutar bola matanya dengan malas sebelum mengangguk.

Tak lama kemudian seorang waiter berjalan menghampiri meja Alvarez dan Shea dengan membawa bucket bunga mawar putih yang besar dan kotak buludru berwarna merah yang berukuran sedang.

" sorry madam, this is a present for you " ucap laki-laki bule itu

Shea menatap suaminya, sebelum menerima hadiah itu, Alvarez hanya tersenyum lalu mengedipkan matanya, dengan raut wajah yang masih belum percaya Shea pun mengambil hadiah itu.

" thank you " ucap Shea, waiter itupun berlalu pergi

" is this from you? " tanya Shea pada Alvarez

" yes..... for you, open the box " ucap Alvarez dengan tulus, dengan jemari yang sedikit bergetar Shea pun membuka kotak buludru itu.

Kedua bola mata Shea berbinar saat melihat hadiah yang di berikan oleh Alvarez yaitu sebuah gelang berlian yang sangat indah.

" ini beneran buat aku? " tanya Shea yang masih belum percaya, Alvarez hanya tersenyum lalu mengangguk.

" sini aku bantu pasangin di pergelangan tangan kamu " Alvarez beranjak dari kursinya lalu menghampiri Shea.

Mata Shea sudah berkaca-kaca melihat gelang itu sudah melingkar dengan pas di pergelangan tangan nya.

" hei... don't cry baby " ucap Alvarez sambil membawa Shea kedalam pelukannya.

" thank you so much..... " lirih Shea, Alvarez hanya tersenyum sambil mengusap lembut rambut panjang Shea yang tergerai.

" sekarang kita sarapan, terus aku akan bawa kamu ke suatu tempat yang sangat indah di kota London " ucap Alvarez sambil melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Shea yang masih menetes di pipi putih nya, merekapun melanjutkan sarapan mereka.