webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
167 Chs

Brian

Sejak kejadian itu Brian belum memberikan izin kepada Vee untuk masuk kuliah, sampai-sampai ia meminta Fadhil mengejar kan semua tugas kuliah Vee.

Cuaca pagi ini masih diselimuti awan hitam dan hujan belum juga redah dari semalam, untung nya hari ini adalah hari libur sehingga membuat Brian dan Vee masih setia diatas ranjang, mereka menghabiskan malam panjang dengan penuh gairah.

" good morning honey " suara Brian terdengar tepat di telinga Vee membuat nya semakin membenamkan diri dalam pelukan Brian.

Bibik sudah menyiapkan sarapan untuk Vee dan Brian di meja makan, Vee menuruni anak tangga dengan mata yang masih mengantuk

" pagi bik.... "

" pagi non..... "

Bibik memperhatikan Vee dengan raut wajah heran

" bibik kenapa liatin aku kayak gitu "

" itu non.... leher nya non kenapa, kok ada bercak merah " tunjuk bibik

Vee langsung bercermin di dinding dekat wastafel, matanya langsung tertuju pada tanda merah di leher nya.

" kk Brian... " Vee langsung berlari kembali kekamarnya, dan mendapati Brian yang baru selesai mandi

" kamu kenapa sih " tanya Brian

" liat nih..... " tunjuk Vee tepat dileher nya

" oh itu..... " jawabnya dengan santai

" kok cuma ' oh ' tanggung jawab "

" tanggung jawab apa sih sayang "

" ini..... kakak udah buat aku cidera "

Brian hanya menahan tawa lalu meninggalkan Vee dikamar menuju meja makan.

" ihhh nyebelin banget sih " Vee masih nampak kesal.

Beberapa saat kemudian Vee sudah rapi dengan baju santainya, dan menutupi tanda merah di leher nya dengan make-up.

Saat ini Vee dan Brian berada di ruang keluarga, Vee menonton film favorit nya sedangkan Brian sibuk dengan laptop dan berkas-berkasnya.

" inikan hari libur, masih aja sibuk kerja " gumam Vee

Brian tau bahwa istri nya sedang menyinggung dirinya.

" time is money sayang " ucap Brian namun matanya masih tertuju pada layar laptop

" Kk... "

"hmm.... "

" kk..... "

" apa sih Vee..... kamu nggak liat kerjaan aku masih banyak banget " ucap Brian, namun matanya masih tertuju pada layar laptop

" ya ampun kk, ini tu hari libur loh.... masak kakak masih fokus sama tu laptop dibanding aku " balas Vee dengan kesal

" ini kan aku lagi nemenin kamu nonton "

" nemenin apaan..... orang kakak aja fokusnya kerjaan " ucap Vee semakin kesal

Brian melepaskan nafas panjang, akhir-akhir ini emosi istrinya itu selalu menggebu-gebu

" aku ngerasa, kayak diselingkuhin sama laptop " gumam Vee, namun kata itu terdengar jelas di telinga Brian.

Ia pun beranjak meninggalkan Brian, dan menuju kamar nya.

Brian tak bisa berbuat apa-apa selain kembali menghela nafas panjang, lalu menutup laptopnya dan menghampiri Vee.

Perlahan Brian membuka pintu kamar, melihat Vee sedang terbaring diatas kasur menghadap kesamping membuat Brian tidak dapat melihat wajah mungil Vee.

" Vee.... " panggil Brian dengan lembut, namun tak di hiraukan nya, ia mencoba mendekatinya, Vee pura-pura memejamkan matanya agar nampak terlihat tidur oleh Brian.

Brian membelai lembut wajah Vee

" maafin aku ya..... " ucap Brian, lalu mengecup pipi Vee.

Brian merebahkan tubuhnya di sebelah Vee, lalu memeluk Vee dari belakang.

Merasakan tangan besar Brian memeluk dirinya, Vee membuka mata dan menghadap Brian, kini meraka saling menatap

" eh aku kira kamu tidur " ucap Brian

" awalnya.... " jawab Vee singkat

" jangan marah lagi dong " bujuk Brian dengan mencubit hidung Vee " aku minta maaf ya "

Vee langsung, membenamkan wajahnya di dada bidang Brian ia selalu mendapat kan kenyamanan dalam pelukan Brian sampai akhirnya mereka sama-sama tertidur.

Malam ini, Brian mengajak Vee untuk dinner restauran Jepang favorit mereka sebagai tanda permohonan maafnya.

" kalian disini juga "

Brian langsung memasang wajah dingin saat melihat keempat temannya berada di restauran yang sama

" hai Vee cantik... apa kabar " goda Restu

" baik kk " balas Vee dengan manis

" eh kita nggak di ajak duduk ni " sambung Nathan dan langsung menggeser kursi untuk duduk diiring oleh Restu, Fadhil dan Arkan

" kalian kok ada disini? " tanya Brian dengan suaranya yang dingin, sedingin malam ini

" kita lagi nemenin pak dosen cari buku " jawab Restu sambil menyomot kentang goreng milik Brian.

" kalian nggak sekalian pesen makan, biar kita makan bareng " tawar Vee

" ya ampun Vee.... Lo emang bener-bener Best tau aja kita lagi laper " ucap Restu dengan mengacungkan kedua jempol nya

" itu sih emang maunya Lo " ucap Arkan sedang kan Vee mendapatkan tatapan tajam dari Brian namun dibalas senyuman oleh Vee

jadilah mereka makan bersama

" kk Brian, apa aku besok udah boleh masuk kampus, jujur aku kangen sama suasana kampus dan sahabat ku " ucap Vee

Brian masih diam tak menjawab ucapan Vee

" udah lah Bri.... izinin aja lah, lagian gue yakin kalo tu bocah yang namanya Barra nggak bakal berani ganggu Vee lagi " ucap Restu

" iya, apa lagi setelah dapet hadiah dari Lo " sambung Nathan

" hadiah.....???? hadiah apa???? " tanya Vee yang nampak bingung

Nathan dan Restu tertawa terbahak bahak, sedang kan Fadhil dan Arkan hanya tersenyum.

" iya Brian.... Vee udah hampir satu bulan nggak masuk, gue udah kehabisan akal buat ngasih alasan saat dosen nanyain Vee terus, Lo nggak takut kalo Vee sampe di DO " sambung Fadhil

" biar gue fikir lagi " jawab Brian singkat.

Saat perjalanan pulang, Brian tak mengeluarkan satu patah katapun hingga mereka sampai dirumah.

Brian sudah siap untuk memejamkan matanya, namun terhalang saat Vee mendekatinya.

" besok aku boleh masuk kuliah ya " bujuk Vee

" jujur aku masih takut kamu di ganggu lagi sama mantan kamu " balas Brian

" nggak usah di sebut juga embel-embel nya kali kk.. " ucap Vee dengan kesal

Brian menarik Vee kedalam pelukannya, Vee dapat dengan jelas mendengar detak jantung Brian

" berjanjilah kamu akan terus berada disisi ku... berjanjilah kalau kamu nggak akan meninggalkan aku " ucap Brian dengan mendekap tubuh mungil Vee.

Vee membalas dekapan Brian dengan erat

" aku beruntung bisa menjadi pendamping kamu " balas Vee,

" I love you so much "Brian mengecup pipi Vee

" I know " jawab Vee membalas kecupan Brian

" jadi gimana, aku boleh masuk kan besok " tanya Vee lagi, Brian memutar bola matanya seakan-akan masih berfikir

" boleh, tapi ada syaratnya "

" syarat.... ? "

Brian tersenyum sinis menatap Vee, dengan gerak cepat kini Vee berada di bawah tubuh Brian

" kakak mau ngapain " Vee selalu terlihat gugup saat Brian meminta hak nya sebagai seorang suami

" bermain bola kaki " jawab Brian dengan raut wajah seperti pembunuh berdarah dingin.

Vee tau apa yang di maksud Brian

" again.....? " Vee tak dapat menolak jika pria itu sudah memintanya yang bisa ia lakukan adalah pasrah, malam ini pun kembali menjadi milik Brian.