webnovel

Times Of Love

Gadis modern dan jenderal dari joseon bertemu di era modern

Frisca_6869 · Fantasy
Not enough ratings
30 Chs

dua delapan

Brak! Prang!

Suara barang jatuh disusul barang-barang yang pecah terdengar dari kamar Lanshang. Di dalam ruangan berinterior unik dan klasik tersebut, sang putri tengah membanting barang-barang yang berada dalam ruangan tersebut. Air mata berderai di wajah. Dalam sekejap, kondisi kamar yang rapi dan bersih berubah menjadi berantakan. Meja dan kursi terguling di lantai. Pecahan cangkir dan keramik pajangan berserakan di hampir penjuru kamar. Lanshang tetap berdiri diam menatap semua itu sambil terisak.

'Begitu mudah. Begitu mudah Leewan mengalihkan perasaan darinya pada siluman itu. Bukankah aku yang dari dulu mencintai dia? Tapi kenapa dia tidak peduli. Justru memilih bersama gadis rubah itu!' tukasnya sambil terisak.

"Ini semua gara-gara gadis siluman itu. Semua kacau sejak dia datang. Tidak hanya kakakku, dia bahkan menggoda Leewan. Dia benar-benar tidak tahu diri!"

Seorang pelayan berusia paruh baya dan berambut kelabu bergegas masuk. Ia terkesiap melihat kondisi kamar yang berantakan dan pecahan kaca berserakan.

Segera dia memanggil pelayan yang lebih muda untuk membersihkan.

"Tuan Putri, kenapa Anda seperti ini? Lihat kaki Anda bahkan terluka terkena pecahan kaca," ucapnya.

Lanshang tertegun menatap darah yang merembes keluar dari kakinya. Rasa sakit luka tersebut nyaris tidak terasa karena kepedihan hati yang begitu besar. Sang pelayan tua tergopoh menuntun tuan putrinya ke tempat yang jauh dari pecahan kaca tersebut, lalu segera memanggil tabib istana untuk mengobati kakinya.

Tidak lama, kamar itu sudah kembali bersih. Kaki Lanshang juga sudah diobati dan diperban. Sang pelayan tua masih berada di samping tempat tidur di mana Lanshang berbaring. Menemani sambil menatap sendu sang putri. Bagi dia, Lanshang sudah seperti putrinya sendiri. Dia yang mengasuh gadis itu sejak bayi. Kedukaan di wajah Lanshang membuat ia juga merasa marah dan sedih.

"Bibi Huan," panggil Lanshang pelan.

"Tuan Putri, apa Anda sudah baik-baik saja?" tanya wanita bertubuh kurus tersebut sambil beringsut mendekat.

Gadis itu hanya mengangguk. Matanya tampak kembali berkaca-kaca.

"Ini semua pasti karena gadis pelayan di tempat kakak Anda. Semua sudah mendengar kabarnya. Jenderal Leewan dan Pangeran bahkan berkelahi gara-gara gadis itu. Saya rasa keberadaan dia di sini memang untuk mengacaukan kerajaan!" tukas Bibi Huan geram.

"Benarkah? Jadi itu semua bukan kabar burung kalau kakak dan Leewan bertengkar?"

Bibi Huan mengangguk.

"Semua menjadi kacau sekarang karena gadis itu. Menurut saya, Anda harus mencari cara untuk menyingkirkan dia secepatnya," sergahnya cepat.

"Aku akan melakukannya. Dia sudah berani melakukan ini. Tentu dia harus menanggung akibatnya," gumam Lanshang penuh tekad.

***

Shenling yang tidak tahu tentang rencana yang sedang dipersiapkan Lanshang, justru sedang tertidur lelap. Di sampingnya sosok berambut putih yang pernah menemuinya kembali muncul.

"Tuan Putriku, kau benar-benar tidak waspada. Kau bahkan tidak tahu rencana jahat tengah disusun untukmu. Namun, kau tidak perlu khawatir, aku ada di sini untuk melindungimu. Jika mereka berbuat sesuatu yang membahayakanmu, aku pasti akan menghancurkan mereka dan membawamu pergi sejauh mungkin," ucapnya sambil tersenyum dan membelai lembut pipi gadis itu.

"Kau tahu, Tuan Putriku. Kedatanganmu kemari adalah akhir penantianku selama ini. Aku sudah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menunggumu. Karena itu, kita harus bersama," ujarnya lagi sambil mengecup pelan kening Shenling.

"Xiaoxiao, jangan nakal. Jangan berbuat aneh-aneh," gumam Shenling pelan dengan mata terpejam.

Pria itu tersenyum makin lebar.

"Kau memang ditakdirkan untuk menjadi milikku. Dirimu bahkan mengenaliku," ucapnya.

***

Keesokan paginya, suasana di tempat Lanzhou kembali tegang. Pasalnya Lanshang meminta Shenling untuk bekerja menjadi pelayannya.

"Tidak. Tidak boleh. Shenling adalah pelayanku. Aku sangat menyukai dia. Mana bisa kuberikan dia padamu?" ujarnya.

"Kakak, apa Kakak tidak tahu yang terjadi? Ibu dan nenek sudah mendengar semua tentang hubungan Kakak dengan Shenling. Apa Kakak mau mempertahankan dia, tetapi dia mendapat ganjaran berat? Aku berhasil membujuk mereka untuk sementara ini, dengan mengatakan dia akan pindah ke tempatku," sergah Lanshang cepat. Baginya yang terpenting adalah Shenling berada dalam genggaman tangannya. Setelah itu akan mudah baginya untuk menangani gadis itu.

Lanzhou berpikir sejenak. Ia terlihat ragu. Namun, Lanshang terus saja berusaha membujuk. Lanzhou akhirnya setuju. Demi keselamatan Shenling, dia harus mengirim gadis itu pergi ke tempat adiknya. Lanshang tertawa senang dalam hati. Rencananya berhasil.

Shenling yang dipanggil menghadap terkejut dengan keputusan Lanzhou memindahkan dirinya.

'Mungkin sebenarnya dia masih sakit hati padaku,' duganya dalam hati.

Meski menerima keputusan tersebut, tetap saja Shenling merasa tidak nyaman bekerja pada Lanshang yang sangat mirip dengan Chenyang.

***

Lanshang menyuruh Shenling untuk membereskan kamarnya. Dia juga menyuruh gadis itu untuk membersihkan kebun serta menata dan merawat bunga-bunga kesayangannya. Untuk sementara, dia akan bersikap baik kepada gadis itu karena tahu Lanzhou mungkin mengawasi mereka.

Hari telah menjelang senja. Shenling bergegas menuju kamar untuk beristirahat. Ia terkejut saat seseorang menutup matanya dari belakang.

"Leewan," ucapnya sambil tersenyum saat dia berbalik dan melihat orang itu. Leewan ikut tersenyum lebar dan memeluk gadis itu.

"Aku lega, kamu bekerja di sini," ucapnya.

"Setidaknya aku tidak perlu cemas lagi kalau-kalau Lanzhou akan berbuat sesuatu padamu."

"Tidak akan. Dia pria yang baik. Aku percaya padanya," sahut Shenling.

Pemuda di hadapannya tersebut memasang wajah marah.

"Kenapa kau memujinya? Apa kau sengaja ingin membuatku cemburu?"

Gadis itu menggeleng sambil tertawa.

"Beraninya kau mempermainkan aku," bisik Leewan.

"Lihat saja aku pasti akan menghukummu!"

Shenling masih saja tertawa. Namun kemudian Leewan mengetatkan pelukannya. Wajah mereka saling mendekat dan napas keduanya berpadu. Dengan segera, Leewan memagut bibir sang kekasih. Merengkuh kenikmatan dalam buai penuh cinta.

Tidak jauh dari situ, Lanshang kembali melihat semua itu. Rasa amarah kembali bergejolak. Kebencian terasa membuat dirinya terbakar dari dalam. Rasa perih terasa amat menyakitkan seolah puluhan ribu pisau tengah mengoyak-ngoyak hatinya.

"Tuan Putri," tegur Bibi Huan pelan.

"Apa Anda hanya akan berdiam diri melihat semua ini? Dia pasti akan berbuat makin berani."

"Tentu saja aku tidak akan hanya berdiam diri saja, tapi jika aku langsung mencelakai gadis itu, Leewan akan membenciku. Aku tidak mau itu terjadi," sahut Lanshang.

"Hamba mengerti, Putri. Anda memang cerdas. Maafkan kesalahpahaman hamba."

Lanshang mengangguk sambil tersenyum.

"Anda tidak perlu khawatir, Bibi. Aku akan segera menyingkirkan gadis itu. Untuk sementara ini, aku akan berpura-pura baik padanya, lalu menjebak dia dan membuat dirinya pergi dari istana ini untuk selamanya."

"Hamba mengerti, Putri," ujar Bibi Huan singkat.

Xiaoxiao yang tengah berbaring di atap menggeleng mendengar semua itu.

"Gadis ini benar-benar jahat, tapi akan kubiarkan dia menjalankan rencananya," ujarnya. Dia kemudian mengalihkan tatapan pada Leewan dan Shenling.

"Aku juga tidak suka melihat mereka berduaan. Asalkan bisa membuat tuan putriku menjauhi pemuda itu, aku tidak akan menghalangi. Jika mereka tidak lagi berhubungan, maka tuan putriku akan menjadi milikku!" ucapnya sambil menyeringai.