29 dua sembilan

"Putri Lanshang pasti akan sangat membenciku, jika tahu tentang hubungan kita," ucap Shenling saat Leewan kembali menemuinya. Gadis itu sedang bertugas membersihkan ruang pribadi sang putri.

"Aku akan memberitahu dia," ujar Leewan sambil membantu gadis itu membersihkan perabot.

Tersirat keraguan di wajah sang gadis. Dia kembali teringat pada peristiwa yang menimpa dirinya dan Chenyang. Persahabatan yang begitu lama bahkan bisa rusak dengan begitu mudah. Dan kini dia berhadapan dengan gadis yang serupa dengan mantan sahabatnya itu.

"Lanshang berbeda dari Chenyang. Meski mereka memiliki wajah yang sama, tapi mereka mempunyai kepribadian yang berbeda. Aku percaya kepada Lanshang karena aku mengenal dia sejak kecil," ucap Leewan sambil tersenyum saat

"Aku …."

"Percayalah padaku. Dia gadis yang baik dan jika terjadi sesuati padamu, aku pasti tidak akan memaafkan siapa pun orangnya.

Shenling tersenyum. Dia mendekat dan mendongakkan wajah menatap pemuda itu.

"Aku percaya padamu," ujarnya.

"Bagus. Aku sangat mencintaimu dan akan selalu melindungimu," ucap Leewan seraya ikut tersenyum.

***

Shenling menghela napas panjang. Tubuhnya benar-benar lelah. Hari ini Bibi Huan menyuruh dia mengerjakan banyak pekerjaan tanpa memberi kesempatan untuk beristirahat. Perempuan tua itu juga selalu saja mengomel dan mencari kesalahan. Akibatnya, Shenling harus mengulang lagi pekerjaan itu.

'Apakah dia melakukannya atas perintah putri Lanshang? Tapi Leewan sangat percaya bahwa dia gadis yang baik. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku mulai ragu sang putri memang berhati baik, tapi Leewan tidak akan percaya padaku. Apa jangan-jangan dia tahu yang sebenarnya tentang aku dan Leewan?' duga Shenling bertanya-tanya.

"Shenling," panggil Leewan pelan. Lagi-lagi pemuda itu datang menemui seperti biasa. Ia lalu duduk di samping gadis itu. Malam yang begitu indah dengan berhiaskan taburan bintang di langit dan pancaran sempurna sang purnama tidak mampu menutupi keresahan di hati gadis itu. Begitu kesejukan angin yang berhembus tidak mampu menyingkirkan dan membawa pergi semua keraguan yang berkecamuk di hati Shenling.

"Shenling, ada apa? Kelihatannya kau seperti sedang ada masalah. Apa sesuatu terjadi? Apa mungkin kau merindukan dunia asalmu di masa depan?" tanya Leewan yang tampak cemas. Jika benar, maka mungkin gadis itu akan mencoba mencari jalan kembali dan akhirnya akan meninggalkan dirinya.

"Aku memang merasa kehilangan, tapi aku tahu aku tidak punya siapa pun lagi di sana. Ayahku juga sudah meninggal. Aku hanya merasa ragu untuk tetap berada di sini," sahut gadis itu pelan sambil menghela napas panjang.

"Kenapa? Apa ada yang mengganggumu? Apa pekerjaan di sini begitu berat atau mungkin kau merindukan Lanzhou?"

"Kau ini selalu saja cemburu," ucap Shenling sambil tersenyum. Senyuman itu membuat Leewan merasa lega.

"Kau sudah bisa tersenyum. Sekarang katakan padaku ada apa sebenarnya?" desak pemuda tersebut sekali.

"Aku hanya sedang ragu saja. Kurasa kita harus memberitahu yang sebenarnya pada putri Lanshang. Aku khawatir nanti akan timbul kesalahpahaman," ucap Shenling pelan.

Leewan menoleh cepat.

"Apa dia berbuat sesuatu padamu?" tanyanya.

Shenling menggeleng.

"Tidak," ujarnya.

"Hanya saja aku betul-betul merasa tidak enak."

"Baiklah, aku akan memberitahu dia. Kau tenang saja. Aku percaya dia pasti bisa menerima dan mengerti."

'Kau begitu yakin dan mempercayai dia. Apa lagi yang bisa aku katakan?' gumam Shenling dalam hati.

***

"Aku memang menyukai Shenling. Tepatnya, aku mencintai dia," ucap Leewan saat bertandang ke kediaman Lanshang.

"Mungkin kau sudah menduga atau mendengar hal itu."

Pemuda itu lalu meletakkan cangkir teh yang pada tangannya di atas meja yang berada di sebelah kanannya.

Lanshang diam sejenak.

"Kenapa? Bagaimana bisa kau suka padanya dalam waktu begitu singkat? Mungkin benar dia telah memikatmu dengan sihirnya," ucapnya.

"Kau salah mengerti. Aku dan Shenling bertemu jauh sebelum dia berada di sini. Sebenarnya, saat aku menghilang, aku bersama dengannya dan aku jatuh cinta pada dia," tutur pemuda itu.

"Itu tidak mungkin," ucap Lanshang sambil menggeleng.

"Kita bersama lebih lama. Kau dan aku sudah dekat sejak kecil. Bagaimana bisa dia yang menjadi yang kau cintai?"

"Cinta itu muncul dengan sendirinya. Cinta berasal dari hati. Meski kita bersama lebih lama, aku tidak bisa mencintaimu sebagaimana layaknya seorang kekasih. Aku hanya menganggapmu sebagai adik. Adik termanis yang pernah kumiliki," ucapnya.

Netra hitam Lanshang berkaca-kaca. Leewan segera menghampiri dan memeluk.

"Jangan bersedih. Suatu saat nanti pasti akan ada pria yang tulus mencintaimu. Soal pertunangan, kita harus memberitahu baginda raja untuk membatalkannya," ujar pemuda itu pelan.

Gadis tersebut adalah orang terdekat yang dia sayangi. Tidak tega rasanya dia melihat Lanshang bersedih seperti itu. Namun hatinya telah memilih cinta dan Lanshang harus bisa menerima serta mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan.

Lanshang mengangguk pelan sambil menyunggingkan seulas senyum tipis.

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan melakukannya. Aku akan mengalah dan membiarkan dirimu bersama dengan gadis yang kau cintai. Aku tidak akan lagi memaksakan perasaanmu untuk menyukaiku."

"Jika kau memang bahagia bersama Shenling, aku juga pasti akan ikut senang," lanjutnya lagi.

Leewan ikut tersenyum. Dia kini merasa lega.

"Aku sudah menduga kalau Tuan Putri Lanshang yang selama ini kukenal memang gadis yang baik," ujarnya.

Mereka lalu kembali bercakap sambil bercanda seperti biasa. Tidak lama Leewan bergegas pamit karena ada hal keprajuritan yang harus dia tangani. Masalah pemberontakan perbatasan yang ternyata belum sepenuhnya usai masih menjadi tanggung jawabnya. Lanshang mengangguk mengijinkan dengan tetap memasang senyum di wajah.

Akan tetapi, senyum di wajah nan ayu itu kemudian menghilang dan berubah menjadi wajah kaku yang dingin membeku tidak lama setelah Leewan pergi.

"Tuan Putri, apa Anda baik-baik saja?" tanya Bibi Huan yang masih setia berada di sana untuk menemani Lanshang

"Tentu saja aku baik-baik saja. Bibi tidak perlu mencemaskan aku," sahut Lanshang lugas.

"Tapi apa benar Tuan Putri akan melepaskan Tuan Leewan begitu saja? Bukankah Anda sangat mencintai dia?"

"Siapa bilang aku akan melepaskan dia? Dia adalah segalanya untukku. Aku yakin dia juga sebenarnya mencintaiku sebelum siluman itu muncul," ucap Lanshang.

"Hamba juga yakin seperti itu. Kalian sudah dekat sejak kecil. Tidak mungkin Tuan Leewan tidak merasakan cinta kepada Tuan Putri."

"Karena itu, aku harus dengan cepat menyingkirkan Shenling, tapi Leewan tidak boleh tahu hal ini. Karena itu, kita harus menyusun rencana dengan cermat," tukasnya.

Pelayan tua di sampingnya tersebut hanya mengangguk. Apa pun akan dia lakukan untuk membantu sang Tuan Putri menggapai kebahagiaannya.

***

"Apa yang sudah kaulakukan?" gertak Lanshang dengan keras kepada Shenling yang berlutut di hadapannya.

"Berani betul kau merusak gelang pemberian Leewan untukku. Aku sudah menerima hubungan kalian, tapi kau justru bersikap seperti ini karena rasa cemburumu yang berlebihan!" seru gadis itu lagi.

"Hamba tidak berani. Hamba tidak melakukan yang dituduhkan," jawab Shenling cepat.

"Masih tidak mau mengaku? Pelayan, tampar pipinya tiga puluh kali sekarang juga!" titah Lanshang pada gadis muda yang berdiri di sampingnya.

Shenling masih menggeleng ketakutan saat pelayan itu mendekat.

'Dia pasti sengaja memfitnahku. Dia bukan gadis baik seperti yang dikatakan Leewan. Dia sama saja seperti Chenyang,' ucap Shenling dalam hati.

Sementara, di hadapannya Lanshang tertawa senang.

'Aku tidak akan melepasmu dengan mudah. Aku akan membuatmu tersiksa karena berani mengambil milikku, Siluman,' sergahnya.

avataravatar
Next chapter