Darren dan Yasmin menyusuri koridor kampus yang sepi seolah tak berpenghuni.
"Hei, kau gila ya! Ini kan hari sabtu. Mana ada yang memiliki kelas di hari sabtu," ucap Yasmin yang sedari tadi diseret Darren.
Darren hanya diam dan terus menyeret Yasmin ke gedung rektorat. Yasmin hanya bisa mencebik dan mengikuti langkah si pembunuh berantai yang menyeretnya tanpa alasan yang jelas.
"Diamlah, tugasmu hanya mematuhiku. Lagi pula kau masih terikat perjanjian sebagai asistenku," ucap Darren sambil membuka pintu tanpa melepaskan tangan Yasmin dari genggamannya.
"Ah, kau mau menjadikanku budak lagi. Awas saja kau, ku adukan nanti sama Daddy," sahut Yasmin mengancam.
"Coba saja kalau bisa." Darren langsung menyeret Yasmin masuk dan memojokkannya.
Yasmin yang melihat ekspresi Darren berubah menjadi begitu menyeramkan membuat alarm bahaya dalam dirinya menyala. Tanpa aba-aba, Yasmin menendang tulang kering Darren dan berusaha mendorong Darren menjauh dari dirinya.
"Kelinci kecil, kamu ini sedang apa? Kamu pikir tenaga kecilmu itu bisa melukaiku?" ucap Darren lengkap dengan smirk di bibirnya.
Yasmin mulai panik karena serangannya tak mempan untuk tubuh seorang Darren yang begitu kokoh.
"Ha..ha..ha.., Darren, ah- tuan pembunuh berantai, bisa tolong lepaskan aku? Aku mohon," pinta Yasmin dengan mata yang berkaca-kaca ketakutan.
"Aku kan tak memiliki salah apapun padamu. Aku juga tak suka om-om sepertimu," sambung Yasmin.
"Hei, kau tak mungkin menodai anak kecil sepertiku bukan," cerocos Yasmin terus menerus.
Darren hampir tertawa melihat tingkah kelinci kecilnya yang menggemaskan. Namun, Darren tak goyah sedikitpun.
"Aku tak akan melepaskanmu dengan mudah kali ini kelinci kecil. Salah siapa kamu calon istriku," batin Darren.
Bagaimana mungkin Darren menyia-nyiakan kesempatan yang sudah di depan mata untuk berduaan dengan Yasmin.
"Memangnya kenapa jika aku melakukannya padamu? Dan satu lagi, kamu itu sudah bukan anak kecil lagi," ucap Darren menyentil jidat Yasmin.
Yasmin mulai menjadi candu untuknya. Ia selalu ingin melihat Yasmin sepanjang hari tanpa terlewat sedetik pun.
"Aku masih anak kecil, nyatanya Kak Kinan dan Kak Ara masih manggil aku bayi dugong," ucap Yasmin.
"Saya tanya umurmu berapa?" tanya Darren.
"18 tahun," ucap Yasmin dengan polosnya.
Darren menepuk keningnya, kenapa dia bisa dijodohkan dengan gadis sepolos Yasmin.
"Pulang sekarang," ucap Darren sambil menarik tangan Yasmin.
"Bisa pelan-pelan tidak! sakit tahu!" teriak Yasmin.
Karena berisik akhirnya Darren menggendong Yasmin, membuat yang empu mematung. Kali ini Darren benar-benar dibuat gila dengan Yasmin, rasanya dia ingin dekat dengan gadis polos nan lemot itu.
Sementara di Mansion Kenzo, Ara dan Kinan sedang duduk berdua. Mereka sedang memikirkan bagaimana caranya agar bisa merayu daddynya agar tidak terlalu cepat menikahkan mereka.
"Kamu punya ide?" tanya Ara kepada adiknya.
Kinan hanya menggelengkan kepalanya, ia juga bingung harus bagaimana secara dia juga tidak mau membuat kedua orang tuanya sedih.
"Sepertinya kali ini kita turuti saja kemauan Dad dan Mom," ucap Kinan.
"Huff, sepertinya begitu." ucap Ara.
Sedangkan Kenzo mencari keberadaan monster betinanya, begitu juga dengan Keenan. Kenzo yang berpapasan dengan Keenan pun langsung menyipitkan matanya.
"Kenapa lihat-lihat?" tanya Keenan yang merasa risih dengan Kenzo.
"Terserah saya dong, mata-mata saya." ucap Kenzo yang tidak mau kalah.
"Anda sedang mencari siapa? Oh saya tahu pasti anda sedang mencari Kakak ipar saya," lanjut Kenzo.
"Bukan urusanmu," ketus Keenan.
"Sudahlah, mengaku saja. Mau saya kasih tahu dimana Kakak ipar sekarang," ucap Kenzo.
"Dimana?" tanya Keenan.
"Kepo," jawab Kenzo yang kemudian pergi meninggalkan Keenan.
Keenan pun mengepalkan tangannya, bisa-bisanya dia permainkan Kenzo sedangkan Kenzo pun tertawa karena sudah mengerjai pria kaku itu.
Kinan yang melihat Kenzo tertawa sendiri pun heran, ia rasa calon suaminya itu sudah gila karena tertawa sendiri.
"Honey, kamu kenapa tertawa sendiri?" tanya Kinan.
"Tidak apa-apa honey, kamu darimana saja aku mencarimu kemana-mana?" tanya Kenzo balik.
"Aku habis ngobrol sama Kak Ara, honey." ucap Kinan.
"Oh begitu, kita masuk sepertinya akan turun hujan, nanti kamu masuk angin," ucap Kenzo.
Kinan mengangguk, mereka pun masuk ke dalam. Para Mom sedang memasak untuk makan malam, Ara yang baru saja masuk dapur pun langsung membantu mereka.
"Honey, wajah kamu pucat sekali. Apa kamu sakit?" tanya Kenzo.
"Mungkin aku hanya kecapean saja," ucap Kinan.
"Ya sudah, tidurlah aku akan membangunkan kamu kalau sudah saatnya makan malam," ucap Kenzo.
"Baiklah," ucap Kinan.
Kenzo mengambil bantal di sofa dan menyuruh Kinan untuk tidur. Sedangkan dirinya kembali sibuk dengan laptopnya.
Daddy Heri yang melihat Kenzo dan Kinan hanya tersenyum, Daddy Heri yakin kalau Kenzo akan menyayangi putrinya dengan tulus. Walaupun terkenal casanova tapi sebenarnya Kenzo bukan tipe pria seperti itu.
"Tinggal mendekatkan Ara dan Keenan," gumam Daddy Heri.
Yasmin dan Darren pun sampai mansion Kenzo, mereka langsung masuk ke dalam Yasmin yang melihat kakaknya tidur pun tidak berani membuat keributan.
"Tumben Kak Kinan tidur jam segini?" tanya Yasmin sembari duduk di sofa.
"Jangan berisik, monster betinaku lagi istirahat," ucap Kenzo.
"Yaelah, aku kan cuma tanya aja." ucap Yasmin kesal.
Kenzo hanya diam, dia tidak terlalu peduli dengan ocehan Yasmin. Sedangkan, Darren hanya diam sambil menatap Yasmin.
"Lebih baik, kau bersih-bersih dulu badanmu penuh kuman," ucap Kenzo.
Yasmin melotot, " Kakak ipar, badanku ini wangi dan bersih. Enak saja ngatain badanku penuh kuman," ucap Yasmin tidak terima.
"Kelinci kecil, kau sangat berisik cepat mandi sana," sela Darren.
"Kalian, menyebalkan," ucap Yasmin kemudian pergi ke kamarnya.
Kinan yang terbangun karena mendengar suara cempreng adiknya. Ia pun mengerjapkan matanya dan melihat Kenzo yang sedang fokus dengan laptopnya.
"Honey, kamu sudah bangun," ucap Kenzo yang merasakan ada pergerakan di sampingnya.
"Iya, suara cempreng Yasmin yang membuatku terbangun," ucap Kinan.
"Gimana, udah enakan badan kamu honey?" tanya Kenzo.
"Sudah mendingan, cuma agak sedikit pusing," ucap Kinan.
"Badan kamu demam, honey." ucap Kenzo.
Kenzo pun langsung panik dan menelpon dokter pribadinya, sedangkan Kinan dan Darren bingung dengan sikap berlebihan Kenzo.
"Honey, aku tidak apa-apa. Kenapa kamu jadi heboh begini?" tanya Kinan.
"Jangan bilang kamu baik-baik aja, badan kamu demam honey," ucap Kenzo.
"Tuan Kenzo, manusia yang masih bernyawa pasti tubuhnya hangat. Kecuali kalau orang yang sudah meninggal baru tubuhnya akan dingin," sela Darren yang jengah dengan kebodohan Kenzo.
"Jangan sok tahu anak kecil," ucap Kenzo.
"Honey, yang dikatakan pembunuh berantai itu benar. Badanku hangat karena aku masih hidup," ucap Kinan yang gemas dengan tingkah Kenzo.
"Benarkah," ucap Kenzo.
"Benar," ucap Kinan.
"Baiklah, karena kamu yang menjelaskan aku percaya." ucap Kenzo tersenyum.
Darren hanya diam tanpa ekspresi padahal dalam hatinya merutuki calon suami Kakak iparnya itu. Setelah pukul 7 malam sudah waktunya makan malam.
Mereka pun makan malam bersama Kinan yang sudah terbiasa menyiapkan makan untuk Kenzo pun berhasil menjadi pusat perhatian.
"Honey, kamu mau makan sama apa?" tanya Kinan.
"Terserah kamu saja honey, apapun yang kamu ambilkan pasti aku makan," ucap Kenzo.
"Gombal kamu," ucap Kinan terkekeh.
Daddy Heri dan Mr. Aberto pun saling pandang entah apa yang mereka rencanakan.
"Ara, kenapa kamu diam saja? Ambilkan makanan untuk Keenan," ucap Daddy Heri.
"Tapi Dad-" ucapannya terhenti.
"Tidak ada penolakan," ucap Daddy Heri.
Mau tidak mau akhirnya Ara mengambilkan makanan untuk Keenan, sedangkan Yasmin sudah sibuk dengan makanannya. Dia sedang di suapin sama Mom Jia.