"Aku menyerah pada hati yang sudah menawan rasa. Kupercayakan semua sebab aku adalah miliknya."
"Kamu gila, Na. Bagaimana bisa kamu lakukan ini semua?" Doni terlihat marah saat mengetahui kebenaran tentang apa yang aku lakukan. Dia bahkan membuang muka setelah berucap demikian.
Sejak berbicara di telepon beberapa minggu lalu, aku memang memutuskan tak lagi mengonsumsi pil pencegah kehamilan tersebut. Entah mengapa Mas Rozi mampu meyakinkanku.
"Dengerin dulu, Don. Semua ini demi kebaikanku." Doni membalikkan pandangan, tatapannya tajam menghunjam netra ini.
"Kebaikan. Kebaikan apa?" Dia berusaha menahan emosi, terlihat dari caranya meredam suara agar tidak terdengar orang-orang di sekitar.
Siang ini aku dan Doni bertemu di sebuah tempat makan. Setelah lebih dari tiga minggu kami hanya berhubungan lewat WhatsApp saja.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com