webnovel

Ch. 11 Astagaaa... Bosku, Neo!

Segera ujung tombak yang mengibas ke arah Tetua Amr menghentak lengan kirinya.

*Nul*

tidak ada efek dari serangan ini karena bukan ujung tombak yang mengenai Tetua melainkan tongkatnya.

"Bukan seperti itu cara menggunakan tombak!" Tetua Amr menahan tawa terhadap serangan si remaja.

Tidak berapa lama Ansep masuk ke dalam bilik membawa sebotol susu. Melihat susu, mata Aswa melebar menunjukkan ketertarikan.

*Duk...!!* *Prang...!!!*

"Waduh! Baru juga ngiler malah pecah tuh botol susu."

Batin Aswa sedikit tersiksa setelah melihat botol susu pecah terkena palu remaja berambut kriting yang dibiarkan terurai panjang hingga ke bahu.

"Bedebah tengik!" Ansep spontan mengutuk. Ekspresi yang belum pernah ditampakkannya di hadapan Aswa.

*Gubraakkk...!!*

Tubuh remaja penyerang Tetua Amr seketika terhempas ke tanah. Membuat retakan di sana-sini. Pukulan Ansep tidak disadari olehnya.

Si Remaja lalu duduk dengan wajah cemberut. Menahan sakit di sekujur tubuhnya, terlebih di kepala.

"Aswa, kenalkan anggota muda kami, Neo..."

Tetua Amr memperkenalkan rekrutan anyar di Sekte Kelopak Anggrek Putih. Anak ini baru bergabung enam bulan yang lalu.

"Dia..." Aswa tertegun melihat Neo sambil mengingat sesuatu.

Neo memiliki semangat yang tinggi dan bakat memimpin. Ayahnya adalah mantan tetua terdahulu, Master Sain.

Bakat bertempur Neo tidak menonjol. Namun semangatnya untuk menjadi orang nomor satu di lingkaran gerakan iblis menarik minat Tetua Amr untuk mendidiknya secara langsung.

Hanya saja hingga sekarang ia belum bisa menerima Tetua Amr sebagai pengganti Ayahnya yang memutuskan menikmati sisa hidupnya dengan menyendiri, satu bulan yang lalu.

Dalam satu bulan berjalan Neo telah 98 kali menantang Tetua Amr. Ditambah dengan serangan gegabah barusan, totalnya menjadi 99 kali.

"Neo, sudahi tindakan konyolmu itu. Sekarang kau bisa membantu Aswa bergabung di sekte kita."

Ansep memutar kepala Neo ke arah Aswa dengan paksa.

"Untuk apa? Aku sedang sibuk merebut posisi Tetua."

Noe berupaya keras memutar balik kepalanya untuk kembali menatap Tetua Amr.

"Masih terlalu lama kau bisa menjadi Tetua. Setidaknya kau harus merebut posisiku sebagai Ketua Sekte terlebih dahulu."

Ansep tidak menutupi jabatannya sebagai ketua sekte di hadapan Aswa. Baginya Aswa kelak juga pasti tau.

"Aku pasti akan merebut posisi itu juga! Untuk anak yang di sana, aku tidak mau berurusan dengan hal-hal yang merepotkan seperti itu…"

Noe jelas tidak tertarik dengan Aswa.

"Untuk menjadi orang nomor satu di lingkaran gerakan iblis kau harus punya tim. Aku setuju jika kau mau berteman dengan Aswa dan membantunya bergabung dengan kita." Tetua Amr memberikan pandangan.

"Tetua, bagaimana kita mulai dengan tradisi menjalankan misi."

Ansep melepaskan kepala Neo dan melangkah ke arah Tetua Amr.

"Misi apa yang tepat untuk mereka, ketua Ansep?

"Untuk kebaikan mereka berdua dan masa depan Sekte. Kita tugaskan mereka menangkap makhluk spiritual. Grade nya tentu saja minimal A, Tetua Amr."

"Apa yang bisa diharapkan dari Grade A yang masih cupu? Aku pasti akan mendapatkan Grade SSS!" Neo terlihat sangat bersemangat dengan mengepalkan tangannya ke arah Tetua Amr.

"Baguslah kalau kau bersemangat."

Pancingan Ansep berhasil. Umpannya sudah dimakan Neo.

Makhluk spiritual hidup liar di alam ini. Keberadaannya terkadang membantu makhluk lain, terkadang sangat merugikan.

Dari segi kemampuan dan kekuatan, makhluk spiritual memiliki tingkatan-tingkatan dan telah tercatat dalam ensiklopedia. Mulai dari Grade E, D, C, B, A, S, SS hingga SSS. Semakin baik kualitas makhluk spiritual, semakin besar pula kekuatannya. Selain itu varian kemampuan akan semakin banyak pula.

Semakin bagus kualitasnya semakin banyak kemampuan yang bisa dipelajari. Makhluk spiritual Grade E hanya bisa mempelajari satu kemampuan. Grade D dapat mempelajari 2 kemampuan. Setiap kenaikan satu Grade kualitas makhluk spiritual akan menaikan 1 kemampuan lagi. Untuk Grade SSS tentu saja ada 8 kemampuan yang bisa diajarkan.

Konon Grade SSS hanya dimiliki oleh para petinggi penguasa. Sedangkan di lingkaran gerakan iblis hanya satu orang yang memilikinya.

Itupun tidak pernah ada wujud makhluk spiritual Grade SSS yang terekspos dalam 500 tahun terakhir. Keberadaannya dianggap sebagai senjata rahasia.

Neo menunjuk ke arah Aswa. "Kau jangan mengecewakan aku ya, jelek..."

"Aswa, bagaimana menurutmu?" Tetua Amr bertanya.

"Aku mengalami dehidrasi... aku kepingin susu..." wajah Aswa sangat datar saat ini.

"Baiklah... kami anggap kau setuju."

Ansep berjalan ke luar bilik untuk mengambil susu.

"Dasar anak-anak! Sebesar ini masih minum susu."

Di belakang Ansep, samar-samar suara Neo menghina-hina Aswa terdengar olehnya. Tidak tahan dengan kelakukan Neo, Ansep berbalik.

"Neo pintar… ini permen untukmu."

"Wah… terima kasih ketua. Yummy!" Neo langsung menyambar permen lollipop dan langsung membuka bungkusnya.

Lihat, siapa sekarang yang anak-anak?!

...…..

#Hutan di tepi Kota Samareand#

Aswa sudah berpakaian rapi sekarang. Sejam sebelumnya ia membersihkan diri, menyantap makanan, lalu berpamitan dengan Tetua Amr dan Ansep.

Diatmar masih tergeletak tak sadarkan diri.

Rambut Aswa yang sebelumnya botak kini sudah tumbuh dengan cepat. Kain Keramat benar-benar item penting!

Sebelum pulang Aswa menerima penggantian gadget dari sekte. Gadget sebelumnya telah hangus terbakar oleh Diatmar.

Barcode kontaknya pun sudah diberikan kepada Ketua Sekte Ansep dan Tetua Gusti Amr.

Ada empat pesan masuk ke gadget barunya, yaitu dari Godel, Jeon, Yanda dan Muhayman. Semuanya sudah dikirimi pesan oleh Aswa tentang kabarnya yang baik-baik saja.

Bersama Neo, Aswa berjalan dengan santai di tengah hutan.

"Kamu ini bodoh atau apa… ? dari tadi ku ganggu tidak pernah marah."

Neo sudah mulai lelah mengganggu Aswa.

"Jika bukan karena kau akan membantuku mendapatkan makhluk spiritual aku tidak akan bersamamu."

"Oh, iya... Kapan kita mulai menjalankan misi?" Aswa mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Lho, bukannya sekarang?" Neo menunjukkan wajah kesal.

"Sekarang aku sudah sangat lelah. Setidaknya seminggu lagi biar persiapan kita matang."

"Seminggu?! Waktu selama itu bisa membunuh semangatku!"

Neo tiba-tiba duduk di tengah perjalannya bersama Aswa. Melihat itu Aswa menghentikan langkahnya.

"Aku ini leader party ini! Aku yang harus memutuskan!"

Siapa yang menetapkan Neo menjadi Leader? Seingat Aswa tidak ada Tetua atau Ketua Sekte yang mengatakan itu...

"Ya emang sih..." Aswa tidak mau berdebat dalam kondisi seperti ini. "Tapi sebagai anggota party aku harus memberi saran."

"Apa saranmu?" Hati Neo seperti di awang-awang saat dirinya dianggap Leader oleh Aswa.

"Saranku kita harus mempersiapkan misi ini selama dua minggu..."

"Dua minggu? Kalau tidak salah dengar kau bilang hanya seminggu barusan..."

"Rasa-rasanya aku tidak mengatakan itu." Aswa sebenarnya tidak pandai berbohong. Tapi untuk kemaslahatan umat dia akhirnya berbohong.

"Yah, asal aku leadernya semua itu tidak masalah. Hehehe…"

Secepatnya Neo berdiri dan berjalan dengan sombongnya sambil tersenyum tidak jelas.

Waduh, Neo benar-benar mudah untuk diatasi! Aswa sudah tau sedikit cara menghadapi Neo. Tapi yang tidak ia tau tentu tidak semudah ini.

Leader murahan seperti Neo jelas tidak cocok jadi Leader!

Aswa memandang ketus ke arah Neo yang berada dalam euphoria menjadi bos muda.

Tidak menjadi Leader bukan masalah bagi Aswa. Mencapai setiap tujuan tentu jauh lebih penting. Terlepas dari itu, Neo adalah anak mantan Tetua Sekte Kelopak Anggrek Putih. Setidaknya Neo memiliki bakat memimpin warisan ayahnya.

#Tepi hutan#

Dari lereng gunung Aswa dan Neo bisa melihat Kota Samareand seperti miniatur kota modern nan asri. Bangunan yang tersusun rapi menandakan perencanaan pembangunan yang matang. Sesuai dengan mottonya: Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman.

Saat ini waktu menunjukkan pukul 17.30. Cuaca ketika itu sedang mendung. Sehingga membuat Sungai Mahakama terlihat samar-samar membelah Kota Samareand, membagi kota menjadi 6 kecamatan.

"Kau sekarang sudah jadi anggotaku jadi aku akan mengantarmu sampai ke rumah."

Kata-kata Neo di luar ekspektasi Aswa. Saking senangnya Neo sampai bersedia menemani Aswa pulang.

"Itu tidak perlu, bos. Dari sini aku sudah tau jalan pulang."

Aswa melambaikan tangan di hadapan Neo tanda tidak setuju.

"Semenjak aku menjadi bosmu, keselamatanmu adalah tanggung jawabku!"

Hal yang dilakukan Neo ini jelas di luar perkiraan Aswa. Kondisi spiritualnya yang sudah sangat lelah enggan digunakannya untuk membaca pikiran Neo. Kemampuan itu untuk sementara ditutup.

"Baiklah..." Aswa akhirnya menyerah dengan sikap ngotot Neo.

.....

Bersamaan dengan keluarnya Aswa dan Neo dari hutan, sekelompok pemuda dan dua orang remaja dari jarak 200 meter sedang melakukan perkelahian.

Satu dari dua orang remaja itu dikenal Aswa.

Itu Godel!

Ada 20 pemuda yang sekarang mengeroyok Godel dan rekannya. Mereka mengenakan seragam berwarna ungu ciri khas Sekolah Bela Diri Menengah Atas Sungai Pinang.

Kurikulum sekolah ini hanya menyediakan 10 persen kemampuan spiritual. Selebihnya mata pelajaran yang diajarkan adalah seni bela diri tangan kosong, teknik segala jenis senjata, dan menguatkan tubuh fisik.

Walaupun demikian bukan berarti mereka kalah secara spiritual dari siswa yang mendapat porsi pelajaran spiritual lebih banyak, seperti Godel dan Aswa. Umumnya mereka merasa sudah memiliki pondasi spiritual yang cukup, sehingga lebih tertarik untuk mengembangkan kemampuan bertarung untuk mengungguli lawan-lawannya. Untuk kemampuan olah tenaga jiwa, biasanya para siswa ini memperdalamnya di luar jam sekolah.

Menghadapi party dua puluh orang jelas membuat Godel dan rekan sangat kewalahan. Tapi sebagai remaja penganut idiologi iblis Godel tampak sangat bersemangat. Tawa Godel yang membahana menunjukkan hal itu.

Tiba-tiba tawa Godel terhenti setelah kepala rekannya terpenggal oleh sabetan pedang lawannya.

Melihat hal ini Aswa tidak tertarik untuk membantu. Dengan kondisinya yang sekarang logis bagi Aswa menghindari pertarungan.

"Bosku ayo kita lari secepatnya!" Sambil berlari Aswa menepuk bahu Neo.

"Makhluk Spirituaalll.... Itu Enggang Darah!" Neo tiba-tiba berseru dan berlari ke arah Makhluk Spiritual sejenis burung.

Teriakan Neo terdengar oleh sekelompok pemuda yang sedang bertarung dengan Godel.

Walau Godel terdesak, masih sulit bagi 20 pemuda ini untuk mengatasinya dengan cepat.

"Kapten, ada dua anak yang melihat kita." Seorang wanita berbisik ke telinga seorang ras kadal berwarna hijau.

"Bawa sembilan orang bersamamu. Kami bersepuluh masih bisa menghabisi Godel di sini."

"Baik."

Melihat ada sepuluh orang berlari ke arahnya, Aswa segera berlari ke arah Neo.

"Bosku, ada yang mengejar kita!"

"Oh, mereka cari mati ya?"

"Ayo kita kabur!"

"Tidak perlu kabur, kita sikat saja mereka!" sambil berkata-kata dua tangan Neo menggenggam pinggangnya.

"Mereka ada sepuluh orang! Setidaknya sekali-sekali kau pakai otak mu itu!" Aswa merasa kesal dengan sikap nekat Neo.

"Lari dari pertempuran? Bagaimana bisa aku menjadi makhluk nomor satu di dunia jika tidak menghadapi masalah seperti ini?"

Aswa tidak tau harus berkata apa lagi untuk menyelamatkan nyawa Neo. Aswa berlari meninggalkan Neo.

"Hah, kau pengecut, Aswa!"

Neo sudah memasang kuda-kuda untuk bertarung.

"Nona Qiusera, apa yang harus kita lakukan? Ada satu anak yang berusaha kabur."

"Lima orang mengejar anak berambut hitam. Sisanya ikut aku membunuh anak berambut coklat."

Aswa mulai sadar jika ia tidak akan bisa lolos dari pengejaran. "Bagaimana jika ku ajak negosiasi? Tapi tak ada strategi lobi yang tepat saat ini. Hasilnya semua buruk. Kami pasti mati karena melihat pembunuhan! Bagaimana jika itu?" Dalam keadaan kritis Aswa masih mampu berpikir dengan akal sehat.

"Aku dari Sekte Kelopak Angrek Putih! Kau mau..." Neo terkena terjangan pemuda bercadar sebelum menyelesaikan kata-katanya.

Pertarungan sudah tidak dapat dihindari!

"Astaga... Neo membuka kedok!"

Aswa mendengar teriakan Neo dan bergegas mengambil jalur memutar untuk menghampiri Neo.

Bersama Neo, boleh jadi masih ada kemungkinan bertahan hidup. Aswa telah memutuskan beberapa strategi.

"Hahaha... baguslah kalau kalian dari sekte brengsek itu. Kami dari Guild Cahaya adalah musuh alami kalian. Mengirim kepala kalian kembali dapat menjadi peringatan bagi pemimpin kalian."

Pernyataan Neo menarik minat Qiusera untuk membunuh Neo.

"Bagaimana jika anak ini adalah putra dari Master Sain, Mantan Tetua sekte?"

Aswa tiba-tiba keluar dari tanaman rimbun dekat dengan Neo.

"Apa?! Jika seperti itu Kami harus benar-benar membunuhnya untuk membalas dendam bos besar kami!"

Sorot mata Qiusera bersama empat rekannya menjadi tajam. Niat membunuhnya semakin besar.

"Aswa! Kenapa kau bawa-bawa ayahku?"

"Yah, ku pikir kau senang tantangan. Ayo kabur!"

Aswa merangkul leher Neo, menariknya ke dalam hutan. Strategi Aswa untuk melakukan lobi jelas gagal. Tidak ada cara lain selain bertarung. Keberhasilan untuk kabur sangat kecil peluangnya.

"Aku tidak bisa bernafas, bego!"

"Ya sudah, lakukan semau mu sekarang!" Aswa melepas Neo lalu bergegas masuk ke dalam tanaman rimbun.

.....

"Percuma kalian kabur!"

*Seettt..* *Seettt..* *Seettt..*

Quisera telah mengeluarkan Busur dan melepaskan tiga anak panah ke arah Neo. Anak panah yang dilepaskan memancarkan corak hitam bak bayangan. Menandakan elemen kegelapan yang di miliki ranah pikirannya.

Dengan lincah Neo menghindari ketiga anak panah itu. Membuat Quisera sedikit kesal.

Empat anggota yang lain mencoba menyerang langsung ke arah Neo. Dua orang menggunakan elemen es pada dua tapaknya, dua orang lain menembakkan energy petir dalam jarak dekat.

"Wadauuu…!!"

Neo hanya bisa menghindari satu serangan petir. Serangan petir lainnya menyentuh pinggulnya hingga membuatnya berguling di tanah.

Dua orang pengguna elemen es bergantian mencoba menusuk Neo yang terus berguling dan berputar di tanah.

*Blass…*

Aswa melakukan serangan mendadak ke arah salah satu pemuda pengguna elemen petir.

Menebaskan parang tepat ke bagian anchilles tendon. Area kaki antara betis dan tumit.

Arrgghh… Bangs****tt!!

Kaki pemuda petir mengalami pendarahan yang hebat!

Tangannya dengan membabi buta menembakkan petir ke arah Aswa yang kembali masuk ke semak-semak dengan cepat.

Efek tembakan petir berkurang setengah setelah terhalang tanaman. Namun percikan petir masih dapat menyentuh lengan kiri Aswa.

Ughh…!!

Tangan Aswa mengalami luka bakar akibat serangan petir. Hanya menggunakan satu ranah pikiran [Domain 9] Aswa tidak bisa menginstruksikan sistem saraf sensoriknya untuk tidak bekerja.

Aswa hanya bisa menahan rasa nyeri dan pedih di lengannya yang juga mempengaruhi sistem kerja organ yang lain.

Jantung Aswa saat ini berdegub kencang. Keringat mengalir di dahi, leher, dan punggungnya.

Lima orang yang mengejar Aswa sebelumnya datang menyelamatkan pemuda pengguna elemen petir. Jika tidak segera ditolong, darahnya tentu akan habis.

"Cukup satu yang menyembuhkan, goblok! Yang lain segera habisi kedua anak itu!"

Qiusera tidak dapat menahan marah melihat kondisi yang berada di luar perkiraannya. Matanya kini terus mengintai celah untuk memanah Neo.

Beberapa anak panah sudah dilepaskan. Namun tidak ada satupun yang tepat sasaran. Ini jelas memalukan!

Neo terus menerima pukulan dan tendangan dari dua orang pemuda berelemen es. Para pemuda ini sedikit shock, pukulan dan tendangannya yang sudah terintegrasi dengan es masih belum mampu memberikan luka fatal pada Neo.

"Serahkan nyawamu, kamvret!"

Dua orang pemuda lain bergabung untuk menghajar Neo. Sesekali pemuda berelemen petir menembak ke arah Neo. Akan tetapi bahkantidak ada satupun serangannya yang mampu menyentuh rambut Neo.

"Anak ini licin seperti belut. Tapi jadi apa? Terus-terusan dipukul dia pasti akan tewas juga!" pemuda petir sudah sangat kesal dan mulai kelelahan karena terus menggunakan energi ranah pikirannya.

Hari sudah mulai gelap. Aswa tidak tau pasti berapa lama mereka sudah terlibat dalam krisis ini.

*Bam...!*

Tiba-tiba seseorang berhasil memukul kepala Aswa!

Ughh...

"Akhirnya tikus ketahuan sarangnya! Hahaha..."

Darah keluar dari kepala Aswa, mengalir di antara pipi dan telinganya hingga ke leher.

Seorang yang lain menendang punggung Aswa hingga memuntahkan darah!

Aswa tersungkur di tanah.

Masih ada banyak energi spritual yang dimiliki Aswa saat ini karena hanya menggunakan satu [Domain].

"Aku tidak boleh mati di sini…"

Mencoba bangkit... sebuah tendangan kembali mendarat di kepalanya!

Aswa kembali tersungkur... kali ini darah mengalir dari kepala, melalui dahi, lalu menuju mata kirinya.

Aswa mencoba untuk berpikir cepat agar keluar dari krisis.

Namun hanya ada satu strategi sekarang. Yaitu 'berdoa...'

Dari jarak lima meter Aswa melihat Neo sudah sangat menyedihkan dengan banyak luka di sekujur tubuhnya.

Aswa tersenyum kepada Neo. Semua ini karena Neo yang terlalu kekanakan! Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tinggal bagaimana bubur ini bisa disajikan lezat.

"Mati kauuuu...."

Tanpa Aswa sadari, seorang pemuda sedang mencoba menusukkan belati ke leher belakangnya!

Melihat kondisi Aswa yang segera dieksekusi, Neo berlari dengan cepat ke arah pemuda itu...

Neo memiliki daya tahan yang jauh lebih baik dari Aswa. Saat ini ia masih mampu menerima serangan fisik sambil menghindari serangan elemental. Itu sudah menjadi bukti sahih.

"Itu anak buahku brengseeekkk...!!!"

Suara Neo menggelegar...

Daun-daun bergoyang terkena gelombang energi Neo.

Mata Aswa pun terpejam menahan lonjakkan energi.

Gelombang ini bukan dari aura elemental, walaupun berasal dari ranah jiwa Neo.

Para penyerang Neo hanya bisa menyipitkan mata saat diterpa gelombang jiwa.

Seketika Neo sudah menabrak eksekutor Aswa. Tabrakan bahu Neo yang sangat kuat, dengan memanfaatkan momentum kecepatan, membuat wajah pemuda eksekutor remuk! Terpental belasan meter sesudahnya.

Tidak ada perubahan di tubuh Neo setelah mengeluarkan aura ranah jiwanya. Di tubuhnya hanya ada noda darah bekas pukulan dan tusukan.

"Ini kesempatanku!"

*Wuuussszzz...*

Qiusera telah melepaskan rentetan seratus anak panah hitam ke arah Neo dan Aswa.

Melihat itu, Aswa segera bangkit dan meraih celana Neo…

Namun naas!

Setidaknya 90 persen anak panah hitam menghujam tubuh depan Neo!!!

Mereka yang hadir di sana menyaksikan bagaimana tubuh bagian depan Neo, dari kepala hingga betis dipenuhi tancapan anak panah. Persis seperti tubuh landak yang dipenuhi duri. Para penyerang tersenyum puas dengan keadaan ini.

Misi sampingan besar berhasil!

Membunuh anak Master Sain!

Para penyerang bersorak!

***

Next chapter