webnovel

Debat (Part 2)

Bagas masih saja keras dengan keputusannya mempertahankan Claire, Bagas keberatan dengan pengunduran diri Claire yang begitu menadak.

Claire masih sangat dibutuhkan di perusahaan ini, paling tidak sampai Bagas menemukan penggantinya nanti.

Tapi Claire juga tetap keras pada keputusannya untuk mengakhiri keterlibatan dirinya di perusahaan tersebut, Claire masih tidak bisa memberikan penjelasan yang mampu Bagas mengerti.

Karena Claire juga tidak tahu pasti apa alasannya, Claire hanya merasa tidak nyaman lagi berada ditengah mereka semua, Claire ingin sendiri saja sekarang tanpa ada kebisingan apa pun.

"Kontrak kamu masih 1 tahun, kamu ingat kamu sudah sepakat dengan kontrak yang saya tawarkan dulu, kenapa sekarang jadi seperti ini"

"Saya tidak lupa, tapi memang saya tidak bisa lagi bertahan disini"

"Kamu harus bayar ganti ruginya, selama satu tahun kontrak kerja kamu"

Claire terdiam, Bagas tersenyum melihat diamnya Claire saat ini.

Claire sadar gajinya memang lamayan di perusahaan ini, jika Claire harus membayar untuk kontrak satu tahunnya ....

"Bayar dimuka dan silahkan kamu pergi"

Claire mengernyit, bagaimana sekarang, tapi Claire enggan juga merubah keputusannya.

Claire memang sudah tidak ingin lagi berada disana, bekerja disana dan bersama mereka semua disana.

"Kenapa Claire, kamu fikir kontrak kerja itu main-main ?"

Claire memejamkan matanya sesaat, kemudian menggeleng, Bagas juga turut menggeleng, bagus kalau memang Claire mengakuinya.

"Kembali saja ke ruangan kamu, kerjakan semua yang ada di meja kamu"

Claire masih saja diam, kenapa Bagas tidak mengerti dengan keinginan Claire.

"Claire"

Claire berbalik dan keluar dari ruangan Bagas, Claire seharusnya sudah memikirkan hal ini sebelumnya.

Agar Claire bisa siapkan jawaban pastinya saat berhadapan dengan Bagas.

"Bodoh sekali"

Ucap Claire seraya menepuk kepalanya sendiri, Claire melihat sekitar .... Claire malas masuk ke ruangannya sekali pun Claire tahu kalau pekerjaannya memang sudah numpuk.

Claire merogoh tasnya, mengambil dua kartu debit miliknya, Claire tahu berapa isi dari dua kartu tersebut.

Claire terdiam menggigit bibir bawahnya, mungkin masih kurang tapi Claire memang benar-benar tak ingin lagi ada disini.

Claire kembali memasuki ruangan Bagas bahkan tanpa permisi, Bagas mengernyit dan kembali bangkit dari duduknya.

"Maaf pak, tapi saya tidak bisa, saya ada dua kartu ini, bapak cek saja isinya"

Claire menyimpan dua kartu itu di meja, Bagas menggeleng, ada apa dengan karyawannya satu ini.

"Kalau memang kurang saya akan membayarnya nanti, tapi saya sangat menginginkan untuk pengunduran diri ini"

"Kamu ada masalah apa sih Claire disini, siapa yang membuat masalah dengan mu ?"

"Tidak ada, hanya saja aku yang memang merasa tidak cocok lagi berada disini"

Bagas kembali menggeleng, alasan Claire tidak memberi penjelasan apa pun.

Bagas tidak bisa menerimanya, Claire sudah sangat mempermainkannya saat ini.

"Bapak bisa kabari saya nanti, nominal kekurangannya, dan saya akan usahakan secepatnya"

"Claire kontrak kerja dalam undang-undang loh, kamu tahu itu kan ?"

"Tahu pak, makanya saya penuhi hukumannya, dan kalau memang mau bawa saya ke hukum juga silahkan"

Bagas tidak bisa mengerti apa pun dari keadaan sekarang, Claire memang aneh.

"Permisi pak"

Claire kembali pergi tanpa peduli dengan panggilan Bagas, entah harus seperti apa.

Mau marah tapi Claire juga sudah menunjukan tanggung jawabnya, Bagas meraih dua kartu yang diberikan Claire.

Bagas menghembuskan nafasnya sekaligus, dan menjatuhkan kartunya lagi.

Bagas kembali duduk dan mengusap wajahnya, lalu bagaimana sekarang .... siapa yang bisa mengerjakan semua pekerjaan yang Claire tinggalkan begitu saja.

Tak ada yang bisa Bagas percaya selain Claire, apa Bagas yang harus mengerjakannya sendiri, lalu bagaimana dengan pekerjaan Bagas sendiri

----

"Claire, kamu masuk"

Tanya Annisa yang melihat Claire keluar dari Kantor, dan bergegas menghampirinya.

"Kamu kerja kan ?"

"Enggak, aku cuma kasih surat pengunduran diri aku saja"

"Apa ?"

"Aku kan sudah bilang, kalau aku gak mau lagi ada disini"

Annisa tersenyum dan menggeleng, Claire pasti sedang mengerjainya saja sekarang.

"Annisa, ada beberapa barang kamu di rumah aku, nanti ambil ya"

"Apa sih Claire"

"Ambil .... masa gak ngerti"

"Tunggu deh .... ini ada masalah apa sih sebenarnya, kamu kenapa seperti ini, apa karena tadi aku mergoki kamu sama lelaki itu, gak apa-apa kali Claire itu urusan kamu"

"Tidak, aku tidak peduli dengan itu, tapi barang kamu nanti kamu bawa saja"

"Ya tapi kenapa, itu kan buat kalau aku tidur di rumah kamu"

"Mulai sekarang gak usah lagi tidur di rumah aku"

Annisa tersenyum seraya berpaling, memang semua serba aneh, Claire berubah begitu saja tanpa kejelasan apa pun.

"Aku permisi"

Claire berlalu meninggalkan Annisa disana, bukan tak mendengar panggilan Annisa, tapi Claire malas bicara lebih lama lagi dengannya.

"Tidak bisa dipercaya, hanya beberapa hari Claire sudah menujukan perubahan sejauh ini"

Annisa menggeleng tak paham dengan keadaan saat ini, Annisa juga enggan memikirkannya sekarang karena pekerjaannya juga masih banyak.

----

Claire memasuki taxi onlinenya, Claire meminta diantar ke pemakaman.

Claire akan mencobanya lagi, mungkin saja kali ini bisa, Claire ingin sekali bercerita dengan Pras disana.

Cliare berharap tidak akan ada siapa pun disana, terutam Tina .... Claire ingin tempat itu kosong dan hanya ada makam Pras yang akan dilihatnya nanti.

Claire kngin bercerita tentang semuanga, Claire juga ingin tahu pendapat Pras untuk keputusan Claire saat ini.

Claire yakin kalau Pras sudah melihat semuanya, dan mungkin juga Pras tahu alasan jelasnya apa.

Claire ingin bebas sendiri tanpa siapa pun, Claire ingin mencari kebahagiannnya dengan cara Claire sendiri.

Sekali pun jalan itu salah, tapi Claire menyukainya, Claire bahagia dengan itu dan Claire akan tetap menjalaninya.

Cliare tersenyum mengingat ciuman pertamanya dengan Pras malam itu, meski dalam keadaan seperti itu tapi sekarang Claire sadar, kalau Claire menyukainya.

Pras adalah satu-satunya lelaki yang bisa menempati hati Claire, dan Pras juga telah jadi ciuman pertama Claire.

Claire bahagia selama bersama Pras, dari peetama mengenal lelaki itu Claire selalu dibuat bahagia olehnya.

"Terimakasih Pras"

Ucap Claire pelan, Claire mungkin memang tak akan bisa melupakan Pras sampai kapan pun, selama dirinya masi hidup.

Tapi Claire juga tidak mungkin terus nersedih karena hal itu, bukankah Claire masih harus melanjutkan hidupnya sendiri.

Claire memang tidak lagi menemukan semangat dalam hidupnya sekarang, tak menemukan tujuan terbaik untuk langkah selanjutnya.

Claire hanya akan melalukan apa yang memang membuatnya bahagia, tanpa peduli benar atau salahnya langkah yang dipilih Claire.

"Maaf Pras, aku bukan lagi Claire yang terbaik, aku telah jadi Claire yang terburuk, tapi aku tidak lagi menyalahkan Tuhan atas semua ini"