webnovel

THIS IS MY LIFE !

Hanya perjuangan seorang lelaki gay, yang penuh rintangan dan halangan ...

pangeran_Biru · Urban
Not enough ratings
44 Chs

Jalan-Jalan

"Bagaimana sekolah baru kamu ?" tanyanya, gue memeluk tubuhnya dari belakang terasa hangat.

"Baik mereka menerima aku apa adanya !" jawab gue, Wahyu menatap gue dari kaca spion seakan engga percaya, gue hanya mengangguk dan tersenyum.

"Syukurlah !" jawabnya lega.

"Lalu kamu bagaimana ?" tanyaku, gue topangkan dagu ke pundaknya.

"Aku mengundurkan diri dari jabatan wakil ketua OSIS !" jawabnya, gue terkejut mendengarnya.

"Kenapa ?"

"Pertama karena udah kelas tiga, kedua sudah bosan !" jawabnya tersenyum, gue mencubit kecil pinggangnya dia menggelinjang kegelian gue hanya tersenyum

"Lalu bagaimana tim basket ?" tanya gue penasaran. Wahyu diam saja tak menjawab.

Tak berapa lama motor pun masuk ke jalan yang lebih kecil, kiri adalah sungai yang tidak begitu besar, sedangkan di kanan rumah penduduk, lapangan dan semakin masuk menjadi sangat jarang rumah penduduk hanya kebun-kebun kosong saja yang gue lihat, 45 menit setelah masuk kak Wahyu menghentikan laju motor dan dipinggirkannya di sebuah kebun kosong yang di penuhi ilalang.

Setelah itu dia turun dan melirik kekanan ke kiri, gue pun ikut turun dan merasa heran dengan tingkahnya.

"Ada apa ?" tanya gue ikutan melihat kanan kiri jalan yang sepi.

"Entah perasaan saja atau benar, tadi ada yang mengikuti kita !" jawab Wahyu, gue terkejut bukan main.

"Serius ? siapa ? anak tim basket ?" tanya gue tidak sabar, ada rasa sebal dan marah, tangan gue terkepal pengen memukul seseorang.

"Yuk kita naik lagi !" perintahnya, dia pun naik ke motor diikuti gue duduk dibelakang. Tiba-tiba gue melhat siluet dari kejauhan ada sebuah motor bersembunyi dan gue berbisik ke telinga kak Wahyu, dia terkejut. Motor pun melaju kali ini cukup kencang, gue harus memeluk tubuhnya erat dan membelok ke arah hutan kecil dengan cepat.

Tak lama dia menghentikan motornya, dan memerintahkan gue untuk turun dan kita bersembunyi sambil melihat dari kejauhan dari semak belukar, tak lama ada sebuah motor berhenti di depan hutan, mereka seperti sedang mencari sesuatu. Gue terkejut itu adalah Ardi dan Beni ! gue melirik ke arah kak Wahyu dan dia sepertinya tahu. Hanya sebentar kemudian mereka pergi berbalik arah. Gue dan kak Wahyu terdiam.

"Kak boleh aku tanya ?" tanya gue kepada kak Wahyu. Dia menatap gue dan mengangguk.

"Siapa diantara tim basket yang tahu daerah sini ! maksudku tinggalnya sewilayah atau kakak kenal salah satunya sebagai tetangga gitu ?" tanya gue. Kak Wahyu terdiam.

"Ada beberapa, tapi yang ku tahu di antara tim basket tak ada yang tinggal disini ! karena kakak pasti tahu siapa tetangga, teman kecil kakak !" jawabnya,

"Emang kenapa ?" tanyanya menatapku.

"Aku pernah cerita kan ke kakak, aku disekap disebuah rumah dan kakak menemukan aku disungai ! mungkin saja kedua tempat itu tidak berjauhan dari sini ! kalau benar aku ditemukan sekitar sini pasti rumah tua itu juga ada ! apalagi sepi disini tak ada orang !" jawab gue, kak Wahyu mengangguk.

"Yang aku pikirkan kenapa mereka mengikuti kita !" dia terlihat heran.

"Mungkin karena tantangan yang ku berikan sebelum aku pindah !" jawab gue dan kuceritakan semuanya.

"Bukan itu, ayo kita pergi !" perintah kak Wahyu, kita keluar dari hutan kecil dan melanjutkan perjalanan dengan aman.

---------------

Tak lama motor kembali berhenti dan kita turun kali ini sungai sedikit besar dan tidal jauh dari situ ada bendungan tempat mengairi persawahan. Kak Wahyu menunjukan dimana gue ditemukan olehnya.

"Disini aku menemukanmu tertelungkup ! aku pikir awalnya itu apa, tapi melihat seragam SMU itu sangat mencurigakan kemudian aku mendekatimu dan terkejut itu kamu ! aku panik waktu itu dan berusaha untuk memeriksa apa kamu masih hidup atau tidak ! tapi syukurlah !" jelasnya, gue hanya terdiam tak bisa mengatakan apapun.

"Maafkan aku, mungkin ini mengingatkan kejadian tempo hari yang ingin kamu lupakan !" dia menyentuh pundakku dan kemudian kupeluk erat tubuhnya, gue merasa berhutang budi dan nyawa terhadapnya. Dia mengusap punggung gue dengan lembut dan membalas pelukanku.

"Terima kasih kak ! sudah menyelamatkanku !" bisikku.

"Sudahlah kita pergi !" setelah dia melepas pelukannya dan mengajak gue ke rumahnya.

Rumahnya di atas bukit dengan pemandangan bagus, rumahnya tidak besar tapi tidak kecil juga. Dia anak kedua dari 4 bersaudara punyak kakak cewek dan dua adik cewek serta cowok. Nyokapnya Wahyu sangat baik dan menerima gue baik.

Setelah itu Wahyu mengajak jalan-jalan ke suatu tempat dan yang mengejutkan dia membawa gue kesebuah rumah tua !

Gue tertegun, jadi benar disini ada rumah tua ? kok mereka bisa tahu rumah ini ? padahal menurut kak Wahyu hanya segelintir saja yang tahu tempat ini ? bahkan tim basket tidak ada yang tahu, tapi membawaku ke sini. Gue meminta Wahyu untuk menemani masuk dia tak keberatan.

Rumah ini menurut kak Wahyu sudah 20 tahun tidak dihuni, rumah ini berbentuk rumah jaman dahulu, berlantai dua khas belanda. Gue dan kak Wahyu menyelusuri seluruh rumah termasuk ruangan demi ruangan sampai ke lantai dua. Di salah satu kamar gue tertegun dan berdiri cukup lama.

"Kenapa ?" tanyanya. Gue tak menjawab dan masuk kemudian pergi ke kamar sebelahnya di sana ada bangku tua dan gue mendekatinya serta duduk.

"Kamu kenapa ? ingat sesuatu ?" tanyanya lagi. Gue mengangguk.

"Aku ingat kursi ini ! tapi kursi ini harusnya di kamar sebelah ! karena sama persis dengan yang kuingat !" jawab gue, dan melongok ke jendela, pantes aja engga ada yang dengar gue teriak minta tolong. Ini lantai dua dan sepi.

"Begitu ya !" dia pun menatap keluat jendela. Tiba-tiba dia melihat sesuatu dari kejauhan.

"Kita harus pergi ada yang datang kemari !" gue terkejut dengan cepat berlari ke bawah, dan kak Wahyu mengajak kebelakang rumah dan berlari menjauh. Setelah agak jauh. kita berhenti nafas kita berdua terengah.

"Kita lihat siapa yang datang !" gue mengangguk karena penasaran. Dengan diam-diam gue dan kak Wahyu kembali dan bersembunyi di semak belukar walau agak jauh tapi terlihat jelas. Ada 4 buah motor masuk kerumah tua. Mereka berhenti di halaman, sebagian gue mengenalnya.

"Sialan, kurang ajar !" maki kak Wahyu tiba-tiba dan gue menatap terkejut ada kak Imran di sana dia adalah ketua OSIS ! apa dia terlibat ? bagaimana mungkin ?.

"Kita pergi !" muka kak Wahyu berubah dengan kemarahan dan gue mengikutinya, setelah berjalan agak jauh.

"Aku engga nyangka kalau dia tega berbuat seperti itu ! padahal kita berdua sudah berteman lama ! kenapa jadi berubah seperti itu !" ucapnya, gue terdiam dan baru tahu mereka bersahabat.

"Ini bukan sekedar karena kamu homo Bima ! ada sesuatu yang kamu pasti tahu perbuatan mereka yang mungkin dirahasiakan !" kak Wahyu menatap gue, gue tertegun. Benar juga sih, tunggu Ardi pernah bilang kesalahan gue banyak tapi ketika akan menyebutkan sesuatu tiba-tiba di potong Beni ! Sungguh, gue tidak ingat apapun tentang kesalahan itu ....

Bersambung ....