webnovel

THIS IS MY LIFE !

Hanya perjuangan seorang lelaki gay, yang penuh rintangan dan halangan ...

pangeran_Biru · Urban
Not enough ratings
44 Chs

Disekap dan Diselamatkan

Mata gue terbuka dan melihat sekeliling, gue melihat kak Wahyu di sebelah dalam keadaan di sumpal mulutnya dan diikat serta tidak sadarkan diri termasuk gue pun sama. Sial ! gue kembali disekap dan diculik untuk kedua kalinya. Gue berusaha menggerakan tubuh yang terikat tapi tidak bisa, rasa sakit seperti waktu itu gue rasakan kembali. Dan kemudian pintu kembali dibuka, ya mereka menyekap kami di tempat yang sama seperti dulu. Terlihat semua hadir termasuk pak pelatih sediri ! salah satunya kemudian membuka sumpalan mulut gue.

"Apa yang kalian inginkan sebenarnya ?" tanya gue kepada mereka.

"Simple saja, kita semua pengen lu berdua mati ! karena sudah tahu rahasia kami !" jawab kak Imran yang mewakili.

"Dengar ya, mungkin saja yang tahu bukan hanya gue ! walau kalian membunuh kami berdua belum tentu rahasia kalian aman !" tantang gue buat mereka.

"Bughh !" salah seorang memukul badan gue, dan itu adalah Ardi. Gue merasa sakit.

"Elu, mukul gue ! munafik lu Di ! yang homo bukan hanya gue tapi lu juga ! ha ... ha ... !" gue tertawa, sementara kak Wahyu tidak berbuat banyak mulutnya masih di sumpal dia bergerak berusaha melepaskan diri.

"Jangan banyak bacot lu ! dasar homo !" Ardi marah. Gue hanya tersenyum sinis.

"Gue tahu rahasia elu sama pak Anwar ! gue lihat elu lagi di entot di kelas ! oh ... terus pak ... terus enak banget ! cuih ... menjijikan !" teriak gue. Muka Ardi dan pak Anwar memerah. dan kembali pukulan melayang ke wajah gue.

"Cukup !" teriak seseorang dan itu kak Wahyu. " Apa sebenarnya keinginan lu semua sampai berbuat seperti itu ! dan lu Imran gue engga percaya elu melakukan pemerkosaan itu ! padahal elu anak alim suka beribadah ternyata kelakuan lo seperti itu !"

"Diam, lo engga tahu apa-apa tentang gue !" bentak kak Imran, dan apa yang dikatakan kak Wahyu emang bener sih, gue lihat kak Imran alim banget dan sering rajin ibadah.

"Sekarang harus di apain pak mereka berdua !" yang berbicara itu adalah Beni kepada pak Anwar.

"Gue tahu rahasia elu Ben, selain suka entotin cewek ! lu juga suka cowok ! gue pikir elu semua homo teriak homo padahal semua sama !" ejek gue kepada semua.

"Bunuh mereka berdua !" gue dan Wahyu mendengar perintah pak Anwar kenudian dia pergi.

"Bagaimana kalau kita hajar dua homo ini !" Ardi tersenyum sinis dan di angguki oleh yang lain. Setelah itu mereka mulai memukuli gue dan Wahyu.

"Berhenti, Polisi !" teriak seseorang, semua terkejut tiba-tiba sejumlah pria berseragam sudah mengepung ruangan, wajah para tim basket berubah pucat pasi sedang gue tersenyum karena ada mas Darman di sana, gue pun tak sadarkan diri kembali.

----------------

Gue pun akhirnya sadar sudah berada di rumah sakit, gue melirik ternyata ada nyokap. Kali ini hanya geleng-geleng kepala melihat apa yang terjadi terhadap gue.

"Maafkan Bima mah !" gue merasa bersalah.

"Sudah, mama tahu apa yang terjadi !" ucapnya tapi dengan nada lembut.

"Aku ... gay mah !" bisik gue pelan. Dia menghela nafas.

"Mama tahu !" jawabnya sambil mengusap rambur gue.

"Tapi mama tak habis pikir kamu tuh bandel banget sih ! coba kamu lihat, badan kamu tuh luka lagi !" nyokap kembali menggeleng kepala.

"Habis, Bima harus melawan mah ! Bima engga mau di perlakukan seperti ini !" jawab gue membela diri. "Oh iya mah, bagaimana keadaan kak Wahyu ?" nyokap terkejut.

"Kamu engga ingin mendengar kabar yang lainnya ?" nyokap malah balik nanya ke gue, ngapain juga denger berita tentang semua brengsek itu ! gue menggeleng kepala.

"Dia baik-baik saja, mama yang membiayai rumah sakitnya !" jawab nyokap gue.

Beberapa hari kemudian, gue menjenguk dia dikamar sebelah ada nyokapnya, kakak perempuan dan adik-adiknya yang menjenguk.

"Maafkan saya tante !" gue meminta maaf kepada nyokapnya kak Wahyu karena udah terlibat di dalam masalah gue.

"Engga apa-apa kok nak Bima !" jawabnya tersenyum, setelah itu mereka keluar untuk membiarkan gue dan kak Wahyu msngobrol.

"Bagaimana keadaannya ?" tanya gue kepada kak Wahyu. Dia masih berbaring dan di perban.

"Baik, kamu sendiri ?" jawabnya dan menatap gue.

"Kakak lihat sendiri !" dia tersenyum dan gue pun sama, kini gue memegang telapak tangannya dengan erat. Beberapa waktu lalu polisi datang ke rumah sakit untuk meminta keterangan ke kami berdua. Dan ternyata polisi sudah mempunyai bukti kuat tentang pemerkosaan itu dari korban dan itu tidak hanya satu perempuan tapi beberapa kali melakukan itu ke yang lainnya.

"Aku minta maaf !" kak Wahyu berkata sambil terdiam.

"Justru aku yang minta maaf !" jawabku dan kemudian kami sama-sama terdiam

---------------

Empat hari kemudian gue dan kak Wahyu boleh pulang, dan itu terakhir kalinya gue bertemu, karena kita berdua memutuskan untuk berpisah secara baik-baik. Selain untuk meneruskan kuliah di luar kota itulah membuat alasan kita pisah. Gue tahu dan tak keberatan, walau sebentar dia adalah pacar gue yang pertama yang tak akan gue lupakan selama hidup gue.

Gue kembali ke aktifitas di sekolah gue yang baru dan tetap bermain basket dan tergabung dengan tim basket. Yang pada akhirnya gue dan teman-teman membawa gelar juara basket untuk pertama kalinya di turnamen bola basket antar sekolah. Sementara berita penangkapan dan kasus pemerkosaan di sekolah merah putih menjadi heboh serta mengejutkan, semua yang terlibat di proses secara hukum dan di keluarkan dari sekolah karena mencoreng nama baik.

Sementara gue melanjutkan hidup gue, tapi ini belum berakhir. Karena ini hidup gue yang sedikit berbeda dari orang kebanyakan walau pada dasarnya gue sama seperti orang lain. Pasti ada saja yang benci dan tidak suka, gue harus siap dengan segala resikonya.

Pada akhirnya keluarga yang lain mengetahuinya setelah nyokap sudah tahu duluan tentang orientasi menyimpang yang ada didalam diri gue. Awalnya terkejut tapi akhirnya menerima gue, kecuali abang gue yang belum menerima perbedaan ini. Gue tahu, tidak semua orang bisa menerimanya dan gue mengerti hal itu. Tapi gue berterima kasih sama dia karena sudah membuat gue menjadi seorang lelaki sejati walau orientasi gue tidak bisa di ubah.

------------

Sekarang gue sudah kelas 3, itu artinya gue adalah senior dari adik kelas gue. Dan gue sudah mengundurkan diri dari tim basket untuk berkonsentrasi ke pelajaran, tapi gue tetap di perbolehkan melatih adik kelas dan para junior tim basket.

"Oke, latihan hari ini selesai, kalian tinggal mantapkan kebersamaan antar tim !" ujar gue kepada tim junior yang menurut gue mereka sangat bagus.

"Siap kak !" teriak mereka. Gue tersenyum, sampai saat ini gue belum punya pacar baru setelah putus dari kak Wahyu, gue dengar dia berhasil masuk universitas negeri.

Kini gue berada di mobil jemputan yang di sopiri oleh mas Darman, yep nyokap masih meminta antar jemput ini walau masalah sudah selesai dan gue kelas tiga yang harusnya boleh nyetir sendiri.

"Kita kemana den !" tanya mas Darman, gue terdiam.

"Pantai mas !" jawab gue, mas Darman melirik gue, dan akhirnya mengantar ke pantai.

Dipantai gue melangkah menyelusuri pasir pantai, angin berhembus, bau air laut tercium, gue berdiri menatap lautan luas dan merenung atas apa yang terjadi.

"Bagus sekali kan den !" gue tertegun dan melirik ternyata mas Darman sudah berada di samping gue.

"Terima kasih ya mas !" ujar gue. Mas Darman hanya tersenyum.

"Aden apa tidak bosen, kan udah sering ngucapin itu !"

"Ya tetap aja mas, gue engga tahu apa yang terjadi kalau mas tidak datang !"

"Itu kan sudah tugas saya den !" dia merangkul pundak gue dan menarik tubuh gue. Gue kemudian memeluk tubuhnya yang kekar itu dan kurasakan hangat tubuhnya. Gue menatap wajahnya dan dia pun balas menatap gue. Dengan keberanian entah dari mana gue pun mencium bibirnya dan dia tidak menolak.

Untuk beberapa saat kita berciuman dan kemudian melepaskannya, nafas kami berdua terengah, tangan gue melingkar di lehernya sementara tangannya di pinggangku.

"Maaf mas !" bisikku, dia malah tersenyum dan kupeluk tubuhnya dengan erat. Mas Darman membalasku. Angin laut berhembus dan bau air laut melenakan diri gue dalam pelukan hangat mas Darman ...

Bersambung ...