webnovel

THE ZALCODDY FAMILY

Stalia dan Stevan, bocah kakak beradik yang masih sangat muda mengalami tragedi tak terduga. Keluarga mereka tiba-tiba mengirim mereka untuk berlibur ke kerabat yang jauh di Kerajaan Volkan. Tidak ada seorangpun di keluarga mereka bahkan pelayan mereka yang menjelaskan kenapa mereka harus pergi hanya untuk berlibur. Sementara saat mereka pergi Kota tempat mereka tinggal tiba-tiba penuh dengan asap hitam. Mereka juga di kejar oleh segerombolan orang bertopeng dan pengguna sihir api yang melempar panah api pada mereka. "Mereka sudah dekat Sepia! Pergilah dan bawa Stevan!" "Nona... Nona...!" --- 'Apa... apa ini akhirku?!' lalu sensasi dingin yang menyentuh sekujur tubuhnya dan membuat semuanya menjadi gelap. --- Apakah mereka dapat melarikan diri dan mengungkap apa yang terjadi?

Pirrossh · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Dongeng

"Nenek, aku tidak suka buku dongeng itu, kenapa si naga biru dan naga perak mati, bukannya malah hidup bahagia..?" tanya seorang gadis kecil berpipi merah kepada neneknya.

"hmm..? oh dear itu hanya cerita dongeng yang melegenda sayang, semua orang di benua ini membacanya…" Nenek itu membelai rambut keriting berwarna coklat gelap gadis itu dengan lembut sambil tertawa kecil.

Gadis itu merupakan cucu perempuannya satu-satunya. Anak perempuan berperawakan kecil, berkulit putih dan berisi serta bermata bulat berwarna abu-abu muda agak kebiruan itu merupakan Lady Stalia, Putri dari Count Damaron dan Lady Suaran. Dia merupakan anak perempuan kesayangan di kediaman keluarga Damaron. Gadis yang periang dan energik serta berhati lembut.

"Hmmp, nenek aku menyesal membacanya. Sungguh nenek harusnya jangan memberiku hadiah itu pada ulang tahunku yang ke-9 dan menurutku buku itu tidak cocok untuk di baca anak kecil…" Gadis kecil itu menggerutu kepada neneknya yang duduk bersebelahan dengannya di depan kursi perapian.

"Begitukah menurutmu? Hmm… apa nenek harus memberikan hadiah yang lainnya? Tapi menurut nenek kamu setidaknya mengetahui cerita dongeng yang melegenda itu.. sayang. Suatu saat mungkin saja dongeng itu akan berguna untuk debut sosial." nenek itu tertawa melihat cucu perempuannya yang bibirnya terlihat semakin manyun.

"Oh ayolah nenek, jangan meremehkanku… meskipun aku berumur 9 tahun tapi aku tidak bodoh, dan aku sudah belajar untuk bersikap dewasa dalam etiketku, hump…" Ia lalu menyilangkan tangannya ke dada sambil melirik neneknya di sampingnya. Melihat cucunya seperti itu, sang nenek malah semakin tertawa terbahak.

"ahha..ahhaha…, oh.. oh.. sungguh nenek tidak bermaksud tidak sopan tertawa terbahak begini sebagai wanita bangsawan, tapi menggoda cucu nenek memang menyenangkan…, Sayang cucuku kamu belum mengerti artinya bersikap dewasa hmmm, mungkin kalau mendiang kakekmu masih disini dia pasti lebih bahagia saat menggodamu…uh.. oh..hmmm, baiklah sudah cukup aku bercanda.." lalu ia hanya tersenyum. untuk sesaat suasana menjadi hening dan hanya terdengar suara percikan kobaran api dan suara kayu yang terbakar di perapian. Gadis itu hanya melihat wajah neneknya dari samping dengan wajah sedih.

Countess Zaman yang mempunyai nama asli Lady Balry Mounteroy merupakan Ibu dari Lady Suaran yang merupakan istri dari Count Damaron. Semenjak Suaminya Count Zaman meninggal, ia tinggal sendirian di kediamannya di kota tetangga Roystone dan sesekali beliau akan menginap di kediaman Count Damaron untuk melihat cucu-cucunya. Countess Zaman hanya memiliki satu orang putri yaitu Lady Suaran. Countess Zaman sangat mirip dengan Lady Suaran, ia memiliki mata biru cerah yang indah dan rambut coklat gelap yang berombak, hanya saja Contess Zaman Sudah memiliki uban di seluruh rambutnya dan mempunyai perawakan yang sedikit gemuk serta pendek. Walaupun Ia sudah berumur 58 tahun namun beliau masih memiliki citra keanggunan dan keramahan wanita bangsawan sejati seperti halnya itu menurun kepada Lady Suaran atau Countess Damaron yang memiliki aura ketenangan dan senyum lembut yang menawan.

Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat dan suara ketukan pintu, seorang lelaki paruh baya berwajah ramah bertubuh gempal dan berpakaian tuxedo hitam formal itu tiba-tiba masuk ke ruangan.

"Permisi Nyoya Balry, saya membawakan obat anda…" Lelaki itu menyapa sang Nenek

"Taruh saja di meja kecil itu, Vernan…"Sang Nenek menyuruh kepala pelayan itu tanpa melihat kearahnya.

"Baiklah Nyonya… dan satu lagi Countess Damaron menyuruh Nona Stalia untuk segera tidur karena jam malam sudah lewat."

"ok..ok… baiklah aku akan segera ke kamarku Vernan…" Stalia segera bangkit dari kursinya dan mengucapkan selamat malam pada neneknya, kemudian mengecup pipi Neneknya dengan tiba-tiba.

" Selamat malam Nenek…."

"Baiklah sayang, semoga tidurmu nyenyak.." Neneknya tersenyum lembut dan membalas ciumannya di kening Stalia.

Stalia berlari menuju pintu dan segera pergi ke kamarnya. Setelah punggung Stalia tidak terlihat Vernan mulai berbicara kepada Nyonya Balry dengan hati-hati.

"Nyonya, Count dan Countess Damaron akan segera tiba untuk berdiskusi dengan anda, Saya akan menyiapkan Tehnya, permisi Nyonya….." Vernan membungkuk untuk pamit.

"Tunggu Vernan, tidak perlu menyiapkan teh. Tolong siapkan saja pena dan tinta batu sihir serta kertas mana untuk 3 orang…" Nyoya Balry berbicara dengan nada serius. Vernan yang mendengarnya agak tersentak, namun segera ia dapat mengendalikan ekspresinya dan melanjutkan tugasnya tanpa banyak bertanya.

"Dimengerti Nyonya, akan segera saya siapkan…" Vernan kemudian membungkuk pamit

15 menit kemudian Vernan kembali ke ruangan Nyonya Balry disusul di belakang Vernan Pasangan Count dan Countess Damaron yang masuk ke ruangan dengan wajah serius.

"Ibu, semua persiapan sudah selesai…tapi beberapa masih ada yang perlu didiskusikan…" Count Damaron berbicara dengan wajah serius kemudian ia duduk di kursi dekat dengan perapian berhadapan dengan Nyonya Balry.

"Baiklah, masih banyak yang perlu diselesaikan…." Ucap Nyonya Balry dengan serius menatap menantu dan putrinya.