webnovel

The Writer Political Drama

Hei, kalau hidup mu adalah karakter dalam buku cerita. Apa yang ingin kau sampaikan pada penulis mu? cerita yang membosankan, gagal, sampah atau meminta nya untuk mengakhiri saja karakter mu? Febri adalah seorang penulis yang melakukan apapun untuk mendapatkan cerita yang menarik bahkan nyawa pun dia berikan, karna dia sadar cukup dunia nya saja yang membosankan tidak dengan dunia yang dia ciptakan.lika-liku hukum, bisnis, misteri, dan drama pun mengikuti perjalanan nya untuk mendapatkan cerita yang dia inginkan ____ Cerita hanya karangan dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli, semua nama,tempat kejadian hanya lah fiksi semata instagram: @joan_aldercy

Derukodi · Realistic
Not enough ratings
8 Chs

Powwow? (1)

Masih dengan cahaya matahari yang sama panasnya tepat pada ubun-ubun, namun dengan bunyi deruman motor yang kabur dari jangkauan polisi. Dua orang nampak saling menatap tajam di belakang mobil patrol tanda seorang anak muda dengan perawakan tinggi 180cm dengan rambut merah lengkap dengan potongan gondrong nya,

"12? D-u-a b-e-l-a-s k-a-l-i, dua belas kali dalam satu bulan, dengan atau tanpa melihat ayahmupun tau seberapa tidak disiplinnya dirimu, kalau kau melakukan ini di kota besar mungkin tak akan ada yang tau, tapi di sini, dikota kecil ini, siapa yang tidak tau kamu"

Dengan nada rendah dan datar seorang petinggi kepolisian Ajun Inspektur Polisi Satu mencoba membuat anak muda itu paham apa yang dia perbuat

"he… taruh saja suratnya dirumah, seperti biasanya saja paman Bram"

"angga, kau tau pasti apa itu disiplin kan? Ayahmu pasti akan marah jika melihatmu seperti ini"

"jangan salah paham paman aku tau pasti apa itu disiplin, disiplin yang paman maksud adalah disiplin seorang pahlawan tapi di biarkan membusuk di lapangan"

Mendengar itu Bram sadar betul tak bisa berkata banyak karna benar kata Angga, displin dan tidak tanduk orang baik saja tidak cukup kuat untuk membuatnya hidup, terlebih dia yang puluhan tahun mengabdi kalah jauh dibanding mereka yang mengandalkan relasi.

"angga, sebagai manusia yang masih makan nasi, aku paham betul maksudmu tapi sebagai polisi sebaiknya kau bedakan antara mencari rizki dan mengabdi"

Sejenak angga terdiam bukan karna dia meresapi perkataan paman nya itu, justru karna dia paman nya, dia tau pasti kenapa pamannya tak pernah mendapat kenaikan pangkat. Dan satu-satunya alasan dia tak mendapat hak nya adalah karna ayahnya sendiri yang mengenal atasan nya dan menyuapnya untuk membuat dia tetap tenang menjalankan bisnis nya, mengambil uang rakyat.

*****

Suara gemuruh motor putar balik tanda jelas dan pasti akan ada razia kendaraan bermotor, suntuk yang terlihat di mata febri hilang seketika ketika dia melihat segerombolan pasukan mantel hijau siap menerkamnya, niat diri mencari inspirasi berujung mengeluarkan duit untuk instansi. Suntuk dan kantuk pun hilang dari mata wanita itu. Tepat dari perkiraan ku tak butuh lebih dari 10 menit untuk dia meminta bantuan ku yang masih berada di apartemennya.

Tak butuh waktu lama untuk mencari wanita manja satu ini cukup membuka handphone dan melihat kolom media social akan terlihat banyak nya foto dirinya yang sedang menunduk tanda takut namun tampak lucu bagiku dengan bibir dan pipi yang di kembang kempiskan sudah sepantasnya akan ada yang tertarik untuk mendokumentasikan penampakan wajah polosnya itu dan berkat itu aku tau diama keberadaan nya

Suara mesin kumatikan tapi degup kencang di dada tak bisa kuhentikan bukan nya apa jika aku tak bergegas dia akan terus kepikiran gimana caranya pulang dan kalau itu terus terjadi selama satu hari dia akan badmood dan itu akan berakibat pada mundur jadwal penulisannya dan dari semua itu akulah yang jadi sasaran empuk editor dan penerbitnya yang sudah menyerahkan wanita satu ini padaku.

"hei, sehat?"

Tanyaku singkat pada nya sambil memegang lutut tanda diriku yang tak bisa menutupi rasa lelahku

"20 menit, kenapa kau lama sekali?"

"ini Cuma razia motor jangan berlebihan kau Cuma harus menyerahkan surat-surat kendaraan bermotor mu"

"aku ini penulis semuanya harus terlihat mendramatisir kalau tidak bukuku tidak akan laku, apalagi dengan pesaingan novel digital yang mengaruskanku menulis banyak halaman dalam sehari kalau aku tak banyak melakukan drama apayang akan ku sajikan"

Wajah polos nya berubah dengan gambaran penuh kekesalan yang harus nya aku lampiaskan, tapi benar adanya menjadi penulis apalagi penulis dalam media digital sangat menguras tenaga karana dia harus menulis banyak halaman dalam kurun waktu yang berdekatan ditambah alogaritma nya yang siapa sering upload maka yang akan muncul sebagai rekomendasi bacaan. Utungnya dia tak hanya meggunakan media digital sebagai sarana menulisnya tapi buku biasalah senjata utamanya.