webnovel

At Long Range 6

Bang Ole menghampiri Aslan yang sedang bersiap-siap di ruang gantinya. "Cerah amat muka lu, Lan."

Aslan tersenyum sembari memasang handwrap di tangannya. "Biasa aja, Bang. Mungkin karena gue lagi off jadi muka gue keliatan masih seger."

"Malem ini lu harus menang. Nanti gue kasih tambahan kalo lu menang," ujar Bang Ole.

"Kapan gue ngecewain lu, Bang?" sahut Aslan sambil tertawa pelan.

Bang Ole menepuk-nepuk bahu Aslan. "Jagoan gue emang ngga pernah mengecewakan."

"Pokoknya Abang tenang aja. Gue pasti menangin pertarungan nanti," timpal Aslan.

"Gue percaya sama lu." Bang Ole menganggukkan kepalanya. "Si John ke mana? Dia ngga mau nonton lu tanding?"

"Bang John lagi sibuk ngerapiin sasana," jawab Aslan.

Bang Ole berdecak pelan mendengar jawaban yang diberikan Aslan. "Sasana butut begitu, tinggal nunggu roboh aja pake dirapiin segala."

"Biar butut begitu, gue masih latihan sama tinggal di sana," sahut Aslan.

"Kalo lu mau pindah, gue bisa nyariin tempat yang lebih bagus," timpal Bang Ole.

Aslan menggeleng pelan. "Enakan di situ. Bangun tidur gue bisa langsung latihan."

Bang Ole menghela napas panjang. "Terserah lu aja, deh." Ia kemudian menepuk bahu Aslan. "Gue tunggu di arena," ujarnya. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan ruang ganti Aslan.

Aslan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah cermin yang ada di wastafel. Ia memandangi pantulan wajahnya pada cermin tersebut. Tiba-tiba ia memejamkan matanya sambil mengatur napasnya. Ia seakan sedang membangkitkan dirinya yang lain sebelum ia memulai pertarungannya.

Begitu Aslan kembali membuka matanya, tatapannya sudah berubah serius seperti seekor pemangsa yang tengah bersiap untuk berburu. Selanjutnya, ia pergi keluar dari ruang gantinya dan berjalan menuju arena.

----

Suasana di dalam gudang tua itu mendadak riuh ketika pemandu acara mengumumkan pertarungan yang akan diadakan berikutnya. "Ya, kalian pasti udah nunggu yang satu ini, kan?" ujar Pemandu acara tersebut yang disambut dengan riuh rendah suara penonton yang mengelilingi arena pertarungan bebas tersebut.

"Ini dia jagoan kita, Aslan!"

Sontak penonton di sekitar arena langsung menyerukan nama Aslan seolah dialah alasan yang membuat mereka semua datang ke tempat tersebut.

"It's him," ujar Nadia sembari menyenggol lengan Leon.

Leon segera mengalihkan pandangannya ke arena. Aslan sedang memasuki arena dengan diiringi suara penonton yang mengelu-elukan namanya. Leon seperti menahan napasnya ketika melihat Aslan berada di dalam arena tarung bebas tersebut. Semua bisa terjadi di arena tanpa aturan tersebut.

"Dia keliatan beda pas di dalam arena," ucap Nadia.

"Maksudnya?" tanya Leon.

"Waktu gue ketemu dia sasana tadi, mukanya keliatan ramah. Tapi, lu liat sekarang—" Nadia mengalihkan perhatiannya pada Aslan yang ada di dalam arena. "He's totally different. Just like Clark Kent when he put his glasses, and voila he become Superman. Bahkan sinar matanya aja beda dari pas gue ketemu dia tadi."

Leon menghela napasnya. "Gue Cuma berharap dia baik-baik aja selama di dalam sana."

Penonton langsung ber-huuu ketika lawan yang akan dihadapi Aslan masuk ke dalam arena. Leon memperhatikan lawan Aslan yang nampak kesal dengan sikap pendukung Aslan. Begitu ia masuk ke dalam arena, ia dan Aslan bertatap-tatapan sesaat. Keduanya bersiap di sisi masing-masing sebelum pertarungan tersebut dimulai.

Setelah kedua orang itu berada di dalam ring, tidak lama kemudian seorang round girls atau gadis pembawa papan ring masuk ke dalam arena. Gadis berpakaian seksi itu berjalan di sekitar ring sambil membawa papan penanda ronde.

Begitu gadis pembawa ring turun keluar dari arena, Aslan dan lawannya segera bertemu di tengah arena dengan kuda-kuda mereka masing-masing.

----

Leon menahan napasnya ketika ia menyaksikan Aslan mendapatkan pukulan tepat di wajahnya. Lawan Aslan kali ini nampaknya berbeda dengan lawan-lawan sebelumnya. Kali ini Aslan nampak sedikit kesulitan mengalahkannya.

Berulang kali Aslan harus merasakan tubuhnya dihujani pukulan dari lawannya. Namun, tidak lama kemudian Aslan berhasil membalas dengan menendang wajah lawannya menggunakan lututnya. Alhasil darah segar keluar dari hidung lawannya.

Ketika lawannya kembali membalas dan berhasil meninju wajahnya, Aslan kembali melancarkan serangnnya. Sambil setengah mengerang, Aslan mendorong tubuh lawannya hingga ke pagar besi yang membatasi arena dengan penonton. Begitu lawannya terpojok ia meraih pinggangnya dan mengangkat tubuh orang tersebut hingga melewati bahunya. Tubuh lawannya pun terpelanting ke arena.

Dengan napas yang terengah-engah Aslan berdiri dan hendak berbalik menghadap lawannya ketika matanya tiba-tiba menatap sosok berpenutup kepala yang sedang menatap ke arahnya. Segala keriuhan arena mendadak berubah hening di telinga Aslan. Matanya hanya tertuju pada sosok tersebut yang berdiri di tengah-tengah orang yang sedang menontonnya.

"Bugh!" Aslan menerima pukulan tepat di punggungnya.

Aslan kembali sadar tempatnya berada saat ini. Ia mendengus dan segera menghadap ke arah lawannya. Tatapannya berkilat penuh amarah karena lawannya mengambil kesempatan di saat ia sedang lengah.

Tanpa basa-basi Aslan langsung menyerang lawannya. Ia menerjang tubuh lawannya hingga terjerembab ke arena. Begitu lawannya terjatuh ia segera menduduki tubuh lawannya dan memukulinya tanpa ampun.

----

Leon berpaling ketika ia melihat Aslan memukuli lawannya tanpa ampun. Ia kemudian membelah kerumunan tersebut dan berjalan menjauh dari arena tempat Aslan bertarung. Nadia keheranan melihat Leon yang tiba-tiba pergi dan segera mengikutinya.

----

Para pendukung Aslan berseru ketika wasit menarik tubuh Aslan dari atas tubuh lawannya. Aslan berdiri dan segera menjauh dari tubuh lawannya. Sambil terengah-engah, Aslan mengedarkan pandangannya ke sekeliling arena dan mencari sosok yang tadi ia lihat. Namun sosok itu sudah menghilang dari tempat tersebut.

Wasit mengangkat tangan Aslan untuk menandai kemenangan Aslan. Sontak suasana di sekitar arena semakin riuh. Nama kembali Aslan menggema di dalam gudang tua tersebut.

Namun Aslan tidak berlama-lama merayakan kemenangannya dan segera keluar dari arena sesaat setelah wasit mengumumkan kemenangannya. Ia tidak mempedulikan namanya yang masih menggema di sekitar arena dan memilih untuk segera pergi mencari sosok yang tadi ia lihat. Tidak salah lagi, Leon ada di sana. Ia berdiri di antara orang-orang yang sedang menontonnya bertarung.

----

"Leon, stop." Nadia menarik tangan Leon yang sedang berjalan cepat menuju tempat motor mereka diparkir.

Leon menghentikan langkahnya dan tertunduk. Perlahan ia menoleh pada Nadia. "Lu tahu apa yang gue rasakan sekarang?"

Nadia terkejut menatap mata Leon yang sedikit memerah.

"I wish I could change my place with him," lanjut Leon. Ia kemudian mengibaskan tangan Nadia yang sedang memegang tangannya dan kembali melanjutkan langkahnya.

Nadia terdiam sesaat. Ia bisa melihat rasa bersalah yang mendalam pada tatapan mata Leon ketika ia berharap bisa menukar tempatnya dengan Aslan. "Wait," seru Nadia sembari menyusul langkah Leon.

****

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.

Next chapter