webnovel

Serupa Tapi Tak Sama

Melihat hal itu, Brandon langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri kedua petugas tersebut.

"Saya Brandon Smith. Apakah ada yang bisa dibantu?"

"Kami datang ke sini untuk meminta keterangan tentang kecelakaan yang dialami oleh istri anda. Apakah beliau sudah siuman?"

"Sampai sekarang istri saya masih belum sadar," ungkap Brandon dengan wajah muram.

"Baiklah, kalau begitu untuk saat ini kami akan mengambil keterangan dari anda. Apakah anda bersedia?"

"Oke, saya bersedia. Mari kita bicarakan hal itu di luar," lalu Brandon mengajak para petugas tersebut untuk duduk di sofa pengunjung yang disediakan di depan kamar VIP.

Setelah mereka berbincang cukup lama, akhirnya kedua petugas tersebut undur diri sambil menjabat tangan Brandon. Lalu Anna datang menghapiri Brandon bertepatan dengan kepergian kedua petugas tersebut.

Wanita paruh baya itu tampak menekuk wajahnya seraya berkata, "Tuan Brandon, dokter yang bertanggung jawab atas bayi anda meminta agar anda segera menemuinya."

"Apakah ada yang salah dengan bayi kami?" Brandon bertanya dengan cemas.

"Maaf, Pak. Sebaiknya anda mendengar penjelasan secara langsung dari dokter tersebut." Anna menghindari tatapan Brandon dan tampak gugup.

"Baiklah, tolong beritahukan pada orang tuaku di dalam kalau aku sedang pergi menemui dokter," Brandon pun bergegas mencari dokter yang menangani bayinya.

"Baik, Tuan," Anna mengangguk pelan, lalu dia pun masuk ke dalam kamar dimana Sarah dirawat.

Saat Anna masuk, ia menyapa orang tua dan mertua Sarah yang sedari tadi sudah menjaga Sarah. Anna juga mengatakan kepada mereka kalau saat ini Brandon sedang pergi menemui dokter untuk meminta penjelasan tentang kondisi bayinya.

Tak berapa lama setelah Anna masuk, tiba-tiba Bu Davis berseru, "Sarah!"

Dengan seketika, semua orang yang berada di kamar itu berdiri dan segera mendekatinya. Mereka melihat Sarah yang sedang berusaha untuk membuka matanya secara perlahan dan menyebutkan sebuah nama, "Dennis…"

Semua orang merasa terkejut sekaligus senang saat mengetahui Sarah yang akhirnya sudah siuman. Melihat pemandangan itu, Anna langsung bergegas keluar kamar untuk mencari dokter atau pun perawat yang sedang berjaga lalu melaporkan kondisi Sarah.

Walaupun air mata masih menggenang, namun semua orang tersenyum saat memandang wajah Sarah. Bu Davis dan Bu Smith masing-masing menggenggam tangan Sarah di kedua sisinya. Bu Davis berkata, "Syukurlah anakku, kamu sudah siuman," tangisannya meledak lagi ketika ia melihat putrinya yang berwajah pucat.

"Ibu, dimana bayiku?" ucap Saras sambil meraba perutnya yang sudah kempes.

"Tenang nak, bayi laki-laki kalian telah lahir dengan selamat. Saat ini Brandon sedang pergi untuk menemui dokter yang bertanggung jawab untuk merawat bayi kalian," jawab Bu Smith sambil tersenyum bahagia saat melihat menantunya yang baru saja sadar.

"Permisi," seorang dokter datang ke kamar itu sambil diikuti oleh seorang perawat dan Anna dari belakangnya. "Saya adalah dokter jaga yang menggantikan dokter Anderson untuk jadwal sore sampai malam ini. Karena pasien baru saja siuman, maka saya akan memeriksakan kondisinya saat ini."

Para orang tua langsung mempersilahkan dokter wanita yang tampak masih muda itu untuk memeriksa kondisi Sarah. Setelah ia selesai melakukan beberapa pemeriksaan pada Sarah, lalu dokter itu berkata, "Keadaan pasien saat ini sudah normal. Namun, pasien belum diizinkan untuk makan sebelum ia buang angin."

"Baik, dok," mereka semua menjawab dan menganggukkan kepalanya.

"Oke, jika terjadi kondisi yang darurat pada pasien, silahkan menekan tombol merah di sisi ranjang. Atau bisa juga memanggil dokter dan perawat secara langsung," ucap dokter itu dengan tenang.

Kemudian dokter itu pergi diikuti oleh seorang perawat. Tak lama setelah dokter pergi, Brandon datang dengan wajah yang muram. Namun, saat melihat istrinya yang sudah membuka mata, seketika wajah pria itu berubah menjadi berseri-seri dan segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri Sarah. Lalu ia memeluk istrinya itu dengan erat, seraya berkata, "Syukurlah kamu sudah bangun, sayang."

Sarah tersenyum samar dengan tingkah laku suaminya itu. Setelah Brandon melepaskan pelukannya, wanita itu akhirnya bertanya dengan lemah, "Bagaimana dengan keadaan Dennis?"

"D-Dennis lahir dengan selamat, sayang."

"Ada dimana dia? Aku ingin melihatnya."

"Dokter mengatakan karena bayi kita lahir prematur, maka ia harus mendapatkan perawatan intensif di inkubator. Nanti jika kondisimu sudah membaik, kita akan sama-sama mengunjunginya di ruang bayi."

Sarah merasa lega saat mendengar ucapan Brandon. Ia pun merasa bersyukur saat mengetahui kalau bayi laki-lakinya bisa lahir dengan selamat.

***

Saras tiba-tiba berhenti dan berdiri untuk menyalakan lampu di ruangan kerja yang sudah menjadi gelap dikarenakan matahari yang mulai tenggelam. Saat itu, Saras tampak melamun seperti orang yang sedang berpikir keras. Akhirnya ia pun pergi ke luar ruangan sambil membawa gelas dan ponselnya.

Saat baru akan melangkah keluar, Saras melihat Mbok Yem yang baru saja menyalakan lampu di ruang keluarga. Kemudian ia memberikan gelas yang sudah kosong itu kepada Mbok Yem sambil berkata, "Mbok, minta tolong, ya."

"Iya, Bu." Mbok Yem lalu menerima gelas itu dan berjalan ke arah dapur.

Wajah Saras masih terlihat cemas saat ia berjalan ke sofa yang berada di tengah ruang keluarga dan ia pun duduk dengan posisi berselonjor. Wanita itu lalu menggelengkan kepalanya dan mengambil remote televisi untuk menyalakannya.

Saras terus mengganti-ganti saluran televisi dengan tatapannya yang masih tampak kosong. Saat ia melihat Mbok Yem yang lewat di sampingnya, ia pun berseru, "Mbok Yem!"

Saras memanggilnya seraya menggerakkan tangan untuk memberikan sebuah isyarat agar Mbok Yem datang kepadanya dan duduk di sofa. Setelah Mbok Yem duduk, Saras lalu mematikan televisi dan menatapnya dengan serius.

"Mbok, saya ingin menanyakan sesuatu," ucap Saras dengan nada yang serius.

"Iya, Bu," Mbok Yem yang tampak gugup menatap wajah Saras sembari menelan ludahnya.

"Waktu aku kecelakaan dulu, apakah Mbok Yem melihat ada polisi yang datang mengunjungi saya di rumah sakit?"

Mbok Yem merasa kebingungan untuk menjawab pertanyaan Saras. Akhirnya ia pun berkilah dan berkata, "Maaf, Bu. Mbok sudah lupa karena kejadiannya sudah lama sekali."

Saras pun menghela nafasnya saat mendengar jawaban dari Mbok Yem. Akhirnya ia mengajukan pertanyaan lain pada Mbok Yem, "Kalau begitu, apakah Mbok Yem mengetahui kalau ada korban lainnya saat saya mengalami kecelakaan?"

Mbok Yem langsung menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Saras, "Waduh, Bu. Itu juga Mbok Yem kurang tahu. Maaf, Bu. Mbok Yem baru ingat mau memanaskan rawon yang tadi siang. Bu Saras masih suka makan rawon untuk makan malam, kan?"

"Iya, Mbok." Saras tampak kecewa dengan jawaban dari Mbok Yem.

Tanpa banyak kata, Mbok Yem segera berdiri dan berjalan menuju dapur untuk meninggalkan majikannya yang masih duduk di sofa.

Saras hanya bisa melamun sambil pikirannya sibuk memikirkan tentang keterkaitan kisahnya dengan novel yang sedang ia terjemahkan.

'Di novel 'Affair' aku dan Sarah sama-sama mengalami kecelakaan dan melahirkan saat usia kandungan kami baru berjalan tujuh bulan. Tapi, karena saat itu yang ada dalam pikiranku hanyalah Deyra, jadi aku sudah melupakan keberadaan Januar. Setelah kecelakaan itu, Bram juga tak pernah mengatakan apa-apa padaku tentang keberadaan Januar. Dengan begitu, sejak kecelakaan terjadi sampai sekarang ini, aku tak pernah mendapatkan kabar apapun terkait dengan keadaan Januar. Namun di sisi lain, kisahnya sedikit berbeda denganku. Bayi yang dilahirkan oleh Sarah adalah bayi laki-laki. Maka dari itu, kisahku dan novel tersebut jadi tampak serupa tapi tak sama.' pikiran Saras yang saat ini terus berkecamuk dalam benaknya.